Sampainya di rumah sakit Arva segera membawa Reyhan keruang IGD tanpa memperdulikan Suster yang sedari tadi sudah menyiapkan Barnkar.
FYI: Tadi dalam perjalanan, Prang suruhan Arva menghubungi rumah sakit untuk menyiapkan ruang IGD dan yang diperlukan lainya, Disana juga sudah ada Pak An dan Hendrik.
Arva berhenti saat dokter bersiap didepan pintu IGD dengan ranjang operasi yng sudah disipakan.
"Mohon letakkan disini tuan" Ucap dokter tersebut.
Arva segera meletakkan tubuh istrinya dengan hati hati, Saat dia ingin ikut masuk, Suster melarang Arva masuk.
"Maaf tuan, Mohon tunggu diluar"
"Tapi istriku ada didalam!!!" Ucap Arva ingin tetap masuk.
Pak An mendekati Arva, Tanganya memegang pundak Arva, Matanya memberi isyarat suster agar kenutup ruang IGD.
"Tuan tunggu disini saja, Agar tuan muda segera ditangani" Ucap Pak An berucap lembut.
Pak An memberanikan diri untuk mengatakan itu kepada Arva bukan sebagai atasan, Tapi dia mengatakan itu sebagai Orang tua terhadap anaknya, Pak An sudah berada dirumah Arva saat Arva masih berumur 5 tahun, Dan dia juga sudah menyayangi Arva seperti anaknya sendiri.
"Istriku sedang berada didalam pak" Lirih Arva menatap pintu yang tertutup didepanya dengan tatapan sendu.
"Tuan harus tenang, Tuan harus yakin bahwa tuan muda baik baik saja" Ucap Pak An mengelus bahu Arva.
"Aku melihat darah ditubuhnya pak, Tubuhnya penuh dengan darah, Aku melihat istriku terpental, Istriku sedang berjuang didalam sana, Aku takut terjadi sesuatu terjadi sesuatu pada istri dan anakku pak An" Ucap Arva dengan tubuh gemetar karena menangis.
"Tuan harus kuat, Tuan muda pasti akan sedih jika melihat tuan seperti ini" Ucap Pak An memeluk tubuh Tuanya.
"Istriku akan baik baik saja kan?Tolong katakan bahwa istriku akan baik baik saja pak An!!! Katakan hikss" Arva luruh seketika, Dia tidak bisa menahan tangisnya.
Hendrik dan beberapa orang suruhan Arva menatap tuanya dengan Iba, Seorang Arvandra lemah dan menangis seperti ini karena istrinya yang sedang mempertaruhkan nyawanya.
Pak An yang memeluk tubuh Arva pun tidak bisa menjawab apa-apa, Dia juga tidak tau apa yang akan terjadi nanti.
Dalam hati mereka semua mendoakan agar istri dan anak tuanya yang masih berada dikandungan akan baik baik saja.
"Menangislah" Ucap Pak An, Hanya itu yang bisa dia katakan sekarang.
Setelah beberapa saat menangis, Arva sedikit tenang sekarang, Pak An segera membawa tubuh tuanya untuk menunggu di kursi tunggu.
Hendrik dengan sigap memberi air mineral kepada Pak An untuk diberikan kepada Tuanya.
Lampu IGD masih menyala, Arva hanya menatap kosong kedepan, Memory tentang hari-hari bahagianya dengan Istrinya terlintas diotaknya.
Senyum manis, Tingkah menggemaskan, Rengekan manja dan wajah menggemaskan Istrinya saat merajuk seakan kembali hadir didalam otaknya.
Istrinya mengingkari janji, Janji yang tadi pagi dia ucapkan, Janji bahwa dia tidak akan terluka itu semua cuma omong kosong.
Seharusnya dia tidak mengizinkan istrinya keluar tadi, Seharusnya dia tidak pergi ke kantor, Seharusnya istrinya akan baik baik saja dan sedang bermanja denganya sekarang.
Tadi pagi, Dia masih bercanda dengan istrinya, Bahkan tadi pagi dia masih menyapa anaknya yang masih berada didalam kandungan istrinya.
"Maafkan daddy sayang" Lirih Arva menatap pintu IGD yang masih tertutupp.
HUWAAAAAAAA MO NANGISSS😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Posessif husband (BxB)
Любовные романыIni bukan kisah cinta dengan banyak rintangan, Ini hanya cerita cinta dengan kisah yang romantis dan sederhana