Moon And Back

910 112 16
                                    

Makan malam berjalan dengan cukup lancar dari semua orang yang diundang oleh Singto. Krist terlihat begitu bahagia mendapati banyak orang yang sayang dengannya. Apalagi mereka juga yang menemaniya secara bergantian ketika dirinya sedang dirawat di rumah sakit.

Kini Singto dan Krist sudah berbaring di ranjang mereka berdua karena yang lain memang sudah pulang semua. Krist tadi kembali ke kamar duluan dan mengganti bajunya dengan piyama, meskipun agak kesulitan namun dia sudah bisa mengganti bajunya sendiri.

“Seneng nggak malam ini?” tanya Singto sambil mengubah posisinya menjadi miring dan menghadap ke Krist.

Krist sedikit mengerutkan dahinya. “Maksudnya? Karena banyak orang di rumah tadi?” tanya Krist memastikan maksud dari pertanyaan yang diajukan oleh Singto.

Singto dengan cepat menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis, sambil tangannya mengusap rambut lembut Krist.

Tindakan dari Singto barusan justru membuat pipi Krist memerah. Dia suka dimanjain oleh Singto seperti ini, namun dia terlalu malu untuk mengakuinya. Krist menyingkirkan tangan Singto dari rambutnya dan berkata, “Nanti rambut aku berantakan ih,” kesal Krist meskipun dalam hatinya berkata dari kebalikannya.

“Hahaha iya-iya, aku boleh jujur nggak?”

“Jujur apa? Kamu bohong tentang sesuatu sama aku?” tanya Krist dengan pandangan penuh selidik.

Singto menggelengkan kepalanya. “Aku mau jujur sama kamu kalau setelah kamu hamil tuh ya, kamu makin cantik banget. Apalagi pipi kamu ini, makin gemesin pengen aku makan rasanya.” Singto mengatakan itu sambil menguyel-uyel pipi Krist yang sudah seperti mochi karena memang selama di rumah sakit dia banyak makan.

Krist yang diperlakukan seperti itu tentu saja berontak dan beringsut menjauh. “Sakit tahu pipi aku!” bibir Krist sampai maju beberapa senti karena kesal dengan kelakuan Singto.

Singto justru semakin tertawa melihat Krist yang kesal dengan dirinya. Dia bahkan beringsut mendekat ke Krist dan langsung membawa badannya ke dalam pelukannya. Singto semakin menggoda Krist dengan memberikan banyak kecupan di pipi gembil Krist. Meskipun Krist kesal, namun Singto belum berniat menyudahi kejahilannya sekarang ini.

Hingga pada akhirnya Krist terdiam dan tidak berontak karena Singto yang saat ini sedang memangut bibirnya. Tentu saja Krist terkejut dengan apa yang dilakukan oleh sang suami. Sapuan lembut di bibirnya membuat Krist melayang seketika, kamar mereka terdengar bunyi decapan satu sama lain karena Krist entah bagaimana dia membalas apa yang dilakukan oleh Singto.

Mereka saling memiringkan kepalanya agar hisapan merekka semakin dalam, tangan Krist bahkan sudah terkalung indah di leher Singto. Saling membelit lidah satu sama lain, dan sesekali lidah panjang Singto mengabsen seluruh deretan gigi kecil Krist yang tersusun rapi. Tak ada tanda-tanda dari mereka yang berniat untuk melepaskan dan masih menikmati kegiatan memakan bibir satu sama lain.

Tanpa Krist sadari, tangan Singto sedari tadi sudah melepaskan kacing piyama yang digunakan oleh Krist. Bahkan tangan kekarnya sudah mengelus   perut buncitnya dengan pola abstrak. Itu membuat Krist melenguh menikmati sentuhan yang dilakukan oleh Singto. Perutnya menjadi bagian sensitif setelah dirinya mengandung.

“Euunngghh Phi Singh..,”

Singto semakin  bersemangat mendengar namanya dieluhkan oleh Krist. Dia menggeser tubuhnya sedikit ke bawah dan mengecupi dari leher Krist sampai perut Krist.

Krist memilih pasrah karena entah mengapa seluruh tenaganya seolah lenyap dengan segala sentuhan ajaib dari tangan Singto.

“Sayang, bolehkan?” tanya Singto mendongak di depan pusat diri Krist. Sedangkan Krist hanya menganggukkan kepalanya, itu membuat tangan Singto langsung bergerak melepaskan celana Krist.

Connection Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang