*Chapter 47*

1.6K 154 13
                                    

Gara menghela napas keras setelah punggung Thaka menghilang di balik pintu kamar. Tangannya ia angkat untuk memegang kepala. Kepalanya terasa pusing lagi.

"Gue harus bisa," Monolognya sambil memejam.

Belum satu menit, pintu kamarnya kembali terbuka. Gara langsung membuka mata, menurunkan tangannya dari kepala. Lalu terkekeh pelan melihat Thaka masuk bersama Adryan. Papanya hanya menggunakan bathrobe dengan rambut yang masih basah. Pasti papanya itu baru selesai mandi langsung diajak Thaka menuju kamarnya.

Adryan berjalan cepat mendekati Gara dan mendudukkan diri di tepi kasur, "Sebentar lagi dokter Brian datang. Kepala kamu sakit? Atau pusing?" Tanyanya khawatir sembari mengusap kepala Gara dengan lembut.

"Apaan sih, pa?! Gara gak apa-apa. Bang Tha juga lebay banget sih. Gue tadi tuh cuma bercanda aja tau!" Ujar Gara pada papa dan juga abangnya.

"Jadi kamu bohongin Abang? Abang udah khawatir banget, kirain kamu amnesia." Balas Thaka yang berdiri di samping kasur.

"Amnesia apaan?! Kayak di sinetron aja, kejedot dikit langsung amnesia. Tapi gue gak sepenuhnya bohong kok. Soal koma, gue bener-bener gak tau dan gak ingat apa-apa. Gue ngerasa kayak lagi tidur doang,"

"Penyebab kamu jatuh dari ranjang, kamu gak ingat juga?" Adryan yang bertanya.

Gara menggeleng, "Gak ingat. Kalau hal yang lain Gara sengaja pengen coba buat lupain. Jadi bantuin Gara buat lupain ya, pa?! Bang?!" Pinta Gara dengan tatapan memohon pada papa dan abangnya.

Adryan dan Thaka saling pandang beberapa saat, kemudian mengangguk. Mereka mengerti hal apa yang coba Gara lupakan itu.

"Iya, kita pasti bantuin kamu buat lupain hal-hal buruk. Gimana kalo kita pergi liburan? Kita isi memori dikepala dengan kenangan yang indah-indah. Papa nawarin lagi nih. Kamu pengen liburan kemana? Kayaknya kamu udah boleh liburan ke luar negeri. Mau ke Jepang, Korea, atau kemana? Bilang aja sama papa!" Ujar Adryan dengan semangat.

"Beneran, pa? Gara boleh liburan keluar negeri? Ini udah gak kenapa-napa?" Tanya gara sembari menyentuh dada kirinya.

"Kamu emangnya pengen liburan ke luar negeri mana? Jangan yang terlalu jauh!"

"Pengen ke Dubai, pa! Disana pemandangannya bagus. Gara juga pengen liat singa, harimau, cheetah dan sejenisnya. Orang-orang yang tinggal di dubai banyak yang pelihara itu. Gimana kalo kita pelihara singa juga, pa? Anaknya aja, kan lucu tuh. Biar Juju ada temannya!" Ujar Gara antusias. Berusaha melupakan rasa pusing dikepalanya.

Adryan dan Thaka yang mendengar itu langsung melongo.

"Lucu sih lucu, tapi anak singanya gak mungkin kecil terus, dek. Nanti kalo dia udah besar, bisa-bisa juju di hap, gimana? mau? Bukan Juju aja, kita juga bisa di hap loh!" Balas Thaka. Tidak bisa membayangkan kalau ada singa berkeliaran didalam mansion. Cukup makhluk halus saja yang berkeliaran disana.

"Enggak mungkin lah, bang. Juju kan satu spesies sama singa. Juju kucing kecil, singa kucing besar. Dia juga gak mungkin makan kita, asalkan kita gak biarin dia kelaparan. Apalagi kita majikannya, dia pasti bakal anggap kita teman,"

"Gak boleh sembarangan pelihara singa, Gara. Banyak persyaratannya. Kalo mau kasih teman buat Juju, pelihara kucing lagi aja, ya?! Jangan singa!" Ujar Adryan. Ia tidak setuju jika harus memelihara singa.

"Yaudah deh, kucing lagi aja, gak apa-apa!" Balas Gara. Membuat Adryan lantas tersenyum. Putranya yang menggemaskan ini benar-benar sudah kembali. Adryan sangat bahagia.

"Jadi kamu maunya liburan ke Dubai? Tapi itu terlalu jauh ,nak. Nanti papa coba tanya dokter Brian dulu, boleh apa enggak ya?!"

"Iya. Sebenarnya lebih lengkap di Afrika sih, pa. Tapi kalo kesana malah kejauhan.. hehe," balas Gara dengan cengiran.

About GaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang