*Chapter 2*

5.7K 342 2
                                    

Keluarga Jhuanno sedang menikmati sarapan mereka pagi ini dengan tenang. Tiba-tiba terdengar suara mengeong dari arah pintu belakang mansion ..

Meow.. meow.. meow.. 

Itu juju, seekor kucing berjenis ragdoll berjalan menghampiri mereka.

Gara yang mendengar itu lantas tersenyum, lalu menoleh ke sumber suara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gara yang mendengar itu lantas tersenyum, lalu menoleh ke sumber suara.

"Apa gue bilang, nongol sendiri 'kan tuh kucing?!  Tau aja kalau kita lagi makan." Shino melirik Gara sejenak sebelum kembali memakan sarapan nya.

Gara ingin beranjak tapi urung saat mendengar bariton dari sang Papa.

"Gara, habiskan dulu sarapan nya!" Titah Adryan.

"Hehe, iya, Pa." Gara nyengir, lalu dengan cepat menghabiskan oatmeal yang menjadi menu sarapannya pagi ini.

Setelah selesai Gara beranjak dari kursi menuju dapur, mengambil makanan kucing kemudian menghampiri kucing nya. Gara berjongkok untuk menuangkan dry food pada wadah sembari mengelus bulu si Juju.

"Dasar bucin kucing!" Shino menggelengkan kepala melihat tingkah sang adik.

"Biarin." ucap Gara sembari menjulurkan lidah ke arah Shino.

"Jangan main kucing terus, Gar. Bulu nya gak baik buat pernafasan." Thaka yang sudah menghabiskan sarapannya pun ikut bersuara.

"Gue sakit jantung, bang.. bukan sakit paru-paru. Gak ngaruh kali!" elak Gara.

"Jantung sama paru-paru kan deketan, Gara. Lo kalo kambuh juga pasti sesak nafas, kan?!" Ujar Shino menambahkan ucapan Thaka.

"Gue sering kambuh bukan karna kucing, Bang. Tapi karna setan!" Gara sedikit meninggikan suaranya, ia tidak suka kalau kucing nya itu di salahkan. Karena memang alasan penyakit nya sering kambuh itu bukan karena kucing nya.

"Sudah, sudah gak usah ribut!" Suara tegas Adryan menghentikan berdebatan.

"Biarin aja Gara main sama kucing nya, yang penting gak berlebihan." Ucapan Adryan itu lantas membuat Gara berdiri seraya tersenyum kearahnya. Gara lantas menggendong Juju melangkah menuju ruang keluarga.

Setelah punggung sang bungsu tidak terlihat lagi, Adryan beralih menatap dua putra kembarnya bergantian, lalu berkata, "Kalian tau sendiri 'kan kalau Gara gak boleh stres. Setiap kali Gara dekat sama kucingnya dia keliatan senang banget. Ada yang bilang kucing itu bisa menyerap energi negatif di tubuh kita. Jadi setiap Gara dekat sama kucingnya itu justru bagus buat dia. Dengan kemampuan indigonya aja dia udah sering down, belum lagi karena penyakit nya bikin dia tambah lemah. Selagi ada yang bisa bikin dia senang dan bisa mengalihkan rasa sakitnya itu, jangan di larang, ya." Jelas Adryan menasehati si kembar.

"Iya Pa, maaf. Kita cuma khawatir." Balas Thaka pada sang Papa.

"Gak apa-apa, Papa cuma gak mau liat kalian ribut kayak tadi. Jangan terlalu khawatir, Gara 'kan bukan anak kecil lagi. Dia pasti tau mana yang baik dan mana yang buruk buat dirinya sendiri. Tapi walaupun begitu, tugas kita tetap harus awasi dan jaga dia."
Thaka dan Shino mengangguk patuh.

"Oh iya, Papa lupa Gara belum minum obat," Adryan menepuk jidat nya saat teringat bahwa putra bungsu nya belum minum obat pagi ini.

"Shino, tolong ambilkan obat Gara di kamarnya, ya. Dan Thaka, sekarang kamu samperin Gara. Suruh dia minum obat dulu setelah itu boleh lanjut main sama Juju lagi,"
Perintah Adryan bergantian.

"Iya, Pa." jawab si kembar  mengiyakan perintah sang papa.

Shino memasuki lift menuju lantai tiga, sedangkan Thaka melangkahkan kaki menuju ruang keluarga.

"Gar, kamu kenapa?" Tanya Thaka panik saat melihat Gara terduduk di lantai sembari menunduk, dahi nya menopang pada sofa dengan posisi membelakangi Thaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gar, kamu kenapa?" Tanya Thaka panik saat melihat Gara terduduk di lantai sembari menunduk, dahi nya menopang pada sofa dengan posisi membelakangi Thaka. Sedangkan Juju sedang tidur di sofa samping Gara.

Gara menegakkan kepalanya, menoleh kearah Thaka.

"Sa.. kit.." lirih Gara dengan nafas tercekat. Bisa Thaka lihat adiknya itu mengernyit sembari tangan kanan mencengkram dada kiri nya.

"Sebentar ya, dek. Shino lagi ngambil obat kamu, tahan, ya." Ucap Thaka dengan suara bergetar.

"Papa!" Thaka sedikit berteriak memanggil sang papa sembari berlari menghampiri papanya yang masih berada di ruang makan.

Tak berselang lama Thaka kembali bersama Adryan dan juga Shino yang ternyata sudah kembali dari lantai 3, dengan wajah cemas mereka berlari menghampiri Gara.

"Gara, liat Papa." ucap Adryan setelah sampai di samping bungsunya itu seraya tangan manangkup pipi sang anak.

"Pa--" Napas Gara semakin tercekat.

"Iya, nak. Tahan, ya. Shino, mana obat nya?" Pinta Adryan.

Shino segera menyerahkan kotak obat harian berukuran kecil yang tadi ia ambil dari kamar Gara itu ke arah Papa nya.

Sekarang ini Gara sudah pasti tidak bisa meminum obatnya yang banyak sekaligus, jadi Adryan hanya mengeluarkan sebutir obat yang memang khusus diminum Gara saat kambuh seperti ini. Dengan tangan bergetar Adryan memasukkan obat itu ke dalam mulut Gara.

"Telan, nak." Dengan susah payah Gara menelan obat itu tanpa bantuan air. Mereka terlalu panik sehingga lupa membawakan air minum untuknya.

Adryan lantas merengkuh tubuh ringkih itu dari samping seraya mengusap pelan dada sang anak.
Selang beberapa detik, netra Gara perlahan terpejam.

"Kita bawa Gara ke kamar." Titah Adryan.

"Biar Thaka aja yang gendong, Pa." Thaka lantas berjongkok. Adryan dan Shino membantu menaikkan tubuh Gara pada punggung Thaka.

Setelah itu mereka berjalan beriringan dengan tangan Adryan dan Shino menahan tubuh Gara agar tidak terhuyung kebelakang.

                            ◼◻◼◻◼◻◼









*Cerita ini memang ada horornya. Tapi gak horor banget kok. Tenang.
😉😊


About GaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang