Unspoken: Three ― 03

308 45 7
                                    

Sojung menyambut kedatangan Ayahnya dengan semangkuk tteok-guk yang akan ia jadikan makan malam, tadinya. Beruntung, ia membuat sup kue beras itu dalam jumlah yang lebih dari cukup untuknya, jadi sama sekali bukan masalah jika dia harus berbagi dengan Ayahnya.

"Kebetulan di luar hujan, jadi menyantap tteok-guk buatan putri Ayah terasa semakin melegakan," ujar Sohyeong sesaat setelah memasukkan satu sendok sup ke dalam mulutnya.

"Bagaimana rasanya? Aku belajar cara membuatnya dari Ibu, tapi aku menambahkan sedikit bumbu rahasiaku." Sojung bertanya mengenai rasa sup kue beras yang dibuatnya, serta meminta pendapat Sang Ayah karena resep Ibunya sedikit ditambahkan dengan bumbu rahasianya.

"Ini lebih enak," jawab Sohyeong. "Katakan apa bumbu rahasiamu. Ayah janji, Ayah tak akan mengatakannya pada Ibu."

Sojung menutup satu sisi mulutnya dengan telapak tangan, lalu berbisik menjawab pertanyaan Sang Ayah. "Sarang." Im Sojung tersenyum setelahnya, saat mendapati Sang Ayah tertawa dan terkejut akan jawabannya.

"Astaga, putriku! Ayah tahu sekarang, cinta adalah kunci utama rasa," ujar Sohyeong. Pria itu memakan satu tteok dari mangkuk, lalu mengucapkan terima kasih untuk rasa makanan dan cinta yang Sojung berikan dalam membuat tteok-guk yang ia makan ini. "Terima kasih, putriku, untuk cintamu pada sup ini, juga padaku."

"Tidak cukup kalau hanya berterimakasih, Ayah. Kau harus memberiku lebih banyak cinta untuk membalasnya," kata Sojung. Gadis itu ikut menyantap tteok-guk buatannya dan menikmati rasa nikmatnya dalam ketenangan.

"Ayah akan membalasnya dengan mencintaimu seumur hidup." Sohyeong berkata demikian, hingga akhirnya Sojung setuju. Im Sohyeong dipersilakan untuk makan dan menikmati sup buatan anaknya hingga habis.

Begitu makan malamnya selesai, Im Sohyeong mengajak anaknya berbicara sambil ditemani sekaleng bir di hadapan masing-masing mereka. Sohyeong menenggak bir miliknya, setelah itu mulai berbicara pada putrinya. "Apartemenmu memang terasa sangat nyaman, seperti tempat tinggal impian, tidak memiliki kekurangan satu pun, tapi apa kau tidak tertarik untuk tinggal di istana? Bersama Ayah, Ibu, dan juga Kakek."

"Sebenarnya aku―"

"Akan ada banyak tanaman yang bisa kau urus," potong Sohyeong sebelum Sojung melanjutkan kalimatnya. "Kau suka merawat tanaman, bukan? Kau bisa mengambil alih beberapa lahan tanaman untuk kau urus sendiri."

Sojung merasa mulai tertarik, tapi dia memilih untuk tidak langsung mengiyakan. Dia ingin Ayahnya mengatakan lebih dulu, mengenai alasan kenapa tiba-tiba Ayahnya kembali membujuknya untuk tinggal di istana kepresidenan, sebagai keluarga Presiden Korea Selatan.

"Lagipula, akhir pekan ini PM Kim dan putranya akan berkunjung. Kau sudah tahu bukan kalau putra PM Kim adalah calon pengantin priamu?" tanya Sohyeong. "Akhir pekan ini dia akan menemuimu di sana. Kau bisa menyambutnya dan memperlakukannya dengan hangat sebagai calon suamimu."

Sojung menyandarkan tubuhnya pada kepala kursi, menarik kedua sudut bibirnya dan mengangguk. "Arasseo. Akan kulakukan seperti apa yang Ayah perintahkan."

―Unspoken―

"Noona."

"Eo. *Wae ddo?"

Seokjin kembali duduk di kursinya, menaruh cangkir berisi kopi yang baru saja ia buat. Dia menatap ke arah saudara perempuannya―kakaknya yang berusia dua tahun lebih tua darinya―di layar tablet yang sedang ia gunakan untuk melakukan panggilan video bersama kakaknya yang berada di Jepang.

UnspokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang