*Chapter 51*

1.1K 130 12
                                    

Tubuh Shino yang tengah berbaring di atas kasur itu nampak bergerak gelisah. Berbaring menyamping ke kanan dan ke kiri, kemudian terlentang, tidak juga membuatnya terlelap. Padahal ketika sarapan tadi ia sangat mengantuk dan memutuskan untuk melanjutkan tidur setelah sarapan. Tapi saat sudah kembali ke kamar malah tidak bisa lanjut tidur.

Shino lantas bangun dan bangkit dari kasur, lalu melangkah keluar kamar.

"Tha, tunggu!" Teriak Shino pada Thaka yang terlihat akan memasuki lift. Shino langsung berlari menghampiri kembarannya itu.

"Gak jadi lanjut tidur lo?" Tanya Thaka begitu Shino sudah berdiri di dekatnya, lalu mereka berdua melangkah memasuki lift.

"Gak bisa lanjut tidur gue. Jadi mending gue nyamperin Gara aja di ruang keluarga. Dia masih disana, kan?"

"Kayaknya sih masih. Soalnya pas gue coba cek di kamarnya dia gak ada. Ini gue mau nyamperin dia juga."

Thaka dan Shino sudah berada di dalam lift. Sesampainya di lantai satu, mereka berdua langsung melangkah menuju ruang keluarga.

Begitu tiba di ruang keluarga, betapa terkejutnya mereka melihat Gara terduduk dilantai dekat pintu utama mansion dengan kepala menunduk, terlihat seperti sedang kesakitan. Didekat adiknya itu ada seorang wanita tengah berjongkok, menghadap ke arah Gara. Tapi wanita yang mereka kenal itu tidak terlihat berusaha membantu adiknya dan malah memandang saja.

"BANGSAT! LO APAIN ADEK GUE?!" Thaka berteriak sembari berlari menghampiri Gara. Ini pertama kalinya Thaka berteriak kepada orang lain seperti itu.

Shino juga ikut berlari menghampiri adik dan juga wanita yang berstatus sebagai pacarnya, sembari didalam pikirannya bertanya-tanya kenapa Abel bisa berada disana, di mansion mereka. Bukankah seharusnya Abel masih berada di Paris?

Sementara Abel yang mendapat teriakan lantang dari Thaka, seketika membuatnya tersentak. Wanita itu langsung berdiri, kemudian menoleh ke arah Thaka yang melangkah melewatinya. Thaka langsung berjongkok untuk memastikan kondisi Gara.

"Gak gue apa-apain, Tha. Adek lo tiba-tiba begitu sendiri. Gue juga bingung. Gak tau harus gimana buat nolongin. Untung pas banget kalian datang." Ujar Abel beralibi. Lalu ia beralih menoleh ke arah Shino," adek kamu punya penyakit 'kan, beb. Mungkin penyakitnya itu kambuh. Mending cepat dibawa ke rumah sakit sebelum terlambat." Abel memasang wajah pura-pura cemas, supaya Thaka dan Shino percaya dengan apa yang ia katakan.

Thaka tidak menyahut dan Shino yang berdiri disebelahnya juga tidak menyahuti perkataan Abel. Mereka berdua fokus  ke arah adiknya.

"Gara? Hei, tenang ya. Abang gak neriakin kamu kok, dek. Abang neriakin dia." Ujar Thaka pada Gara yang langsung menutup telinga saat mendengar suara teriakan darinya tadi. Kemudian Thaka menunjuk Abel yang menjadi sasaran dirinya berteriak. Berusaha menenangkan Gara yang tubuhnya bergetar dengan napas memburu. Menandakan serangan panik adiknya itu kambuh.

"Ja.. hat.. hah... hah.." Gara berucap satu kata dengan lirih disela-sela napasnya yang berantakan.

"Apa, dek?" Thaka bertanya sambil mendekatkan telinganya.

"Ce.. we.. hah.. hah.. ja..hat.." Gara mengulang perkataannya dengan susah payah.

"Cewek jahat? Maksud kamu dia?" Thaka kembali menunjuk Abel yang mulai terlihat panik mendengar Gara mengatainya jahat. Sedikit terkejut dan tidak menyangka karena Abel pikir Gara tidak akan berani mengadu pada Thaka dan Shino mengenai apa yang sudah ia lakukan tadi.

Melihat Gara yang mengangguk samar sebagai jawaban atas pertanyaannya itu seketika membuat Thaka langsung naik pitam. Rahang Thaka mengeras, ia menoleh ke arah Abel dan Shino, netranya menyorot sepasang kekasih itu dengan kilatan amarah.

About GaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang