Adryan pikir Gara seperti itu karena gangguan dari makhluk halus yang berada di sekitaran mansion, namun ternyata putra nya seperti itu karena sehabis bertemu dengan seseorang yang menjadi penyebab putranya mempunyai trauma. Adryan selama ini sudah bersusah payah menjauhkan orang itu dari Gara, tapi orang itu malah dengan beraninya memperlihatkan dirinya lagi di depan putranya yang tengah berusaha melupakan kenangan buruknya.
"Gak apa-apa, gak apa-apa. Kamu tenang, ya. Dia gak akan bisa nyakitin kamu lagi. Sekarang yang jagain Gara 'kan banyak. Papa juga gak akan biarin hal itu terjadi lagi. Gara percaya 'kan sama papa?"
Gara yang berada dipelukan Adryan itu pun mengangguk pelan.
"Gara gak mau liat dia lagi, pa. Dia jahat." Ujarnya.
"Iya, nanti kalo ngeliat atau ketemu dia lagi, Gara pura-pura gak liat aja. Gak usah takut. Kamu gak boleh nunjukkin kelemahan kamu di depan dia. Kalau perlu kamu lawan aja. Gak usah takut bakal nyakitin orang lain. Selagi orang itu yang nyakitin kamu duluan, kamu boleh ngebalas dia, karena itu adalah tindakan yang wajar untuk membela diri. Kamu harus lawan dia dan tunjukin kalo kamu itu gak lemah. Biar dia gak berani nindas kamu lagi. Anak-anak papa 'kan kuat. Jadi gak mungkin kalah ngelawan orang jahat."
Kata-kata yang Adryan berikan itu berhasil membuat Gara perlahan mulai tenang. Tempo napasnya mulai teratur.
Adryan lantas melepas pelukan dan menegakkan tubuh Gara dengan memegang kedua bahu putranya, menatap putra bungsunya sembari tersenyum.
"Pokoknya kamu gak usah takut. Selagi kamu ada yang jaga, gak pergi kemana-mana sendiri, insyaallah dia gak akan bisa berbuat jahat ke kamu. Kamu juga harus selalu berdoa, minta perlindungan sama Allah supaya dijauhkan dari orang-orang jahat dan mara bahaya apapun. Ya?"
Gara kembali mengangguk untuk membalas perkataan Adryan. Lalu mengusap sudut matanya yang sedikit basah.
Adryan lantas memeluk Gara lagi, sembari mengusap-usap punggung putra nya.
"Banyak yang jaga Gara. Ada papa, ada Bang Thaka, ada Bang Shino, ada anggota keluarga yang lain, ada banyak bodyguard juga. Jadi Gara gak usah takut."
Gara melepas pelukan Adryan, "Gara gak takut, pa. Gara cuma gak mau liat atau ketemu dia lagi." Ujarnya memperjelas. Dari tadi papanya bilang jangan takut, jangan takut. Siapa juga yang takut dengan Heris? Ia hanya tidak ingin melihat orang yang sebelas dua belas macam setan seperti Heris itu.
"Makanya lain kali kalo papa ngelarang kamu pergi itu nurut. Coba tadi kamu putar balik pulang, gak mungkin 'kan ketemu dia?!" Adryan memberi sedikit omelan pada Gara, agar putranya mau menurut jika ia larang.
"Iya, maaf." Ucap Gara. Ia mengaku salah karena tidak mendengarkan perkataan Adryan tadi.
"Sekarang papa antar kamu pulang, ya. Nanti sore baru kesini lagi. "
"Enggak, pa. Gara mau tetap disini dari sebelum sampai acara selesai. Gak mau bolak-balik. Gara gak masalah kok sama hawa yang gak enak. Gara bisa tahan. Apalagi ada papa juga disini. Insyaallah Gara gak akan kenapa-napa."
"Bener? Yakin kamu kuat? Hawa disini gak enak banget loh, nak. Papa aja dari tadi risih." Ujar Adryan, masih nampak khawatir. Ia tidak ingin kondisi putranya itu kembali menurun karena energi rumah yang tidak bagus.
"Yakin. Nanti misalnya gak kuat, Gara bakal bilang ke papa." Ujar Gara meyakinkan Adryan agar papa nya itu tidak terlalu khawatir. Kemudian ia membuka pintu mobil dan melangkah turun.
Adryan pun tidak bisa mencegah. Ia lantas ikut keluar dari mobil lewat pintu sebelahnya.
"Papa sama yang lain lanjutin aja aktivitas nya. Gara mau jalan-jalan dulu bentar." Kata Gara pada semua orang yang memandang nya dengan tatapan khawatir. Karena Gara tidak suka dikhawatirin, jadi dia memutuskan untuk berlalu pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Gara
Fiksi UmumTentang Gara menghadapi kekurangan dan kelemahan nya. 📢 Warning! - Ini cuma cerita fiksi ya! Jadi jangan terlalu dianggap serius! Buat hiburan aja! Ambil sisi baik nya, buang sisi buruk nya, okey! 💙😽