*Chapter 5*

3.9K 219 0
                                    

Hari ini sabtu, Adryan dan Thaka sudah pergi bekerja. Gara baru saja menyelesaikan sarapan dan meminum obatnya, sendirian karena Shino masih berhibernasi di kamarnya.

Gara bangkit dari kursi meninggalkan ruang makan. Ia menaiki tangga menuju lantai dua. Kalau saja ada Adryan, sudah pasti Gara akan terkena omelan. Adrian melarang Gara menggunakan tangga karena tidak ingin Gara kelelahan. Lagipula ada lift untuk mempermudah. Jadi buat apa susah-susah naik turun menggunakan tangga.

"Hah..hah..hah.. " napas Gara ngos-ngosan. Ia lantas mendudukkan diri dianak tangga terakhir. Memejam sembari merasakan detak jantungnya yang terasa sangat cepat.

"Naik tangga doang berasa kayak abis lari maraton." ucapnya disela-sela mengatur napas.

Selang beberapa detik setelah nafas nya sudah mulai kembali normal, Ia berdiri, melangkahkan kaki menuju gaming room. Lalu mendaratkan bokong dikursi gaming.

Setelah kurang lebih 2 jam bermain game. Gara mulai merasa lelah dan bosan. Ia teringat Shino, abangnya yang satu itu sepertinya masih belum bangun. Gara lantas memutuskan untuk menghampiri Shino ke kamarnya.

◾◻◾◻◾

"Bang Shin!" Panggilnya seraya mengetuk pintu Shino.

"Bang Shino!" Masih tidak ada suara dari dalam sana.

Gara pun mencoba membuka pintu, ternyata tidak dikunci. Gara membuka pintu itu dan langsung disambut oleh ruangan yang begitu gelap. Tirai di kamar itu juga masih tertutup. Hanya ada sedikit cahaya yang masuk dari ventilasi. Samar-samar ia bisa melihat abang nya yang masih bergelung di atas kasur.

Tapi, tunggu dulu!

Kenapa di atas kasur seperti ada dua orang?

Gara mengernyit sembari menyipitkan kedua matanya. Ah, itu bukan orang yang disebelah abangnya.

Gara lantas melangkah masuk, meraba dinding, kemudian menekan tombol lampu. Ketika lampu sudah menyala, sosok yang tadi berada di atas kasur bersama abangnya itu langsung menghilang.

"Bang, woy! Bangun! elah kebo banget sih jadi orang." ucap Gara sembari menggoyang pundak sang abang.

"Apaan sih, Gar? Gue masih ngantuk, lagian libur gini," Shino menggeliat dengan mata yang masih terpejam.

"Bangun.. ini udah mau siang, bang. Lo gak merinding di temani tidur sama setan?" Bisik Gara tepat di telinga Shino.

Shino langsung membuka matanya lebar. Ia cepat-cepat bangun dari kasur, berdiri di samping Gara.

"Yang bener lo?" Tanyanya sembari memegang kepala, pusing karena tiba-tiba berdiri.

"Ngapain gue bohong, Bang?! beneran tadi ada yang baring di samping lo. Tapi sekarang udah pergi kok." Jawaban Gara membuat Shino menghela napas lega. Lalu Shino melangkah ke walk-in closet.

"Lagian kamar lo tadi gelap banget, mana berantakan gini. Setan tuh suka tempat gelap dan kotor," ujar Gara.
Melihat kamar abangnya yang seperti kapal pecah. Baju, celana, sepatu, handuk berhambur dimana mana, belum lagi bungkus snack dan kaleng soda berserakan di lantai.

"Hehe.. gue semalam abis begadang, belum sempat beresin," Shino nyengir sembari mengambil pakaian dari lemari dan membawanya.

"Begadang ngapain? Gue aduin lo ntar ke papa." Ancam Gara.

"Jangan lah, Gar. Yok, turun!" Ajak nya pada Gara.

"Lo gak mandi?"

"Entar, di kamar mandi bawah." Shino melangkah lebih dulu keluar kamar.

Gara terkekeh, berjalan di belakang Shino. Sudah ia duga abangnya itu pasti takut.

◾◻◾◻◾

"Bang!" Panggilnya saat melihat Shino baru keluar dari kamar mandi yang berada dilantai satu dengan rambut basah, berjalan menghampirinya.

"Apa?" Sahut Shino setelah mendaratkan bokong di sofa sebelah Gara.

"Keluar, yok!" Ajak Gara pada Shino.

"Keluar mana?"

"Jalan."

"Jalan kemana?"

"Ck, hangout, Bang! Terserah kemana. Gue bosen di mansion terus," Gara berdecak, abangnya yang satu ini memang sengaja banget kayaknya mau mancing emosi.

Shino juga tidak peka kalau Gara bosan di mansion terus. Semenjak Gara lulus sekolah, ia memang jarang keluar mansion. Paling pergi keluar saat ke masjid atau saat ke rumah sakit untuk check up saja. Itupun selalu harus ada yang menemani. Adryan melarangnya keluar jika tanpa pengawasan. Karena papanya itu tidak ingin terjadi hal buruk pada Gara.

"Yakin mau hangout? Di luar sana banyak setan loh!"

"Gak yakin sih.. tapi gue bosen, pengen keluar."

Gara bukannya takut sama hantu ya. Ia hanya tidak suka melihat makhluk halus. Walaupun sudah sering dan terbiasa. Lagi pula siapa sih yang suka kalau melihat hantu terus, apalagi dalam jumlah banyak. Karena diluar sana sudah pasti banyak makhluk halus yang berkeliaran. Tapi Gara benar-benar ingin pergi keluar.

"Lo aja gak yakin apalagi gue. Ntar aja kita hangoutnya bareng Papa sama Thaka juga. Kalo rame 'kan lebih seru."

"Ck, kapan bang? Gue pengen nya sekarang," Rengek nya pada Shino.

"Kemaren 'kan udah keluar,"

"Itu kan ke masjid doang, bang.. beda lah,"

"Ke restaurant juga kemaren,"

"Restaurant apaan suasana nya kagak enak gitu. Gak bisa menikmati sama sekali."

Shino menghela napas, ia bingung harus bagaimana. Kalau ia mengajak Gara keluar. Takutnya Gara di ganggu makhluk halus lagi.

Pasalnya waktu itu Shino pernah mengajak Gara hangout berdua saja dengannya dan berakhir ada hantu usil yang mengikuti Gara sampai ke mansion. Selama seminggu hantu itu selalu mengganggu Gara. Bahkan Gara sampai collapse dan harus dirawat di rumah sakit. Setelah kejadian itu Shino tidak berani mengajak Gara jalan berdua lagi.

"Nanti ya, gue ngomong ke Papa minta liburan bareng sekeluarga. Kalau perlu ajak Jerry juga.. biar rame,"

"Ngapain ngajak si tikus? Gak bakal seru liburan kalo ada dia!" balas Gara kesal. Ia memang kemusuhan dengan sepupunya itu.

"Saudara lo itu," ujar Shino.

"Bukan ye! Saudara gue cuma lo sama bang Thaka doang!" Gara mengelak tidak mau menganggap Jerry sebagai saudaranya.

"Dia anaknya om Davian, lo lupa?! Om davian adiknya Papa. Itu berarti Jerry 'kan sepupu kita. Sepupu, ya berarti termasuk saudara juga," ujar Shino menjelaskan.

Gara beranjak dari sofa melangkah menuju lift sembari berkata "bodo amat, bang! Dia sepupu lo bukan sepupu gue. Lagian dia juga gak anggap gue sepupunya."

"YA TAPI 'KAN TETAP AJA KALIAN ITU SEPUPU!" teriak Shino pada Gara yang sudah berjalan menjauh dan akan memasuki lift. Gara tidak lagi menghiraukan teriakan dari abang nya itu.

◾◾◾◾
😽😽😽😽😽😽






*Makasih banyak yang udah mau mampir apalagi udah vote 🙏😊*

About GaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang