"Lo gila ya, Ris?! Gak ada kapok nya, cari masalah mulu! baru aja didrop out dari kampus di Aussie, sekarang balik ke indo mau cari masalah lagi. Gak takut ntar masuk penjara? Waktu itu lo beruntung gak sampe di jebloskan ke penjara karna masih di bawah umur. Tapi kalo sekarang gue gak yakin lo bakal beruntung lagi." Sahut teman Heris yang juga berada di kamar nya itu.
"Kalo lo gak mau bantu, gak usah ikut campur!" Balas Heris ketus.
"Gue mah ogah ye masuk penjara. Kalo bantu ngelakuin hal yang baik sih gue mau aja, lah ini ngelakuin kejahatan. Ya gue gak mau lah! Gue cuma mau ngingetin sebagai teman, supaya lo gak kelewat batas. Ntar yang rugi lo sendiri dan lo juga yang kena dampaknya!"
"Gak usah sok ceramahi gue! Kalo Lo kesini cuma mau ngebacot, mendingan lo pergi aja!" Usir Heris pada temannya itu.
"Ye dikasih tau baik-baik juga. Yaudah terserah lo!" Ujar temannya itu lalu melangkah pergi meninggalkan Heris.
"Percuma punya teman, gak guna!" Heris berdecak kesal melihat punggung temannya yang menghilang di balik pintu.
◾◾◾◾
Hari terus berlalu, tak terasa sudah seminggu keluarganya yang datang dari Aussie tinggal di mansion mereka.Oma, Davian dan Lina masih belum mengetahui perihal penyakit gara. Selama seminggu Gara meminum obat di dalam kamar supaya mereka tidak tahu.
Hari ini jadwal Gara check up. Adryan bingung harus mencari alasan apa saat nanti keluarga nya bertanya mereka akan kemana.
"Bilang aja kalo papa yang mau check up." Ujar Gara memberi saran.
"Papa 'kan gak sakit, Gar." Balas Adryan.
"Orang sehat juga perlu check up kali, Pa. Gak orang sakit aja yang harus check up,"
"Iya sih, tapi sekarang yang mau check up itu 'kan kamu, bukan Papa. Kalo bilang Papa yang mau check up, berarti itu bohong dong?!"
"Nanti papa ikut check up juga, biar gak jadi bohong. Periksa tekanan darah papa, kali aja naik," ujar Gara lalu ia terkekeh.
Ini mereka berdua sedang berdiskusi di dalam kamar Gara. Kedua nya sudah siap. Tinggal mencari alasan yang tepat saja sebelum melangkah keluar.
Adryan libur karena dia yang akan menemani Gara ke rumah sakit. Sedangkan Thaka dan Shino sudah pergi bekerja.
"Kamu ini! Papa itu gak hipertensi tau!" ujar Adryan mengelak.
"Tapi Papa sering marah,"
"Kapan Papa marah?"
"Waktu Gara minta izin mau jadi barista, papa marah, kan?"
"Papa gak marah,"
"Tapi kenapa Papa langsung pergi dari ruang makan?"
Adryan tersenyum lalu memegang kedua pundak putranya yang sedang duduk di tepi kasur, "Papa gak marah. Waktu itu papa pergi karna emang mau berangkat kerja!"
"Berarti papa bolehin Gara jadi barista?" Gara bertanya dengan mata yang berbinar.
"Enggak!" Jawab Adryan singkat lalu melengos dan melepas pegangannya dari pundak Gara.
"Boleh lah pa, sebentar aja.. sekitar setahun aja kok. Yang penting gara udah ngerasain jadi barista. Ya, pa?!" Rengek Gara, berusaha membujuk papa nya.
"Kita bicarain nanti. Sekarang ayok kita berangkat, dokter Brian sudah nunggu." Ujar Adryan lalu ia melangkah keluar kamar.
Gara menghela napas lesu. Kemudian beranjak dan melangkah mengikuti papa nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Gara
General FictionTentang Gara menghadapi kekurangan dan kelemahan nya. 📢 Warning! - Ini cuma cerita fiksi ya! Jadi jangan terlalu dianggap serius! Buat hiburan aja! Ambil sisi baik nya, buang sisi buruk nya, okey! 💙😽