*Chapter 18*

2.7K 227 19
                                    

Pemuda yang 5 tahun lebih tua dari Gara itu kini sedang mengerjapkan netra nya dengan posisi duduk di atas kasur. Pemuda yang Gara panggil dengan sebutan bang Shino itu terbangun karena merasa lapar. Setelah dirasa nyawa nya sudah terkumpul ia lantas bangkit dari kasur dan melangkah keluar kamar.

Di depan pintu kamar Gara, langkahnya terhenti saat melihat pintu kamar sang adik yang nampak terbuka sedikit. Sepertinya tadi Gara lupa menutup pintu. Shino lantas membuka pintu itu lebih lebar dan menyembulkan kepalanya. Ia mendapati sang adik tengah duduk ditepi kasur dengan arah pandang ke pintu balkon. Ia mengernyit, kemudian melangkah masuk ke dalam kamar.

"Ngapain lo, Gar? Belum tidur?" Tanya Shino sembari berjalan mendekat.

"Ini gue lagi tidur," Jawab Gara sembari merotasikan bola matanya malas.

"Ye, seriusan gue tanya!"

"Lagian pertanyaan lo gak bermutu banget, bang. Kalo gue udah tidur, ya gue baring terus mata gue merem. Nah ini gue lagi duduk, mata gue juga melek.. yakali tidur?!" Jawab Gara lagi dengan nada sewot.

"Sante dong.. gue beneran nanya ini lo lagi ngapain? Mana malem-malem buka gorden pintu balkon. Gak takut ntar ada yang nongol?"

"Gak takut gue. Noh, emang ada yang nongol tuh di pintu kaca," Balas Gara sembari menunjuk pintu kaca balkon.

"Serius lo? gak ada apa-apa gitu!" Shino menyipitkan mata.

"Ya 'kan Lo gak bisa liat!"

"Kalo gitu kenapa gordennya gak ditutup, adekku? malah di liatin!" Ujar Shino gemas, lalu dengan cepat menyibak gorden, menutup kembali pintu kaca.

"Tuh setan dah berapa malam ngetok-ngetok mulu, ya gue penasaran lah,"

"Lo abis kambuh ya?" Shino mengalihkan pembicaraan, ia baru menyadari wajah adiknya nampak pucat dan berkeringat.

"Iya," balas Gara jujur. Kali ini ia tidak mau menyembunyikan kondisinya dari Shino. Ia takut abangnya itu marah lagi.

"Gue kira lo bakal bilang, gak atau gak apa-apa, gue baik-baik aja.. kan biasanya gitu, selalu nyembunyiin kondisi lo," ujar Shino menyindir sang adik.

"Gue gak mau lo khawatir, bang. Makanya gue gak bilang yang sebenarnya tentang kondisi gue," Ucap Gara sembari menunduk.

"Dengan Lo gak jujur ke gue bukan berarti gue jadi gak khawatir. Justru gue makin khawatir. Gue jadi ngerasa bego karena gak tau tentang kondisi lo. Gue nanya dan pengen lo jujur biar gue bisa jaga lo dan berguna jadi abang. Gue gak sepeka Thaka yang langsung tau gimana kondisi lo tanpa dia nanya lebih dulu,"

"Maaf, mulai hari ini gue gak bakal nyembunyiin kondisi gue lagi," Gara mengangkat kepalanya menatap Shino dengan mata yang berkaca-kaca.

"Oke, gue maafin. Tapi kalo sampe lo nyembunyiin kondisi lo lagi, gue benar-benar gak bakal mau peduli lagi. Sebenarnya kemaren gue udah coba buat gak peduli dan gak khawatir sama lo. Tapi ternyata gak bisa, Gar. Lo adek gue, jadi gak mungkin kalo gue gak peduli," Ujar Shino dengan wajah serius.

"Kirain kemaren lo ketempelan setan, bang. Makanya jadi sensitif,"

"Ketempelan apaan.. gue serius, Gar! Kemarin gue sempat pengen cuek aja ke lo karena saking keselnya!"

"Iya,iya maaf. Jangan marah lagi dong. Gue lagi lemes banget ini," Gara kembali menunduk lesu. Ia tidak bohong. Badannya memang benar-benar lemas.

Shino maju selangkah, lalu sedikit membungkuk dan sebelah tangannya memegang bahu Gara, melihat dengan jelas wajah pucat sang adik, "Obat lo udah diminum?"

"Udah, mungkin ini karena efek obat. Jadinya lemes sama ngantuk juga,"

"Yaudah sana tidur. Gue mau ke lantai bawah."

About GaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang