Unspoken: One ― 01

402 46 3
                                    

Keluar dari gedung tempat pertemuannya dengan rekan kerja, Im Sojung diikuti sekretarisnya berjalan menerpa orang-orang yang terus berlalu-lalang. Dengan posisi tegak, Sojung memberikan senyumannya kepada masyarakat yang mengenalinya sebagai wakil pimpinan KBC, dan cucu dari Im Saegyeong. Gadis itu bahkan melepas kaca mata hitamnya, tak segan menunjukkan matanya yang manis saat tersenyum pada khalayak yang menyapanya selama perjalanannya menuju tempat mobilnya terparkir.

"Dia Im Sojung cucu perempuan Presiden Im, 'kan?"

"Heol, ternyata Im Sojung benar-benar nyata. Kupikir dia dewi yang tidak mungkin muncul di depan mataku seperti ini."

"Im Sojung ini manusia atau bukan? Bagaimana bisa dia berdiri seanggun itu?"

Sojung lagi-lagi hanya bisa tersenyum menanggapi beragam komentar orang-orang mengenai dirinya. Bukan dia tak mendengar bisik-bisik yang mengatakan hal buruk tentang dirinya. Dia hanya ingin melewatkan bagian itu dan menikmati dukungan-dukungan yang lebih banyak ia dapatkan.

Sojung menundukkan kepalanya sedikit untuk menyapa semua orang―yang sedang memerhatikannya. Kakinya terus melangkah menyusuri jalan lurus yang membawanya masuk ke dalam mobilnya.

Sojung kembali mengenakan kaca mata hitamnya begitu duduk di kursi penumpang. Saat mobil mulai bergerak maju, Sojung penasaran mengenai jadwalnya setelah ini. "Setelah ini, apa yang harus aku lakukan?"

"Jadwal anda selesai di sini, Buhuijangnim," jawab sekretarisnya. "Anda tidak memiliki jadwal apapun setelah ini."

"Benarkah?" tanya Sojung. Begitu sekretarisnya mengiyakan, Sojung langsung berpesan pada supirnya untuk mengantarnya ke restaurant hotel milik Ibunya. Selain karena cacing di perutnya meronta kelaparan, dia pikir bertemu Ibunya saat ini juga bukan ide yang buruk.

"Kau bisa kembali ke kantor setelah aku diantar ke hotel. Tidak usah menungguku karena aku tidak berencana kembali ke kantor setelah dari sana," pesan Im Sojung pada sekretarisnya.

Sekretarisnya awalnya ragu untuk membiarkan Sojung pergi sendiri tanpa pengawasan dan bantuannya, padahal ini masih jauh dari jam kerja yang harusnya ia selesaikan. Namun, keraguannya dengan cepat ditepis oleh Im Sojung.

"Sekretaris Jang, kau bukan pengawalku. Kau ini sekretarisku. Lagipula, hari ini jadwalku sudah selesai, harusnya kau juga begitu," ujar Im Sojung. "Aku pergi untuk menemui Ibuku. Apa kau tetap ingin ikut dan tidak memberi kebebasan Ibu dan Anak berbicara secara pribadi?"

"Tentu tidak, Wakil Im. Kalau begitu, baik, saya akan kembali ke kantor dan mengerjakan apa yang harus saya kerjakan di sana," jawab Sekretaris Jang, yang akhirnya menerima perintah atasannya.

Sojung akhirnya kembali bersandar, lalu menghembuskan napas dan menikmati waktu biasanya walau hanya sejenak. Mendapat banyak perhatian selama hampir tiga puluh tahun, belakangan membuatnya mulai jengah.

Menjaga sikap demi nama baik keluarga, sebenarnya bukan itu masalahnya. Selain menjaga nama baik Keluarga Im, Sojung juga melakukannya demi perhatian banyak orang. Itu yang membuat Im Sojung merasa sedikit lebih lelah, daripada manusia lainnya.

Unspoken

Sebagai putri tunggal dari pemilik dan juru masak utama tempat yang ia kunjungi saat ini, Sojung jelas kembali mendapat banyak perhatian dari banyak pegawai Ibunya. Gadis itu kembali menarik kedua sudut bibirnya, menundukkan kepalanya untuk beberapa orang yang menyapanya.

UnspokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang