Menarik kedua sudut bibirnya ke atas, Cho Seowoo tersenyum dan merasa akan menang. Langkahnya untuk membuat para petinggi hanya punya satu kandidat sebagai calon Ketua Pimpinan KBC sepertinya akan berhasil.
Kim Seokjin―lawannya yang juga suami sepupunya, tidak akan bisa menghadiri rapat pemegang saham besok siang. Para petinggi pasti akan langsung mendiskualifikasi Kim Seokjin dan hanya dia seorang 'lah yang berdiri sebagai calon ketua pimpinan.
Cho Seowoo benar-benar merasa puas. Penjaga palsu yang menemani liburan Kim Seokjin dan istrinya, serta para pendamping, berhasil mengelabuhi mereka dan menjalan tugasnya dengan baik.
"Hanya butuh bantuan Presiden Im sedikit lagi, aku akan mengalahkanmu, Noona," gumam Cho Seowoo sambil menatap ke arah luar jendela―yang menampilkan potret malam kota Seoul dengan gedung-gedung pencakar langitnya.
Cho Seowoo merasa bangga, meski masih belum terlalu puas. Dia begitu menantikan hari esok, hari di mana dia akhirnya dipilih sebagai Ketua Pimpinan KBC dan mengalahkan Kim Seokjin―suami sepupunya―sebagai saingannya dalam memperebutkan posisi ketua pimpinan.
Seowoo sedikit terkejut saat tubuhnya tiba-tiba dipeluk. Ternyata Ibunya yang melakukannya. Seowoo kembali tenang ketika mengetahui itu.
"Apa yang membuatmu tersenyum seperti itu, anakku?" Im Sohee bertanya setelah melakukan kontak fisik dengan anaknya.
"Aku sudah melakukannya," jawab Seowoo sambil menatap mata Ibunya, senyumannya pun belum menghilang dari wajahnya. "Langkah awal membuat para petinggi hanya memiliki satu kandidat, untuk maju sebagai ketua pimpinan di KBC. Kim Seokjin tidak akan bisa datang besok dan hanya akan ada aku yang berdiri sebagai kandidat."
"Benarkah?" Sohee bertanya antusias. "Kau sudah mengatur semuanya sendiri? Wah, Cho Seowoo, kau melakukannya dengan baik. Ibu bangga padamu."
Seowoo makin tersenyum, dia mengeratkan pelukan antara Ibunya dan dirinya. "Ibu akan lebih bangga saat aku benar-benar menjadi Ketua Pimpinan KBC nanti."
"Baiklah, Ibu akan menantikannya." Sohee benar-benar menantikannya. Mungkin, besok adalah akhir dari masa emas keluarga kakaknya. Sohee bersama Seowoo mungkin akan punya derajat lebih tinggi dari mereka, karena kepemimpinan KBC akhirnya jatuh ke tangan anaknya.
―Unspoken―
Sejenak melupakan nasib sial mereka yang sengaja ditinggalkan oleh para penjaga dari istana, kelimanya tertawa menikmati momen kebersamaan mereka di depan api anggun. Dibantu mafia game, mereka menjadi merasa lebih dekat satu sama lain.
"Kenapa kalian memilihku? Aku sungguh bukan mafia," kata Sojung ketika Seokjin, Sekretaris Kang dan Sekretaris Jang memilihnya.
"Jangan berbohong, Wakil Im. Kami tahu betul kalau kau adalah mafia," sanggah Sekretaris Jang.
"Okay! Waktu pemungutan suara telah habis!" Soojin yang bertugas menjadi kepala dalam permainan ini, akhirnya memberitahu bahwa waktu pemungutan suara―yang lebih banyak digunakan untuk berdebat―telah habis. "Im Sojung, karena kau adalah orang yang mendapat suara terbanyak untuk mati, maka kau sudah tak bernyawa dalam permainan ini."
"Wah ...," keluh Sojung menunjukkan kekecewaannya. "Kalian memilih cucu Presiden Korea untuk mati? Tidak bisa dipercaya."
"Kalau begitu, siapa mafianya?" tanya Sekretaris Kang untuk akhir dari babak permainan kali ini.
Soojin sedikit memperlambat waktu. Dia sengaja mempermainkan mereka. Tangannya memukul pahanya berulangkali demi meniru nada pukulan drum ketika menantikan pengumuman pemenang. "Im Sojung adalah mafia. Sekretaris Kang, Sekretaris Jang, Kim Seokjin, selamat atas kemenangan kalian!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken
Fanfiction#1 ― bangchin #1 ― politik Im Sojung, adalah putri tunggal dari pasangan Im Sohyeong dan Jeong Namra. Im Sohyeong sendiri adalah pimpinan perusahaan penyiaran nomor satu di Korea Selatan. Im Sohyeong juga merupakan putra pertama orang nomor satu di...