Unspoken: Epilog ― 00

359 36 30
                                        

Seokjin kira, setelah membenarkan kekeliruan dalam kasus Ibunya, semuanya akan berjalan lebih baik daripada sebelumnya, termasuk hubungannya dengan Sojung, istrinya. Namun, kenyataannya, Seokjin justru merasa tidak enak hati pada Sojung. Meski wanita itu bilang, wanita itu tahu kalau dirinya tidak seharusnya merasa bersalah karena pelakunya bukan dia, kenyataan yang Seokjin perhatikan selama tiga bulan belakangan―setelah kasus ibunya terbebas dari kekeliruan―adalah sebaliknya.

Im Sojung tidak bersikap seperti siapa dia biasanya. Dia juga tidak kembali bersikap seperti awal mereka bersama. Im Sojung hanya menjadi pribadi yang berbeda, yang benar-benar sulit untuk Seokjin kenali.

Tidak ada lagi sapaan manis yang Sojung berikan. Tidak ada lagi nada lucu yang Seokjin dengar, yang membuat dirinya merasa gemas. Bahkan tidak ada lagi kontak fisik yang mereka lakukan, sepanjang mereka bersama. Awan kelabu, serta raut murung, adalah salah dua hal yang bisa Seokjin lihat dari Sojung, belakangan ini.

Sekarang, sebagai seorang suami, Seokjin merasa begitu sedih dan khawatir. Rasa bersalah pada istrinya yang dia cintai, semakin besar setiap hari. Im Sojung menjadi pribadi seperti ini, mungkin karena dirinya. Seokjin gagal merangkul Sojung, gagal memberikan pengertian serta pendampingan, sehingga akhirnya wanita itu justru terjebak sendirian di dalam kemurungan.

Rasa bersalah itu yang akhirnya membuat Seokjin, malam ini, mengabulkan permintaan terakhir Sojung sebagai istrinya ... untuk berpisah. Kemarin, saat sore hari, Sekretaris Kang menyampaikan surat dari pengadilan yang menyampaikan bahwa istrinya sudah mengajukan gugatan cerai beberapa hari lalu.

Saat pertama kali membacanya, Seokjin tentu saja terkejut. Dia tidak pernah menyangka kalau akhirnya Sojung akan mengambil langkah seperti ini. Dia merasa begitu patah hati. Hingga akhirnya, malam ini, Kim Seokjin menyempatkan waktu untuk berbicara dengan Sojung sebelum dia menyetujui gugatan cerai yang Sojung ajukan di pengadilan.

"Kau serius ingin berpisah denganku? Apa yang membuatmu berpikir dan yakin kalau berpisah denganku adalah jalan keluar dari masalah yang sedang kau hadapi?"

Dengan rasa berat hati, Sojung menjawab pertanyaan suaminya, "Aku serius. Aku sudah memikirkannya matang-matang dan kurasa ini adalah satu-satunya pilihan yang bisa aku ambil."

"Apa kau sudah tidak mencintaiku?"

Sojung hanya diam, tetap menundukkan kepalanya.

"Im Sojung, lihat aku!" titah Seokjin. "Apa tidak ada lagi rasa yang tersisa untukku? Kemana kau membuang semua rasamu terhadapku?"

"Aku tidak membuangnya," jawab Sojung. "Seokjin, bahkan sampai saat ini, aku masih benar-benar mencintaimu. Aku begitu menghargaimu sebagai suamiku. Namun, aku juga perlu menghargai diriku. Bagiku, caraku menghargai dan mencintai diriku sendiri, adalah berpisah denganmu."

"Kenapa seperti itu? Apa aku telah melukaimu? Apa caraku menghargaimu begitu buruk, sehingga kau merasa berpisah denganku adalah cara menghargai dirimu sendiri yang paling baik?" tanya Seokjin. "Aku tidak mau berpisah denganmu, Im Sojung ...."

Awalnya, Seokjin kesulitan untuk melepaskan istrinya. Dia berusaha membujuk Sojung sehati-hati yang ia bisa. Namun, Im Sojung tetap pada dirinya sendiri yang teguh pada pendiriannya. Istrinya tetap mantap untuk menolak ajakan Seokjin agar mereka tetap hidup bersama-sama.

Akhirnya, karena tidak mau melihat Sojung lebih kesulitan menghadapi hari-harinya sebagai istri dari Keluarga Kim, Seokjin mengabulkan keinginan wanita itu. Seokjin menyetujui permohonan pisah yang istrinya ajukan, setelah berbicara empat mata dengannya.

"Apa rencanamu setelah nanti resmi berpisah denganku?" tanya Seokjin, setelah menyapu semua air matanya yang sebelumnya mengalir begitu deras.

"Aku mungkin akan pindah ke Kanada bersama Seolhee," jawab Sojung. "Aku sudah mulai mengurus semua keperluan Seolhee, termasuk rencana pendidikan Seolhee di sana."

UnspokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang