Absolute Command

1.2K 169 9
                                    

Yey, double up!

***

Perasaannya semakin cemas karena mae-nya yang tiba-tiba memutuskan sambungan telefon mereka secara sepihak. Dia langsung meminta Bass untuk mengantarkannya ke club semalam terlebih dahulu untuk mengambil mobilnya yang tertinggal. Kebetulan memang club tersebut terletak tidak jauh dari condo Bass. Baru setelahnya Krist langsung melajukan mobilnya pulang ke rumahnya sendiri.

Penjaga gerbang yang melihat mobil tuan mudanya itu segera membukakan gerbang. Krist keluar dari mobilnya, tapi ada hal yang membuatnya heran karena ada mobil lain selain punya keluarganya yang sedang terparkir rapi di pelataran.

“Ini ada tamu ya?” tanya Krist memberikan kunci pada salah satu bawahan pho-nya.

“Benar, Tuan muda. Dan sekarang Anda sudah ditunggu di dalam.”

Krist hanya mengangguk dan langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Samar-samar dirinya bisa mendengar dari luar tadi kalau ada pembicaraan yang menarik, hingga tawa orang tuanya sampai luar rumah.

Dan alangkah terkejutnya dirinya ketika melihat tamu orang tuanya yang sedang berkunjung sekarang. Langkah kakinya langsung terhenti begitu saja, badannya mematung dan dalam benaknya terdapat berbagai kemungkinan dan prasangka-prasangka yang bisa saja terjadi malam ini.

“Lho Krist, sini sayang. Kenapa malah berdiri disitu,” celetuk Nan yang melihat kedatangan putra kesayangannya.

Perkataan Nan sukses membuat semua orang yang ada diruang tamu sedang mengobrol tadi, langsung menghentikan obrolannya dan secara serentak menoleh pada Krist semua saat ini. Dan yang Krist lakukan hanya bisa tersenyum canggung, dan melangkahkan kakinya dengan berat hati menuju kea rah mereka.

“Kamu baru pulang dari kuliah, Nak?” tanya tamu yang datang pada Krist.

“Iya, Paman. Mampir dulu ke tempat temen sih, Paman Boon sudah disini dari tadi?” tanya Krist yang mulai basa-basi, dan mengabaikan tatapan Singto yang datar bagaikan tak pernah berekspresi. Krist tak pernah mengira lagi sebelumnya kalau dirinya akan secepat ini bertemu dengan Paman Boonrod dan Singto.

Sungguh melihat wajah Singto yang biasa aja, membuat emosi Krist mendidih karena seketika dirinya teringat malam panas yang mereka lakukan. Meskipun tak sepenuhnya ingat, namun dia yakin mereka melakukannya karena bagian bawahnya yang sakit. Kalau criminal diperbolehkan di Negara ini, mungkin saat ini Krist sudah memberondong Singto dengan banyak hujaman rudal yang dirinya pesan langsung dari Korea Utara.

“Nggak kok, kami baru aja sampai karena Singto tadi pulangnya agak telat.”

“Wah,  berarti Singto tipe pekerja keras nih. Cocok buat Krist yang suka rebahan, biar dia bisa contoh Singto,” celetuk Jack yang memuji Singto.

Krist yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas dan terdiam. Nan yang melihatnya langsung mengubah topik pembicaraan mereka. “Udah-udah, gimana kalau kita makan malam dulu. Kan dari tadi kita nungguin Krist.”

Semua yang ada disana setuju, makan malam berjalan dengan tenang. Krist hanya makan sedikit karena tadi dirinya sudah makan dengan Bass. Ingin menolakpun tidak enak karena dirinya yang ditunggu. Singto yang berada di depan Krist, sesekali melirik ke arah Krist yang hanya mengaduk makanannya tanpa ada minat ingin memakannya.

Sebenarnya dalam benaknya sedikit khawatir dengan keadaan Krist karena tadi pagi dia langsung meninggalkan apartement dan Krist begitu saja karena memang dirinya sudah telat. Dia juga masih ingat betul kalau Krist sangat murka dengannya tadi pagi.

Wajah Krist terlihat agak pucat sekarang, itu membuat Singto merasa bersalah melihatnya karena memang kemungkinan besar memang ini adalah salahnya karena tidak bisa menahan nafsu. Padahal dirinya sadar tadi malam, namun nyatanya sangat sulit menolak pesona Krist ketika mabuk.

Ingin meminta maaf juga sepertinya sulit karena dia masih ingat betul kalau Krist tadi pagi marah-marah dengannya.

“Mae, aku ijin ke atas sebentar ya. Mau ganti baju,” ucap Krist yang sudah menyelesaikan makannya.

“Iya, Sayang. Nanti turun lagi ya.”

“Pho mau bilang sesuatu sama kamu nanti, Krist.”

“Iya Mae, Pho.”

Setelahnya Krist langsung bangkit dari duduknya dan segera melangkahnya kakinya menuju lantai dua untuk ke kamarnya. Singto melihat kepergian Krist sampai tubuhnya sudah tak terlihat dalam penglihatannya.

“Tenang Nak Singto, sebentar lagi Krist akan menjadi milikmu kok,” ucap Jack yang menggoda Singto karena melihat kepergian Krist.

“Eh, bukan begitu Paman.”

“Tak apa, Nak.”

“Papa udah suka sama Krist, jadi dia harus jadi pasanganmu Sing,” celetuk Boonrod yang ikut menimpali.

Singto yang mendengarnya hanya bisa menghela nafas, sepertinya perjodohan ini memang tidak bisa digagalkan. Mungkin kemarin dirinya bisa menerima saja perjodohan ini, namun kedatangan Isabel membuat dirinya sedikit goyah. Meskipun diantara mereka belum pernah ada ikatan, namun mereka sudah berkomitmen. Dan Singto tentu saja mengingat apa yang dikatakan oleh Isabel tadi, namun tadi dirinya antara gengsi dan bimbang. Bingung memilih menenang perjodohan ini dan melanjutkan hubungannya dengan Isabel, atau memilih melanjutkan perjodohan ini, namun perasaannya masih berada di masa lalu.

Sedangkan diatas Krist terdiam sembari menyandarkan badannya di daun pintu. Sepertinya memang benar apa yang ada di dalam benaknya akan kejadian, melihat orang tuanya yang begitu menyukai sosok Singto membuat Krist senang. Namun, kalau dirinya ingin menyenangkan orang tuanya. Itu artinya dirinya harus mengorbankan kebahagiaannya.

Dirinya tak pernah mengira kalau akan menikah dengan pria karena memang dari awal dirinya tak pernah mempunyai minat dengan itu. Dulu dirinya pernah memimpikan akan hidup bahagia bersama dengan pasangan yang dirinya cintai sampai masa tua, namun harapannya sepertinya harus pupus karena nyatanya sekarang Krist dihadapkan dengan sebuah perjodohan. Dan sialnya pria itu adalah Singto yang sudah dengan kurang ajarnya berani membobol dirinya tanpa ijin, mengingat itu membuat Krist tanpa sadar menitihkan air mata.

Tapi, beberapa saat kemudian dirinya langsung menghapusnya dengan kasar. “Jangan lemah, Krist. Ayo kita hadapi ini. Aku akan mencoba menolak ini lagi,” seru Krist yang langsung bangkit dan menuju kamar mandi untuk segera membersihkan dirinya.

Tak membutuhkan waktu lama dirinya sudah rapi aroma harum menyerbak diruangan tersebut. Dengan langkah pasti dan keyakinan yang membumbung tinggi, Krist melangkahkan kakinya turun ke bawah untuk menemui mereka yang sudah menunggu dirinya.  Krist langsung mendudukkan dirinya di samping Mae-nya.

“Nah, kebetulan Krist sudah disini. Jadi, kita mulai aja.”

“Sebenarnya Pho ingin bicara apa?” tanya Krist, meskipun dirinya juga tahu kalau ini pasti akan membicarakan tentang perjodohannya dengan Singto.

“Krist, kedatangan Paman dan Singto ke sini karena kita ingin bicara pada kalian berdua. Kalau Paman dan orangtuamu sudah menentukan tanggal pernikahan kalian,” ucap Boonrod dengan suara lantang dan yakin.

“Apa!” teriak Singto dan Krist yang kaget.

“Pho, kan aku udah bilang kalau Krist nggak mau dengan perjodohan ini.” Sedangkan Singto hanya diam karena masih cukup terkejut.

“Sayangnya ini tidak bisa kalian tolak, mau atau tidak mau kalian akan tetap menikah dua minggu lagi. Nanti kami yang akan menyiapkannya semua, dan buat kalian berdua tinggal terima beres saja.” Jack berkata dengan suara tegas tak menerima penolakan. Sebenarnya bukan tanpa alasan para orang tua memutuskan untuk segera menikahkan dua anak adam tersebut. Ada hal yang terjadi, hingga pada akhirnya mereka memutuskan untuk mempercepat pernikahan ini.

Bagaikan disambar petir dimalam hari tanpa ada hujan, Krist langsung lemah. Kepercayaan yang dirinya bangun dari tadi, ternyata langsung jatuh ke permukaan bahkan sampai ke laut yang paling dasar.

.
.
.

Yey nikah, ayo kondangan.

Jangan lupa buat ninggalin jejak, baik itu vote ataupun komen.

See you next chapter.

Connection Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang