Seokjin menuangkan sedikit alkohol ke dalam gelas milik Ayahnya, dia juga menuangkan alkohol itu ke dalam gelasnya. Mereka menenggaknya bersama, sesaat setelah bersulang.
Laki-laki itu bersama Ayahnya akan membicarakan banyak hal. Hal-hal yang dibicarakan terkait dengan hal-hal yang terjadi di kehidupan karir mereka. Seokjin berbicara mengenai keluhan yang ia rasakan selama menjadi Ketua Yayasan Kesehatan dan Pendidikan Universitas Eunsang. Terlebih, ia dilantik beberapa minggu setelah masa wajib militernya selesai. Seokjin bagai mendapat kejutan yang berisi banyak tanggung jawab usai laki-laki itu melaksanakan tanggung jawab dan kewajibannya sebagai laki-laki yang lahir, tinggal, dan berkewarganegaraan Korea.
"Jadi, kau akan menyerah dan mau berhenti di sini saja?" tanya Ayah Seokjin, PM Kim, atau pria yang lahir dengan nama Kim Yeonsang.
Seokjin tertawa untuk Ayahnya. Laki-laki itu menggeleng. Dia rasa, Ayahnya telah salah paham pada dirinya. Jadi, Seokjin harus segera meluruskan kesalahpahamannya. "Ayah, kau bukan orang yang tak mengenal bagaimana watakku. Aku mungkin sedang kesulitan sekarang ... tapi apa perlu aku berhenti selagi aku sendiri yakin bahwa aku mampu bertahan? Kurasa tidak."
Yeonsang membalas anaknya dengan tawa pula. Dia menatap mata anaknya, selagi dia berbicara. "Tadinya, kalau kau menyerah aku akan menawarkan posisi lain untukmu. Tak akan lebih mudah dari menjadi Ketua Yayasan, tapi kurasa kau akan menyukai ini."
"Posisi lain?" Seokjin bertanya, menambah fokusnya pada pembicaraan dengan Ayahnya kali ini. "Kau baru membicarakan ini setelah aku resmi menjabat sebagai ketua yayasan, bukan malah sebelumnya. Ini kelihatan seperti bukan pilihan."
Yeonsang kembali melepas tawanya. Dia mengajak anaknya bersulang dan minum lebih dulu, sebelum kembali berbicara. "Memang ini bukan pilihan. Karena aku pikir kau akan menyukainya."
"Jadi, posisi apa yang kau tawarkan?" tanya Seokjin.
"Menantu Im Sohyeong," jawab Yeonsang. "Beliau meminta tolong padaku untuk membujukmu agar kau mau menikahi putri tunggalnya, Im Sojung. Kau mengenal gadis itu, 'kan?"
"Im Sojung?" Seokjin bertanya. "Tidak, aku hanya tahu sedikit tentangnya. Belakangan, dia menjadi perbincangan karena sikapnya bak putri mahkota kerajaan: anggun, murah hati dan menawan."
"Memang benar begitu, bukan?" tanya Yeonsang. "Dia cucu perempuan Presiden Korea Selatan, dengar-dengar Ayahnya juga akan maju dalam periode pemilu selanjutnya." Yeonsang menjeda kalimatnya dan mendadak merubah atmosphere perbincangan mereka. "Mengenai kalimat terakhirmu, alasan kenapa Im Sojung diberi julukan putri mahkota kerajaan. Apa kau juga berpikir begitu? Kau berpikir bahwa dia anggun, murah hati, dan menawan?"
Ah, Tuhan! Seokjin mendadak sebal saat tatapan mata Ayahnya berubah. Seokjin merasa bahwa Ayahnya kini sedang berusaha merayunya. "Kurasa Ayah yang lebih berpikir bahwa dia begitu."
Kim Yeonsang tertawa, memecah atmosphere dan menghentikan aksi jailnya. "Jujur saja, Seokjin, memiliki menantu anggun, murah hati, dan menawan adalah impianku. Tidak peduli dia cucu presiden atau bukan, anak ketua pimpinan KBC atau bukan, dia akan tetap menjadi menantu idamanku. Kita tidak butuh apa-apa lagi, karena kita punya yayasan dan posisiku sebagai PM akan bertahan hingga beberapa tahun ke depan."
"Ayah seperti benar-benar sudah jatuh cinta padanya," celetuk Seokjin. "Akan kupertimbangkan jawabanku."
Yeonsang tersenyum. Dia kembali mengajak anaknya bersulang, lalu menenggak sisa alkohol yang mereka bawa ke meja malam ini. Hingga pada akhir acara minum-minum sederhana dengan putranya malam ini, Yeonsang kembali memberikan informasi pada Seokjin. "Im Sojung ... dia akan berpidato besok di universitas, sebagai perwakilan dari KBC. Kau bisa menyapanya kalau kau mau, tapi memerhatikannya dari jauh pun tidak masalah."

KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken
Fanfiction#1 ― bangchin #1 ― politik Im Sojung, adalah putri tunggal dari pasangan Im Sohyeong dan Jeong Namra. Im Sohyeong sendiri adalah pimpinan perusahaan penyiaran nomor satu di Korea Selatan. Im Sohyeong juga merupakan putra pertama orang nomor satu di...