Who?

655 94 15
                                    

Mereka makan malam dengan tenang setelah ada kejelasan yang disampaikan oleh Singto. Krist beberapa kali menerima suapan dari Singto, dan tentu saja dia menerimanya dengan senang hati. Mereka berdua tak menghiraukan keadaan sekitar yang mana ada beberapa pengunjung restoran yang memperhatikan mereka berdua.

“Habis ini ke rumah Mae yuk,” ucap Krist tiba-tiba.

Singto mengerutkan dahinya agak heran, pasalnya memang mereka berdua jarang sekali mengunjungi rumah orang tua mereka sejak menikah. “Tumben banget, kangen sama Mae ya?” tanya Singto.

Krist menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis. “Iya, tadi pagi sempet chat katanya Mae bikin cookies. Aku tiba-tiba pengen nyoba deh.”

“Oh, ceritanya ini lagi ngidam ya,” ucap Singto menggoda pasangannya.

Krist memicingkan matanya mendengar ejekan Singto. “Ih, apaan! Nggak kok, cuma pengen nyoba aja tahu,” gerutu Krist.

Singto tertawa gemas mendengar elakan Krist. “Iya deh iya, nanti kita habis makan ke sana ya Sayang.”

“Yey, nggak sabar deh mau mam cookies,” ucap Krist yang penuh semangat.

Mereka melanjutkan makannya sampai selesai, bahkan Krist memakan makanannya dengan cepat hingga beberapa kali tersedak hingga mendapat ceramah kecil dari Singto. Agar memakan makanannya dengan pelan-pelan saja.

Sampai di rumah orang tua Krist, mereka berdua langsung masuk ke dalam dan menemukan dua paruh baya yang sedang mengobrol di ruang tengah. “Mae Pho, aku dateng!” ucap Krist yang begitu bersemangat.

“Aaaahhh anak bulet Mae dateng kok nggak bilang-bilang sih,” ucap Nan yang langsung berdiri menghampiri Krist dan memeluknya.

“Ih aku nggak bulet tahu, Mae,” ucap Krist kesal melepaskan pelukan itu.

Singto dan Pho Jack hanya tertawa melihat mereka berdua yang sedang melepas rindu sekaligus berdebat.

“Loh, kamu nggak sadar apa badanmu udah bulet kek gitu loh Krist.”

Krist melihat badannya sendiri dan benar juga apa yang dikatakan oleh Mae-nya. Dia langsung menatap Singto dengan tajam. “Ahk! Ini gara-gara Phi Singto hamilin aku, makanya jadi kayak gini.”

“Loh, kok salah aku sih Sayang. Kan kamu yang godain aku duluan,” ucap Singto yang tak ingin disalahkan.

“Mana ada, mana mungkin aku goda kamu duluan. Jangan fitnah deh kamu,” ucap Krist tak terima.

Seketika Singto baru teringat kalau Krist lupa ingatan, hingga akhirnya dia memilih mengalah saja. “Iya deh, aku yang salah semua ini. Emang kamu deh yang paling bener.”

Deretan gigi putih Krist telihat karena senyumannya yang begitu lebar. “Bener, mana ada aku salah. Aku selalu bener.”

“Udah, ini kenapa malah debat sih.” Lerai Jack melihat anak dan mantunya yang baru datang malah berdebat.

Krist hanya nyengir dan melihat Mae-nya. “Mae, mana cookienya? Aku mau dong, masih kan?” tanya Krist.

Nan menganggukkan kepalanya. “Masih kok, kamu disini aja. Biar Mae ambilin ke dapur ya nak.”

Dengan patuh Krist menganggukkan kepalanya dan beranjak menuju sofa menunggu Mae-nya yang mengambilkan cookies untuk dirinya. Sedangkan Jack dan Singto memilih bermain catur karena mumpung bertemu.

“Ini cookies-nya, kamu habisin aja. Masih ada dua toples kok,” ucap Nan memberikan satu toples pada Krist.

Krist menganggukkan kepalanya dan langsung memangku toples cookies tersebut dan langsung mencobanya. Baru gigitan pertama Krist sudah tersenyum dan menggoyangkan kepalanya. “Emmhhh ini enak banget seperti biasa Mae.”

Connection Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang