Devil Provocation

1K 140 25
                                    

Langkah kaki yang anggun begitu menggema hingga terdengar di seluruh penjuru kantor. Banyak karyawan yang memperhatikan itu tentunya, Isabela kini datang kembali ke kantor Singto bersama dengan ayahnya. Kalau dia datang seorang diri tentunya kini dia sudah terusir, namun dia membawa ayahnya yang memang sedang bekerja sama dengan kantor Singto agar tak ada yang berani mengusirnya. Bahkan satpam yang biasanya menyeret Isabel terliat diam saja tadi di depan tak berani bertindak karena ada Tuan Freed yang merupakan kolega penting dari bosnya.

Mereka masuk ke dalam ruang meeting yang kedatangannya sudah ditunggu-tunggu sedari tadi. Karena untuk hari ini mereka akan membicarakan tentang desain bangunan yang tepat untuk kerja sama yang akan melibatkan dua perusahaan besar.

 Karena untuk hari ini mereka akan membicarakan tentang desain bangunan yang tepat untuk kerja sama yang akan melibatkan dua perusahaan besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Singto hanya diam dengan tatapan tajamnya  mengarah pada Isabel. Dirinya tak bisa mengusir wanita bermuka dua itu karena ada koleganya. “Maaf Tuan Freed, bisa kita berbicara sebentar sebelum mulai rapat?” tanya Singto dengan penuh sopan santun.

“Tentu saja, Tuan Singto.”

“Yang lain boleh keluar sebentar dari ruangan ini.” Sontak para karyawan Singto dan dua karyawan yang dibawa oleh Freed itu keluar. Menyisakan tiga orang dalam ruangan itu.

“Maaf, Nona Isabel yang terhormat, tapi termasuk Anda juga. Bisa Anda keluar lebih dulu,” ucap Singto dengan menekankan setiap perkataan yang keluar dari dalam mulutnya.

“Nggak mau, kalian bicaralah. Aku akan tetap di sini.”

Singto terdiam dengan tatapan jengahnya, enggan untuk memulai percakapan diantara mereka karena masih ada Isabel. Freed yang paham dengan itu lantas berbicara pada putrinya, “Sayang, kamu keluar sebentar ya. Nggak akan lama kok.”

“Nggak mau, Dad…”

“Isabel!”

Kalau sudah dipanggil dengan nama aslinya, itu tandanya Isabel harus menurut dan ayahnya nggak menerima bantahan sama sekali. Dengan berat hati akhirnya Isabel bangkit dari duduknya dan dengan menghentak-hentakkan kakinya dia keluar dari ruangan tersebut hingga akhirnya menyisakan dua orang, seperti yang diinginkan oleh Singto.

“Ada apa Tuan Singto?”

“Tuan Freed, saya sangat menghormati Anda karena sudah mau jauh-jauh datang ke sini untuk bekerja sama dengan perusahaan saya yang masih biasa saja ini. Tapi, untuk pertama-tama saya ingin meminta maaf dengan Anda sebesar-besarnya. Maafkan saya kalau saya tidak bisa menerima Isabel, saya ingin menjelaskan kesalah pahaman beberapa hari terakhir ini. Karena saya yakin pasti Isabel tak ingin mengatakannya dengan jujur pada Andaa…”

“Ada apa sebenarnya ini? Kejujuran apa?” tanya Freed yang sangat penasaran.

Singto mengambil nafas dalam-dalam lalu menjelaskan hubungan sebenarnya antara dirinya dan Isabel di masa lalu, serta kebohongan yang dikatakan oleh Isabel juga. Singto menyangkal akan hal itu karena nyatanya mereka memang tak pernah bersama.

“Saya minta maaf sekali lagi jika penolakan ini membuat Anda sakit hati. Tapi, saya benar-benar tidak bisa bersama dengan Isabel. Di samping saya sudah tak punya rasa dengannya, saya juga sudah menikah beberapa bulan yang lalu.”

Freed terdiam mencerna seluruh perkataan yang dilontarkan oleh Singto. Dia tak menyangka kalau putri kesayangannya bisa berbohong padanya, kenapa dia percaya dengan perkataan Singto karena dia merasa Singto mengatakannya dengan jujur. Dari sorot matanya saja sudah kelihatan kalau Singto tidak berbohong.

“Jika Anda ingin membatalkan kontrak kerja kita, saya tidak masalah karena hal itu pasti Anda kecewa dengan saya.” Singto berkata lagi karena taka da respon apapun dari koleganya setelah dia menjelaskan salah paham yang sedang terjadi.

“Tidak, kita akan tetap lanjutkan kerja sama ini. Saya juga minta maaf kalau sikap Isabel tidak sopan dan semaunya sendiri. Saya tak mnegetahui kalau Anda sudah menikah, dan soal Isabel nanti saya akan mengurusnya, jadi Anda tenang saja Tuan Singto. Sepertinya saya yang salah karena selalu memanjakannya, hingga dia selalu ingin mendapatakan apa yang selalu dia inginkan. ” Dengan begitu bijaksana Freed tetap melanjutkan kerja sama ini. Padahal Singto sudah menyiapkan dana, jika saja koleganya ini ingin menuntut dirinya atas kelalain pembatalan kerja secara sepihak.

Akhirnya setelah itu semuanya diperbolehkan masuk ke dalam dan meeting dimulai. Sepanjang meeting Isabel selalu memperhatikan Singto yang serius dalam menyimak dan memperhatikan karyawannya yang sedang presentasi. Sayangnya meskipun Singto sangat sadar kalau dirinya sedari tadi diperhatikan oleh Isabel, dia tak menanggapinya dan cenderung mengabaikannya. Freed yang melihat kelakuan putrinyapun hanya bisa menggelengkan kepalanya, ingin menegur juga tidak mungkin karena sedang banyak karyawan di sini. Dia tak ingin membuat malu sang putri kesayangannya.

“Daddy tunggu di mobil ya, aku ingin berbicara pada Phi Singto sebentar,” ucap Isabel ketika mereka berdua keluar. 

“Nggak usah, ayo pulang sekarang.”

“No, sebentar saja ya.”  Pinta Isabel dengan wajah melasnya.

“Baiklah, jangan lama-lama karena ada hal yang ingin Daddy bicarakan sama kamu, Isabel.”

“Siap, Daddy.” Setelahnya Freed pergi dan Isabel langsung masuk kembali ke ruang meeting tadi dan menemukan Singto yang masih membaca berkas tadi bersama sekretarisnya.

“Phi Singto,” panggil Isabel yang langsung duduk di samping Singto yang masih kosong.

“Fah, kau keluar dulu.”

“Baik, Tuan.” Setelahnya Fah langsung pergi dari sana meninggalkan Singto bersama dengan Isabel dalam ruangan yang sama.

“Apalagi Isabel, aku sudah bilang pada ayahmu kalau kita nggak balikan. Jadi, mulai sekarang stop ganggu. Kau tahu bukan aku sudah menikah,” geram Singto dengan tatapan tajamnya yang penuh dengan intimidasi.

“Haha Phi… Phi… untuk apa kau mempertahankan Krist yang selingkuh itu, sudah berulang kali aku mengirimkan semua bukti padamu bukan. Dia tuh nggak cinta sama kamu…,”

Seketika Singto tahu sekarang siapa yang selalu mengiriminya gambar dan provokasi tidak jelas itu. “Oh, jadi kau selama ini yang memata-matai Krist. Dengar ya Isabel, jangan pernah lagi kau ganggu keluargaku. Atau aku akan berbuat sesuatu yang nggak pernah kau lihat sebelumnya.”

Isabel justru tertawa dengan begitu kerasnya. Tidak merasa takut sedikitpun dengan ancaman yang dilontarkan oleh Singto. Dia justru membuka handphone-nya dan memperlihatkannya pada Singto.

“Itu Krist yang selalu kau bela Phi, dia sedang bermain api di belakangmu..,” ucap Isabel memperlihatkan sebuah foto yang diambil oleh mata-mata yang dirinya tugaskan untuk mengikuti Krist selama ini.

Singto melihat foto itu, dan amarahnya kian memuncak. Sekarang dia bimbang harus percaya yang mana, disisi lain dirinya sangat ingin percaya dengan Krist sebagai pasangan hidupnya. Tapi, masalahnya itu jelas-jelas wajah Krist dan Plustor yang sedang bermain api di belakangnya.

“Yakin masih mau percaya dengan Krist, Phi?” Isabel semakin mengompori Singto.

“Itu urusanku, sekarang keluar dari ruangan ini!” teriak Singto yang sudah jengan melihat wajah Isabel.

Singto segera bangkit dari sana dan kembali ke ruangannya mengambil ponsel dan kunci mobilnya. Yang ada di dalam benaknya sekarang hanya ingin menemui Krist dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Jika benar Krist selingkuh dibelakangnya, dia tak akan bisa mentoleransi perbuatan itu.

.
.
.

See you next chapter.

Connection Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang