(Completed)
Bertemu dalam makan malam antara orang tua mereka, membuat Krist hanya tersenyum canggung. Sedangkan Singto yang hanya diam dan mendengarkan cerita orang tua mereka yang sedang mengobrol
Namun sebuah kata yang muncul dari mulut orang tu...
Sebelumnya Singto sudah menghubungi Krist dan menanyakan di mana keberadaannya. Dan Krist hanya menjawab kalau dirinya sudah di apartement, tanpa menunggu lama lagi Singto sudah melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Mengapa Singto sampai seemosi ini, mungkin kalau foto biasanya yang dikirim oleh Isabel adalah foto biasa saja. Seperti Krist sedang makan bersama Plustor, mengobrol di sebuah minimarket dan mengantarkan Krist pulang sampe loby apartement. Bagi Singto itu hal biasa, namun yang kali ini masalahnya fotonya berbeda.
Singto masih bisa mengingat dengan jelas dalam beberapa foto yang ditunjukkan oleh Isabel tadi. Plustor mencium Krist ditempat umum, dan yang parahnya lagi Krist digendong bridal style oleh Plustor. Bayangkan suami mana yang tidak akan marah kalau melihat pasangannya berbuat seperti itu dengan orang lain. Setinggi apapun kepercayaan yang dirinya berikan pada Krist, kalau melihat hal yang seperti itu tentu saja Singto emosi.
Singto melangkahkan kakinya menuju kamar apartement-nya setelah sampai di lantai dimana kamarnya berada. Tanpa mengetuk pintu Singto langsung masuk karena dia tahu kalau Krist didalam, pasti jarang dikunci. Namun, pegangan tangan Singto pada handle pintu terpaksa terhenti. Ketika melihat Krist dan Plustor di ruang tamu, di sana Plustor sedang bertelangjang dada dengan Krist duduk di depannya. Baru akan melangkahkan kakinya untuk masuk, lagi-lagi harus terhenti kembali ketika mendengar perkataan Plustor.
“I love you, Krist.” Diakhiri dengan Plustor mencium tangan Krist.
Seketika emosi Singto memuncak, namun dibandingkan dia masuk ke dalam apartement. Singto memilih menutup pintunya kembali dan menuju lobby bawah. Berulang kali Singto membasuh wajahnya ketika di kamar mandi, meyakinkan diri kalau Krist tak seperti yang baru saja dirinya lihat. Namun, senyuman miring Plustor yang melihatnya seolah mengejek dirinya dan membenarkan apa yang dia lakukan kalau Plustor dan Krist memang ada hubungan.
Tatapannya menajam melihat kaca yang memantulkan raut wajah penuh emosi. Singto tak habis pikir dengan Krist, kalau Krist memang mempunyai hubungan dengan Plustor. Mengapa tidak berterus terang dengannya, dan malah mengajak dirinya untuk memulai pernikahan mereka dari awal. Apa Krist hanya kasian dengan dirinya?
“Bagaimana Singto? Kau sudah lihat tadikan?” tanya seorang pria yang menyandarkan badannya di belakang Singto.
Singto mengangkat kepalanya, dan langsung menoleh ke belakang. “Apa maksdumu?”
Suara tawa memenuhi toilet yang kebetulan sepi hingga menggema disana. “Singto… Singto… kau ini terlalu bodoh, selama ini Krist itu hanya bermain denganmu. Mana mungkin dia mau menerima perjodohan konyol di era modern zaman sekarang,” ucap Plustor sambil berjalan mendekat ke depan Singto.
Emosi Singto semakin memuncak, namun dia masih mendengarkan apa yang dibicarakan oleh Plustor.
Plustor menepuk pundak Singto dengan senyuman miringnya. “Ceraikan dia sekarang, kau hanya bonekanya saja. Dia baik denganmu karena uangmu saja, Sing.”
Habis sudah kesabaran Singto sekarang, dia langsung melayangkan tonjokan ke wajah Plustor. Dia tak lagi menghiraukan norma kemanusiaan lagi saat ini, yang ada di dalam benaknya hanyalah ingin meluapkan amarahnya pada Plustor.
“Kau bajingan, Plustor!” Singto mencengkram kerah plustor dan berteriak di depan mukanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.