Sepuluh hari berlalu dengan cepat bagi mereka berlima. Di Jeju, berkat Im Sojung dan Kim Seokjin, Soojin bersama dua sekretaris adik-adiknya bisa mengunjungi pantai, taman alam, dan berulangkali menikmati indahnya matahari terbit, bahkan tenggelam dengan mata kepala mereka sendiri.
Sore ini, mereka berencana untuk pergi dan mengunjungi bagian Jeju yang lain. Mereka hendak pergi untuk berkemah, sebelum besoknya kembali dan Seokjin akan menghadiri rapat pemegang saham KBC, sebagai calon ketua pimpinan yang mendapat dukungan dari Pimpinan KBC sebelumnya―Ayah mertuanya.
Kali ini, Seokjin bangun lebih dulu dari Sojung. Meski tahu kalau mereka baru akan berangkat nanti sore, masih ada beberapa hal yang harus dia siapkan selain keperluannya untuk berkemah nanti.
Seokjin keluar dari kamar tidur, pria itu mencuci wajahnya lalu menyeduh kopi untuk membuatnya lebih segar pagi ini. Menatap matahari dari balik jendela adalah hal yang biasa dia lakukan di pagi hari. Sambil memegang secangkir kopi, pun menatap indahnya matahari pagi di penghujung tahun sebelum musim dingin datang, Seokjin berbicara lewat hatinya dengan pikirannya sendiri.
Besok adalah hari dimana dirinya dan Seowoo bertarung di babak final. Namun, dirinya belum menyiapkan strategi apapun. Belakangan ini, Seokjin benar-benar menikmati waktu liburannya bersama istri dan tiga orang terdekatnya yang lain. Laki-laki itu belum menyiapkan senjata yang akan ia acungkan pada Seowoo, untuk mengalahkan laki-laki itu.
Satu-satunya yang terpikirkan olehnya saat ini adalah Presiden Im―orang yang mendukung Cho Seowoo untuk maju dan menjadi lawannya. Presiden Im bukan tak mendukungnya juga, beliau hanya mementingkan masa depan cucu laki-lakinya yang hampir hancur jika tidak dibantu sedikit lagi.
Seokjin lantas membuka ponselnya, menghubungi Presiden Im secara pribadi. Setelah bertanya dan tahu bahwa Presiden Im memang sedang senggang saat ini, Kim Seokjin mengajak pria baya itu berbicara santai dengan berbagai topik yang terlintas di kepalanya. Mereka berdua tertawa dan Im Saegyeong pun terdengar menikmati suasana yang dibangun Seokjin.
"Geundae, harabeoji,"--Seokjin menjeda kalimatnya sebentar, karena tak mau terlalu buru-buru--"bukankah dulu kau pernah bilang, kalau aku akan mendapat keuntungan darimu karena aku berhasil mencuri hatimu?"
Seokjin mendengar tawa Im Saegyeong, sebelum kalimat, "Tentu saja. Kau mengingatnya dengan baik, Kim Seokjin."
Sekarang Seokjin yang menarik kedua sudut bibirnya. Dia akan mengungkapkan maksudnya saat ini. "Aku belum menagihnya, sebelum ini. Karena aku sudah jadi bagian dari keluargamu, bisakah aku mendapatkan hal yang kuminta waktu itu?"
"Dua puluh persen saham KBC?" Im Saegyeong bertanya untuk memastikan. "Besok adalah rapat para pemegang saham tertinggi, untuk pergantian Ketua Pimpinan. Kau menjadi salah satu dari dua kandidat. Kenapa kau menginginkan saham sebesar itu sekarang? Apa kau benar-benar ingin menjadi Ketua Pimpinan yang selanjutnya?"
"Benar," jawab Seokjin. "Tidak bisakah aku begitu? Jika tidak bisa keduanya, maka berikan aku salah satu. Posisi Ketua Pimpinan KBC, atau pemegang saham tertinggi di KBC."
"Arasseo," kata Im Saegyeong. "Aku tidak bisa memberikanmu secara penuh dua puluh persen, aku hanya bisa memberimu setengahnya. Kau tetap akan jadi pemegang saham tertinggi, namun di urutan ketiga, setelah aku dan Ayah mertuamu."
![](https://img.wattpad.com/cover/305699938-288-k202553.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken
Fanfic#1 ― bangchin #1 ― politik Im Sojung, adalah putri tunggal dari pasangan Im Sohyeong dan Jeong Namra. Im Sohyeong sendiri adalah pimpinan perusahaan penyiaran nomor satu di Korea Selatan. Im Sohyeong juga merupakan putra pertama orang nomor satu di...