(Completed)
Bertemu dalam makan malam antara orang tua mereka, membuat Krist hanya tersenyum canggung. Sedangkan Singto yang hanya diam dan mendengarkan cerita orang tua mereka yang sedang mengobrol
Namun sebuah kata yang muncul dari mulut orang tu...
Mereka berdua sudah pulang ke apartement kemarin sore karena senin pagi Singto harus berangkat ke kantor. Sepeninggalnya Singto membuat Krist segera mengambil obat yang dirinya simpan di rak dapur paling belakang. Setidaknya agar Singto tidak mengetahuinya, entah bagaimana respon pria itu kalau dirinya seperti ini.
Dia terduduk lemas di ruang tamu dengan menyandarkan badannya di sofa, Krist memejamkan matanya merasakan kepalanya yang berdenyut-denyut. Sudah hampir seminggu ini dirinya mengalami ini, dan hasil diagnose dokter waktu dirinya pingsan membuat Krist harus rutin meminum obatnya. Akibat hampir dua hari bersama Singto, itu membuat dirinya tidak meminum obatnya. Dan berefek kepalanya yang semakin sakit sekarang. Tapi, dirinya juga tak ingin mengambil resiko dengan meminum itu di depan Singto karena pria itu pasti akan tanya-tanya.
“Sampai kapan aku harus meminum semua obat ini,” keluh Krist sembari mengelus perutnya tanpa sadar dan satu tangannya memijat kepalanya berharap mengurangi rasa sakit yang dia rasakan sekarang ini.
Setelah pusing di kepalanya agak reda, dia bangkit menuju kamar untuk mengerjakan revisiannya yang memang belum selesai. Dirinya mempunyai perpanjangan waktu mengerjakan revisi sampai bulan depan karena mengajukan dengan bukti surat dokter yang dirinya punya. Untungnya dosennya memaklumi dan memperbolehkannya, jadi Krist bisa mengerjakannya dengan santai untuk meminimalisir rasa sakitnya juga.
***
Sedangkan di kantor ada Singto yang baru selesai meeting-nya, dia menuju ruangannya untuk mengambil kunci mobil dan ponselnya yang dirinya tinggal tadi. Lalu setelahnya baru menghampiri meja sekretarisnya yang sedang sibuk mengetik ulang hasil rapat tadi.
“Fah, aku akan makan siang di luar sebentar. Nanti kalau ada yang mau ngasih dokumen buat di tanda tangani letakkan saja di meja saya.”
“Baik, Tuan. Nanti saya akan meletakkannya di meja Anda.”
Singto hanya menganggukkan kepalanya dan berlalu dari sana. Entah mengapa siang ini dia sedang ingin makan yang pedas-pedas. Dari perutnya sudah bunyi minta diisi, padahal dirinya tak terlalu suka pedas. Namun, membayangkan kuat pedas membuat Singto semakin ingin memakannya.
Singto masuk ke salah satu restoran dan memesan tomyam seafood dua mangkuk sekaligus. Sembari menunggu pesanannya datang, dia berniat untuk menelfon Krist. Namun, harus pupus ketika merasakan pundaknya di tepuk oleh seseorang.
“Tuan Singto,”
Singto yang mendengar namanya disebut langsung menoleh ke belakang, dan betapa terkejutnya dia bertemu dengan salah satu kliennya yang beberapa hari lalu bertemu serta wanita yang dirinya kenal, itulah yang membuat Singto terkejut. Dia penasaran ada hubungan apa mereka.
“Ah, Tuan Freed. Bagaimana bisa kita bertemu di sini,” ucap Singto basa-basi.
“Ini my princess lagi pengen makan makanan khas Thailand, saya juga tidak menyangka kita bisa bertemu. Boleh saya bergabung dengan Anda?”
“Oh tentu saja boleh, kebetulan saya juga sendiri disini.” Dengan ramah Singto mempersilahkan mereka duduk dengan berat hati. Niat hati ingin makan dan menikmati waktu sendiri, namun siapa yang bisa menyangka mereka malah bertemu.
“Kenalkan ini putri saya namanya Isabel.”
“Kami sudah kenal, Dad,” celetuk Isabel membuat pria yang dipanggil Daddy itu terkejut. Dan Singto hanya bisa tersenyum canggung.
“Bagaimana kalian bisa kenal, kok Daddy nggak tahu Sayang?”
“Kita teman waktu senior high school. Beberapa hari yang lalu juga Isabel sudah bertemu kok dengannya, iyakan Phi Sing?”
Singto menganggukkan kepalanya. “Benar Tuan, saya tidak menyangka kalau Isabel adalah putri Anda,” Padahal setahu Singto, Isabel ini hanya punya ibu lantas kenapa bisa Tuan Freed tiba-tiba menjadi ayahnya?
“Oh begitu, wah jodoh memang tidak kemana ya. Baru saya ingin memperkenalkan Isabel pada Anda Tuan Singto, namun melihat ini membuat saya yang terkejut. Isabel ini adalah putri dari istri saya yang sekarang. Beberapa tahun yang lalu saya menikah dengan ibunya.” Singto paham sekarang dengan yang terjadi karena tanpa dirinya mencari tahu Tuan Freed sudah bercerita sendiri.
“Maksud Daddy apa kok jodoh, dan mau memperkenalkan kami?” tanya Isabel dengan wajah sok polosnya.
“Gini, Daddy suka dengan kepribadian dan sifatnya Singto ini. Makanya Daddy berniat memperkenalkan kalian, siapa tahu kalian cocok satu sama lain,” ucap Freed terus terang dengan niatnya.
Dalam hati Singto tentu saja terkejut, dia tak menyangka kalau perkataan kliennya beberapa hari yang lalu serius. Entah bagaimana reaksi Krist kalau mendengar suaminya ingin dijodohkan dengan wanita lain.
“Maaf, Tua…” “Beneran, Dad? Kebetulan kami dulu itu mantan sih,” celetuk Isabel dengan wajah berbinarnya dan membuat Singto melotot tak percaya dengan apa yang barusan dia dengar.
“Wah, bagus dong. Berarti kalian sudah kenal satu sama lain. Tinggal mencoba berhubungan lagi, bagaimana menurut Anda, Tuan Singto?”
Belum sempat Singto buka suara. Isabel lagi-lagi sudah menyela terlebih dahulu. “Phi Singto pasti mau kok, Dad. Dulu aku yang salah karena meninggalkannya ke Kanada dalam waktu yang lama. Dan kemarin kita baru menjalin hubungan lagi,”
“Kalau begitu kalian bertunangan saja secepatnya, daripada kamu berulah lagi dan membuat Tuan Singto ini kesal dengan sifatmu, dasar anak nakal ya,” colek Freed pada hidung mancung anaknya.
Singto tak bisa lagi berkata-kata sepanjang mereka makan siang bersama. Setiap dia akan berkata untuk menjelaskan apa yang terjadi, Isabel selalu menyela perkataannya lebih dulu. Ternyata benar bukan dugaannya, seorang Isabel tidak akan mengaku kalah dengan mudah dan ingin berteman saja dengannya seperti apa yang dikatakan bebeerapa hari yang lalu. Bulshit! Yang hanya bisa dia lakukan hanya menatap tajam kearah Isabel, setelah ini dia akan berbicara padanya dan menyuruhnya menjelaskan yang sebenarnya pada ayahnya. Dirinya tak akan tinggal diam, dan harus menyelesaikan masalah ini sebelum Krist tahu.
Baru saja mereka kemarin berdamai dan ingin memulai rumah tangga mereka dari awal, tapi sudah ada masalah yang menerjang kedamaiannya. Sungguh rasanya Singto ingin mengirim bom nuklir ke wajah Isabel yang sok cantik. Hilang sudah kini respect yang dirinya punya untuk wanita itu, dirinya merasa sangat menyesal karena pernah mencintai wanita manipulatif didepannya selama bertahun-tahun.
Dan bersyukur karena papanya mempertemukan dirinya dengan Krist yang sekarang menjadi pasangannya. Dia tak akan menyia-nyiakan Krist, dan akan melindunginya dari wanita manipulatif seperti Isabel.
Sebenarnya bisa saja dirinya berbicara langsung dengan kliennya langsung, namun itu akan sangat berpengaruh dengan kerja sama mereka yang baru akan terjalin. Dan lagi dia ingin memberikan kesempatan pada Isabel agar tak malu, tapi kalau memang Isabel nantinya masih tak mau. Maka taka da jalan lain, Singto yang akan bertindak dengan tangannya sendiri.
. .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Isabel)
Isabel ngapa dah? Prik banget….
Jangan lupa tinggalkan jejak, baik vote ataupun komen.