Unspoken: Sixteen ― 16

253 35 9
                                        

Sohee duduk di samping putranya, menatap wajah putranya dengan perhatian penuh. Dia hendak berbicara, dia ingin tahu bagaimana langkah yang putranya ambil agar bisa menjadi Ketua Pimpinan KBC, menggantikan Im Sohyeong.

"Kau mau melakukan apa setelah ini? Presiden Im sudah memberimu kesempatan, tapi kau tahu kalau para petinggi tak mungkin percaya begitu saja padamu 'kan?" Sohee bertanya demikian, demi mengetahui hal yang ingin sekali dia ketahui.

"Ibu, kau mau aku yang bagaimana? Berhasil menjadi Kepala Pimpinan KBC, atau bekerja di anak perusahaan KBC sebagai CEO? Tapi jika pilihan kedua yang Ibu pilih ... aku lagi-lagi berada di bawah jabatan Im Sojung."

Sohee dengan tegas menjawab, "Tentu saja pilihan pertama. Jangan biarkan suami Im Sojung menang. Kau harus geser Im Sojung dari posisinya sekarang. Kalau suami Im Sojung yang ternyata menjadi Kepala Pimpinan, dia pasti akan memertahankan posisi istrinya."

"Tepat sekali. Itu artinya bagaimanapun caranya, aku harus membuat para petinggi memilihku," kata Seowoo. "Tapi langkah apa yang bisa kuambil? Menyuap mereka satu-persatu?"--Seowoo terkekeh, lalu menggeleng--"Kita tak punya cukup uang untuk melakukan itu."

"Lalu, kalau bukan itu, kau akan mengambil langkah seperti apa?" Sohee bertanya. Dia mulai khawatir kalau putranya tak akan mengambil langkah apa-apa dan menyerah, hanya berharap pada keajaiban.

"Pemilihan calon Kepala Pimpinan akan terjadi jika memang ada dua kandidat. Aku akan membuat mereka melewatkan itu. Aku akan membuat mereka hanya bisa berharap padaku, tidak ada Kim Seokjin." Seowoo menunjukkan senyumannya yang penuh arti. Dia bahagia dan merasa sangat bangga karena mendapatkan ide seperti itu. Seowoo juga antusias, dia penasaran, apakah rencananya akan sukses ... atau malah akan sebaliknya?

Tidak. Seowoo tidak akan gagal. Dia sangat percaya diri akan ide dan rencananya yang satu ini.

Unspoken

Begitu menginjakkan kaki di tanah Jeju, mereka berlima memutuskan untuk langsung pergi ke hotel. Ditemani oleh pemandu sekaligus pengawal pilihan istana, mereka melewati jalanan di Pulau Jeju dan sampai di hotel―tempat mereka menginap.

Sojung dan Seokjin langsung masuk ke kamar mereka, begitu juga dengan tiga orang lainnya yang ikut berlibur kali ini. Namun, di kamar mereka tidak bersama. Sojung memilih untuk duduk di kursi dan bersandar sejenak sambil mengunggah foto perayaan ulang tahunnya―yang sederhana tadi di bandara―di akun sosial medianya.

Usai itu, Im Sojung memeriksa akun sosial media KBC yang belum lama juga mengunggah fotonya dan mengucapkan selamat ulang tahun. Tak hanya itu, PERS perusahaan juga mengucapkan selamat berlibur untuknya juga Seokjin. Mengenai komentar ... Sojung tidak suka melihatnya saat hari bahagianya. Sojung tahu, dia mungkin dapat komentar positif yang akan semakin membuatnya bahagia, tapi di samping itu, Sojung benci ketika suasana hatinya dirusak oleh kata-kata tak bermutu yang selalu menyinggung dirinya.

Jadi, Im Sojung memilih untuk melewatkan bagian memeriksa kolom komentar.

"Im Sojung, kau mau ikut denganku?"

Entah Im Sojung yang terlalu lama sibuk dengan gadgetnya, atau Seokjin yang memang bersemangat, tahu-tahu pria itu sudah berganti pakaian dan seperti siap akan pergi ke suatu tempat. "Ke mana?"

"Hanya berkeliling," jawab Seokjin. "Aku tidak tahu harus apa jika harus diam di kamar sampai besok."

"Benar, aku juga berpikir itu terlalu membosankan," sahut Sojung ketika mendengar pendapat Seokjin. "*Kol. Ayo berkeliling."

Sojung akhirnya keluar bersama suaminya. Meski tidak bergandeng tangan, keduanya tak membuat jarak yang begitu jauh. Mereka masih cukup membuat orang yang melihat mereka tahu bahwa mereka pergi bersama.

UnspokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang