Beberapa hari belakangan ini entah mengapa Krist semakin merasa pusing setiap harinya. Namun, setiap hari juga dirinya ditensi oleh perawat yang merawatnya selalu mengatakan tekanan darahnya normal dan tidak tinggi. Dirinya juga tak memikirkan hal yang berat-berat, lantas apa penyebab yang menjadikannya selalu merasa pusing.
“Phi Singto, kepalaku pusing banget deh. Aku ijin ke rumah sakit ya buat ngelakuin pemeriksaan lebih lanjut,” ucap Krist yang saat ini sedang menelfon suaminya yang sedang berada di kantor sekarang.
“Oh, begitu. Yaudah aku pulang sekarang buat jemput kamu ya.”
Krist menggelengkan kepalanya padahal Singto juga tidak bisa melihatnya. “Tidak usah, nanti malah bolak-balik nggak sih. Kalau kamu pengen tahu hasil pemeriksaannya lebih baik ketemu di rumah sakit langsung aja ya, Phi.” Krist memberikan saran daripada Singto terlalu lelah harus bolak-balik. Pasalnya jaraknya juga lumayan dan cukup membutuhkan waktu yang lama jika dirinya harus menunggu Singto.
Terdengar helaan nafas Singto di seberang telefon lalu berkata, “Baiklah kalau itu maumu, ajak bodyguard juga ya jangan sama sopir doang.”
“Oke, siap. Sampai ketemu disana ya Phi.”
“Iya, Sayang.” Setelahya sambungan diantara mereka tertutup.
Krist segera keluar kamar setelah bersiap dan melihat perawat sedang berada di ruang santai ia segera memberitahukan niatnya dan menyuruh suster juga ikut dengannya tak lupa memberitahu sopir untuk mempersiapkan mobil. Namun, sayangnya tak ada bodyguard yang stand by karena sedang menemui Godt ke club untuk mendapatkan arahan. Jadi, Krist hanya pergi bertiga dengan sopir yang biasanya jaga gerbang serta perawatnya.
Sepanjang perjalanan Krist memilih memejamkan matanya berharap itu bisa mengurasi rasa pusing yang begitu berdenyut-denyut. Bukan hanya itu saja, perutnya juga rasanya sangat sakit seperti terlilit-lilit. Makanya dia memutuskan ingin ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaan Baby Fiat juga karena takut terjadi sesuatu dengannya.
Dirasa mobilnya sudah berhenti yang kemungkinan sudah sampai tujuan, dia membuka matanya bersiap untuk turun. Sayangnya, baru saja dia membuka mata. Krist sudah dikejutkan oleh orang asing yang tiba-tiba membekapnya dengan sebuah sarung tangan. Hingga lambat laun Krist merasa semakin pusing dan seketika pingsan di tempat. Bukan hanya Krist yang mendapatkan bius secara mendadak, perawat yang ikut dengan dirinya juga dibius oleh sopirnya sendiri. Krist bisa melihatnya sebelum kesadarannya hilang.
***
Sedangkan di lain tempat Singto telah sampai di rumah sakit dan tidak melihat kehadiran Krist. Bahkan mobilnya tidak ada di parkiran yang mana Krist belum sampai. Berulang kali dirinya menelfon Krist namun tak ada jawaban sama sekali. Hal ini tentu saja membuat Singto sangat resah, dia juga telah menelfon ke rumah dan mereka mengatakan kalau Krist sudah berangkat dari satu jam yang lalu. Harusnya Krist sudah sampai dari 30 menit yang lalu karena jaraknya memang lebih dekat.
“Ke mana kamu, kok belum sampai juga sih,” gumam Singto yang kebingungan karena tak ada kabar dari Krist.
Nomor perawat yang menjaga Krist juga tak bisa dihubungi, bodyguard juga tak ada yang ikut karena ternyata sedang ada disiplin di club bersama Godt. Namun, karena sampai sekarang tak ada kabar juga dia lantas menelfon Godt.
“Halo, ada apa Sing?” tanya Godt yang langsung to the point ketika mengangkat panggilan dari Singto.
“Tolong kerahkan semua bodyguard yang ada disana untuk mencari keadaan Krist karena aku kehilangan kabarnya, padahal kami sudah janjian dari sejam yang lalu buat ketemu di rumah sakit. Aku menelfon semuanya tapi gaada yang aktif, aku khawatir terjadi sesuatu dengannya. Tahu sendiri akhir-akhir ini kita sering dapat teror kan,” jawab Singto panjang lebar.
“Oke, kita disini bakal langsung gerak cepat buat nyari keberadaan Krist, To. Tenang aja, nanti kalau ada kabar bakal aku hubungin.”
Meskipun sudah ada pergerakan untuk mencari keberadaan Krist dimana saat ini, namun Singto tetap saja tak bisa merasa tenang.
Hal yang semakin membuat dirinya kesal adalah karena ada panggilan masuk berulang kali dari Isabel, entah apa maunya perempuan ini. Apa masih belum puas menganggu hubungannya dengan Krist, padahal dia sudah memberikan teguran keras dengan mengatakan langsung dengan orang tuanya. Tapi, mungkin nyali Isabel ini setinggi gunung bantargebang.
Singto tak ingin ambil pusing perihal perempuan gila satu ini yang selalu ingin menghancurkan hubungannya. Dia memilih untuk menolak semua panggilan Isabel, karena fokusnya untuk saat ini adalah mencari keberadaan Krist.
Dia bersama sopirnya pulang ke rumah untuk memastikan sesuatu, namun tentu saja ada beberapa orang suruhannya untuk tetap di rumah sakit. Jaga-jaga kalau Krist sampai disana, jadi mereka bisa langsung mengabarinya.
Dentuman pintu yang keras membuat para pelayan yang sedang membersihkan rumah terkejut, mereka langsung menundukkan kepalanya melihat aura Singto yang begitu menyeramkan penuh dengan amarah.
"Jawab saya, dengan siapa tadi Krist berangkat ke rumah sakit?"
Awalnya semua diam karena takut salah ucap, namun akhirnya salah satu dari mereka angkat suara. "Dengan penjaga yang biasanya di depan, Tuan. Namanya Fluke Nattashit karena sopir yang biasanya dari pagi diare, Tuan."
Setelah mengetahui nama itu Singto melenggang pergi dari ruang tengah menuju ruang kerjanya sembari menelfon sekretarisnya.
"Halo, Fah. Tolong lakukan background check seseorang yang bernama Fluke Nattashit, dan kirim datanya pada saya sekarang juga, saya tunggu!" Bahkan tanpa menunggu ucapan Fah, Singto langsung memberikan sambungan telefon.
Bukan tanpa alasan dia menyuruh Fah melakukan itu, karena entah mengapa dia mencurigai orang yang bersama dengan Krist, dan orang itu juga memang belum lama kerja dengannya. Baru sekitar 3 bulanan, jadi pantas dong dia curiga.
Dilain tempat Krist baru tersadar setelah sekian lama tak sadarkan diri, matanya mengerjap merasakan pusing yang masih agak berdenyut di kepalanya sehabis pingsan. Ia melihat sekeliling dimana Krist berasa di ruangan yang seluruhnya berwarna hijau.
"Kayak ruang green secreen ya," gumam Krist.
Hingga tak lama pintu terbuka menampilkan seseorang yang tak pernah ia sangka sebelumnya. "Wah, udah bangun ternyata pakmil nih. Gimana tidurnya nyaman, Krist?"
.
.
.
.
.
.Padahal rencananya mau up 2 hari yang lalu, eh draftnya baru kelar sekarang hehehe. maap ya
Ayo spam "LANJUT" kalau ada 50. Besok langsung aku up, karena kebetulan chapter selanjutnya udah kelar 🤭
Jangan lupa selalu tinggalin jejak ya, baik itu vote atau komen.
See you next chapter

KAMU SEDANG MEMBACA
Connection Of Love
Fiksi Penggemar(Completed) Bertemu dalam makan malam antara orang tua mereka, membuat Krist hanya tersenyum canggung. Sedangkan Singto yang hanya diam dan mendengarkan cerita orang tua mereka yang sedang mengobrol Namun sebuah kata yang muncul dari mulut orang tu...