Unspoken: Eight ― 08

257 41 13
                                    

Langkah kaki Im Sojung bergerak cepat menuju ke ruangannya. Dia menjadi sedikit tergesa sejak mendapat kabar dari sekretarisnya―yang berada di kantor―bahwa ada seseorang yang datang mengunjunginya. Laki-laki itu menunggunya di ruangannya.

Pintu ruangannya ia buka, lalu ia menemukan laki-laki yang datang mengunjunginya hari ini tanpa memberi kabar. "Seowoo-ya, ada apa? Kenapa berkunjung kemari?"

Cho Seowoo, laki-laki Im Sojung, putra tunggal sekaligus cucu laki-laki tunggal Im Saegyeong. Laki-laki itu datang tanpa memberi kabar lebih dulu pada Sojung, dia bahkan tidak menghubungi Sojung begitu dia sampai. Im Sojung tahu bahwa Seowoo di sini sekarang berkat laporan dari sekretarisnya yang memang hanya bertugas mendampingi semua urusannya di kantor dan tidak ikut pergi seperti Sekretaris Jang.

"Sudah lama tak bertemu, Noona. Bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja?" Seowoo mengambil langkah mundur, sedikit menjauh dari meja kerja Im Sojung―yang dari tadi sibuk diperhatikannya.

"Eo, aku baik-baik saja. Bagaimana kabarmu?" Pandangan Sojung tak lepas dari Cho Seowoo. Mata gadis itu diam-diam memerhatikan gerak-gerik langkah yang Seowoo lakukan di ruangannya.

Sementara Seowoo sendiri, dia tak berniat mengindahkan kalimat terakhir Sojung yang bertanya tentang kabarnya. Karena menurutnya, sepupunya itu tahu betul bagaimana keadaannya saat ini. Jadi, daripada membahas kehancuran perusahaannya dan nasib malangnya, Cho Seowoo beralih pada topik yang menyeret Im Sojung di dalamnya. "Kudengar Paman Im sedang bersiap untuk pemilu periode berikutnya. Kapan KBC akan memberitahu publik tentang itu?"

Sojung mengangkat satu alisnya, lalu bertanya pada Seowoo. "Kenapa bertanya itu? Kau menantikannya?"

Seowoo spontan melepas tawanya. "Eo. Tapi aku lebih tertarik dengan kabar bahwa kau akan menikah sebentar lagi." Seowoo kemudian menambahkan, "Noona, bukankah selama ini kau tak punya teman dekat? Kenapa tiba-tiba akan menikah? Apa mungkin ... ini salah satu rencanamu dan keluargamu untuk mempertahankan KBC?"

Sojung ikut melepas tawanya, dia mengangkat satu sudut bibirnya di penghujung, dan melipat kedua tangannya di depan dada. "Kenapa sempat bertanya tentang kabarku? Padahal kau tahu semua kabar penting yang bahkan belum diumumkan. Kau sedang membuat lelucon, Cho Seowoo?"

Seowoo tertawa meremehkan. Langkahnya perlahan maju dan mendekat pada Sojung. "Kau menganggap bahwa ini lelucon? Aku tidak begitu." Cho Seowoo memasukkan tangannya ke dalam saku celana, lalu menatap mata Sojung dengan satu alisnya yang terangkat―selaras dengan sudut bibirnya yang menyungging. "Noona, apa Presiden Im tahu tentang ini?"--Seowoo bersuara dengan volume yang lebih rendah--"Bahwa alasanmu menikah adalah untuk mempertahankan KBC setelah Paman Im akan mundur dari jabatannya nanti."

Sojung menganggap bahwa apa yang dibicarakan Seowoo cukup menarik. Jadi dia melepas tawanya dan berniat membalikkan situasi. Im Sojung berusaha untuk menyinggung Cho Seowoo. "Entahlah, aku tidak tahu." Sojung menunjukkan senyumannya, sebelum menarik pelatuk dan melepas pelurunya. "Tapi kurasa dia tahu bahwa tujuanmu kembali ke Seoul adalah untuk bertahan hidup. Cho Seowoo yang malang ... kau harus menanggung semua kesalahan Ayahmu dan bertanggungjawab atas apa yang terjadi. Kau pasti sangat putus asa, hingga akhirnya kembali dari Incheon dan berharap kau bisa punya posisi di perusahaan penyiaran nomor satu Korea Selatan, KBC."

"YAK!" Seowoo berteriak dengan mata terbuka lebar karena kalimat yang dilontarkan Sojung.

"JANGAN BERANI MENERIAKIKU SEPERTI ITU, APALAGI DI DEPAN WAJAHKU, SAEKKIYA!" Sojung terbawa arus emosinya. Meski dia yakin langkah yang harusnya ia ambil tidak seperti ini, Im Sojung tak bisa menahan dirinya saat ini. Im Sojung yang selama ini selalu pandai menahan diri dan selalu tahu bagaimana caranya bersikap, untuk pertama kalinya dia kehilangan kendali dirinya.

UnspokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang