Sungguh Krist tak pernah menduga kalau dalang dari yang menculik dirinya adalah orang didepannya. Karena awal mula dirinya mengira yang selalu melakukan teror padanya adalah Isabel, cewek gila yang mengejar-ngejar Singto secara terang-terangan.
“Jadi, selama ini kau yang berulah Prim?” tanya Krist tak habis pikir.
“Kalau bukan gue memang siapa lagi, Krist. Sampai sekarang gue masih nggak terima ya lo putusin. Eh, malah ternyata lo nikah sama laki-laki. Sumpah, najis banget lo. Mana bisa hamil lagi. Anak lo nggak bakal bisa hidup tenang lahir dari orang gila macam lo ya, Krist. Sepanjang hidupnya bakal jadi bullyan karena lahir dari laki-laki. Cih, dasar gak normal!”
Hati Krist berdenyut sakit mendengar semua olokan dari Prim yang dilontarkan padanya. Dia melirik perut besarnya, apakah sehina ini dia karena mempertahankan anaknya. Apa salah dia tak ingin membunuh malaikatnya yang menjadi bagian dari dirinya. Apa ia akan malu karena lahir dari seorang laki-laki.
“Gue dulu udah minta maaf, kan.”
“Minta maaf nggak bikin sakit hati gue hilang ya, Krist! Lo sama anak lo harus mati, kalau gue gak bisa milikin lo orang lain juga gak boleh milikin lo juga, Krist!” bentak Prim dengan begitu keras hingga suaranya menggema di ruangan itu.
“Primalove, please banget lepasin gue ya. Lo boleh bunuh gue tapi setelah anak gue lahir, setidaknya dia gak bersalah dalam hal ini, tolong jangan libatin dia ya.”
“Stop panggil gue love, dia udah mati lama sejak lo putusin dia. Yang ada sekarang cuma Prim! Dan sayangnya gue gak mau biarin anak lo hidup, gimana dong Krist?” tanya Prim dengan senyuman miring di wajahnya. Terlihat sangat picik dan tak akan membiarkan Krist begitu saja.
Krist buntu rasanya bagaimana caranya untuk lepas dari sini sedangkan tangan dan kakinya diikat dengan ujung-ujung ranjang. Percuma saja merayu Prim untuk melepaskannya karena cewek yang ada didepannya ini lebih gila dari Isabel, dia udah dibutakan oleh amarah.
“Lo sebegitu inginnya ya gue mati, tapi tentu nggak mudah Prim. Mungkin sekarang lo kelihatan menang karena udah berhasil nyulik gue, tapi suami gue pasti bakal nyari sampai ke ujung dunia.” Dengan begitu percaya diri Krist mengatakan itu, menghadapi perempuan congkak macam Prim sudah tak bisa dengan lembut. Jadi, mau tak mau Krist harus terlihat percaya diri dengan menantang balik pada Prim.
Meskipun kalau boleh jujur sebenarnya dalam hati dia merasa ragu. Apakah Singto bisa menemukan keberadaannya dan Baby Fiat saat ini ataukah tidak. Tapi, untuk sekali saja dalam hidupnya dia ingin mempercayai perkataannya sendiri bahwa Singto pasti sedang mencarinya dan akan menemukan dirinya sekarang.
Prim tertawa keras sambil bertepuk tangan melihat Krist yang begitu percaya diri. “Ckk, laki-laki yang sekarang jadi suami lo tuh gak guna banget Krist. Gue tau kok dia udah lama kan nyelidikin dari kasus tabrak lari lo dan berbagai teror yang gue kirim ke lo. Tapi, mana hasilnya gak pernah tuh sampai gue ketangkep. Sampai sekarang gue masih disini dan malah lo yang ketangkep hahaha,” ucap Prim si cegil yang begitu berbangga diri atas semua tindakan kriminal yang telah ia lakukan selama ini.
Krist menggelengkan kepalanya melihat Prim yang semakin gila, dia tahu perlakuannya dulu sangatlah buruk. Tapi, kalau Prim sampai bertindak sejauh ini. Sungguh, cewek gila ini harus segera mendapatkan pelayanan rumah sakit jiwa.
“Nggak selalu apa yang lo pikirin bakal mulus sampai akhir bisa berjalan sesuai apa yang lo harapin, bisa aja lo kali ini yang bakal kalah. Dan meskipun pada akhirnya gue mati, gue yakin lo pasti bakal dapat ganjaran atas apa yang lo lakuin selama ini. Bukan berarti lo kaya lo bisa lolos dari hukum negara ini, suami gue juga kaya. Jadi, kita lihat siapa yang menang nanti.”
Kepala Prim terasa mendidih bagaikan ada kobaran api diatas kepalanya mendengar runtutan kata demi kata yang dilanturkan oleh Krist. Dadanya naik turun pertanda emosinya sudah berada dipuncak.
“Itu soal nanti, dan gue nggak peduli. Papa gue pasti bakal lindungin gue dan suami lo yang bakal kalah dan yang terpenting lo mati hari ini juga, Krist!” teriak Prim yang sudah termakan emosi akibat kata-kata Krist.
Kini Krist yang tertawa mendengar emosi Prim yang menggebu-gebu. “Hahaha, sampai kapan lo bakal sembunyi di belakang papa lo Prim-Prim, bahkan gue pikir dia bakal malu banget punya anak perempuan satu-satunya tapi malah gila kayak gini. Dan pada akhirnya bukan lo aja yang hancur tapi papa lo dan perusahaannya juga bakal hancur akibat tindakan lo yang gak pernah lo pikir pake otak. Ups, gue lupa kalau lo gak ada otak ya.”
Hilang sudah kesabaran Prim sekarang. “Bodyguard!” panggil Prim dengan begitu keras hingga beberapa orang masuk ke dalam ruangan tersebut.
Krist bisa melihat salah satunya ada penjaga rumah yang kali ini menjadi sopirnya tadi. Ternyata orang tersebut adalah musuh dalam selimut yang masuk ke dalam rumahnya. Pantas saja ketika ada teror sulit ditemukan bukti-buktinya karena kemungkinan besar orang tersebut sudah menghapus semua rekaman cctv yang ada disekitar. Dan tentunya sudah tahu keadaan rumah ketika akan melakukan teror.
“Kalian paksa dia minum obat yang biasa kita berikan. Tapi, untuk kali ini berikan semuanya, biar mampus sekalian tuh bayi sama Krist.”
Krist sedikit mencerna perkataan Prim barusan. “Maksudnya apaan, Prim. Lo mau beri gue apaan?” tanya Krist panik.
Melihat wajah Krist yang panik membuat Prim tersenyum miring. “Oh, lo beberapa terakhir belum ngerasain efeknya ya, gue ganti obat lo dengan obat yang mengandung cannabis. Yang intinya itu bisa bikin bayi lo mati,” ucap Prim yang diakhir dengan tawa mengerikan.
Kini kepercayaan Krist yang ia bangun sedari tadi luntur sudah karena dalam benaknya sontak memikirkan berbagai kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi. Dia tak ingin kehilangan bayinya atas kesalahan yang pernah ia lakukan di masa lalu, harusnya hanya ia yang menanggung semua ini.
“Prim, tolong jangan sakitin bayi gue. Beneran deh gue gapapa mati, asal setelah bayi gue lahir.” Krist menggelengkan kepalanya melihat beberapa bodyguard Prim yang mulai berjalan kearahnya sekarang. Bukan hanya obat yang mereka bawa, namun ada beberapa botol yang ia tahu itu adalah alkohol dan itu tentu saja sangat berbahaya bagi Krist.
“Bodoamat, gue bahkan lebih seneng kalau dia mati juga sama lo.” Setelahnya Prim keluar dari ruangan itu dan menyuruh anak buahnya segera melakukan tugas mereka.
“Ai saaat! Jangan mendekat kalian!” teriak Krist yng panik sendiri,
Krist berontak ketika mereka mulai mecekokinya dengan obat dan alkohol sekaligus, berkali-kali dia menyemburkannya, hingga mengenai mereka. Dan itu membuat anak buah Prim emosi akan apa yang ia lakukan.
“Diam, lo harus minum ini!” teriak salah satu dari mereka.
Akhirnya dua orang diantara mereka mencekik leher Krist dan mencengkram dagunya agar mulutnya terbuka, sekuat tenaga Krist tak menelennya. Namun, seberusaha apapun dirinya untuk tak menelan cairan berbahaya itu tentu saja perlawanannya sia-sia karena banyaknya anak buah Prim yang terus memaksanya.
“Baby Fiat, maafkan papa ya nak. Mungkin papa terlihat egois, tapi boleh nggak kamu bertahan sekali lagi, demi ayah ya nak. Kamu harus ketemu ayah nak,” ucap Krist dalam hati diiringi oleh derai air mata yang begitu pilu membayangkan betapa sakit dirinya sekarang. Apalagi perutnya sudah merasa semakin sakit.
.
.
.
.Hayo dulu siapa yang nebak Prim impostornya 🤭
Yeeeyyy, update juga maaf baru buka wp, untung ada yang laporan kalau udah capai target. Kalian keknya kalau dikasih target semangat banget ya. Terlalu mudah ya 50 cepet banget soalnya, aku naikin deh. Ayo komen “LANJUT” 100 ya, dalam rangka aku ulang tahun hari ini kalau bisa sampai targetnya jam 12 nanti. Besok langsung up lagi.
Jangan lupa buat selalu tinggalin jejak ya baik vote maupun komen.
See you next chapter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Connection Of Love
Fanfiction(Completed) Bertemu dalam makan malam antara orang tua mereka, membuat Krist hanya tersenyum canggung. Sedangkan Singto yang hanya diam dan mendengarkan cerita orang tua mereka yang sedang mengobrol Namun sebuah kata yang muncul dari mulut orang tu...