Gara benar-benar tidak bisa tidur semalaman. Ia sempat bermain handphone bertujuan agar mata nya menjadi lelah dan mengantuk. Tapi karena ia tidak boleh bermain handphone terlalu lama. Ia pun hanya memainkan nya sebentar dan itu tentu saja tidak bisa membuat mata nya mengantuk.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 5, itu berarti ia harus melaksanakan sholat subuh. Sekarang tubuhnya terasa lemas dan kepalanya juga pusing. Dengan gerakan pelan Gara bangkit dari kasur, kemudian melangkah menuju kamar mandi untuk berwudhu.
Setelah selesai sholat subuh dan merapikan kembali peralatan sholat nya, Gara melangkah keluar kamar.
Gara membawa tungkainya menuju kamar Thaka. Tanpa mengetok pintu, ia melangkah memasuki kamar sang abang. Bisa ia lihat abangnya itu juga baru selesai sholat subuh, sedang merapikan alat sholat dan langsung menoleh ke arah nya.
"Kenapa, dek? Loh muka kamu kok pucat? Ada yang sakit?" Tanya Thaka sembari melangkah mendekati adiknya.
"Pusing doang sih, semaleman gak bisa tidur," Gara menjawab dengan lirih.
"Duduk dulu sini," Thaka menuntun Gara untuk duduk di tepi kasur.
"Kenapa gak bisa tidur? Ada hantu yang usil? Badan kamu juga anget loh ini." Thaka menatap khawatir saat merasa tangan adik nya yang ia pegang terasa hangat.
Gara menggeleng, "Gue kepikiran terus, takut Papa marah dan gak izinin gue jadi barista."
"Harus nya gak usah terlalu di pikir, dek. Nanti 'kan Abang bantu bujuk Papa, Shino juga nanti bantuin."
"Tetap aja kepikiran, gue takut Lo kena marah papa, Bang."
"Tenang aja, papa gak bakal marah, asal kita ngomong nya baik-baik. Udah yok, kita ke bawah. Sini naik ke punggung Abang!" Ujar Thaka sembari sedikit berjongkok.
"Enggak mau. Ntar papa malah tau kalau gue lagi gak enak badan. Bisa gagal rencana." Gara beranjak dan melangkah keluar kamar. Thaka lantas menegakkan tubuhnya sembari terkekeh pelan lalu mengikuti langkah sang adik.
"Morning, my twins bro and lil bro!" Ucap Shino ketika baru keluar kamar dan berpapasan dengan dua saudara nya yang berjalan melewati kamarnya itu.
"Tumben Lo udah bangun jam segini?! Mana udah rapi lagi." Ujar Thaka melihat kembaran nya dari ujung kaki hingga kepala.
"Gue ada janji mau ketemu teman yang semalam gak jadi. Hari ini 'kan jadwal gue kerja, makanya ketemu nya pagi sebelum berangkat ke kantor."
"Terus lo gak jadi gitu bantuin gue bujuk papa?" Tanya Gara dengan wajah cemberut.
"Katanya gak butuh gue, 'kan udah ada Thaka nanti yang bantuin. Lo sendiri yang bilang!"
"Becanda aja gue, Bang."
"Gue gak bisa kalo sekarang, abis ketemu teman gue langsung ke kantor. Ntar malam aja ngomong ke papa nya, ya?!"
"Gue pengennya cepat ngomong pagi ini, Supaya gak kepikiran terus,"
"Yaudah lo ngomong aja duluan, nanti gue bujuk papa nya nyusul. Dah, ya, gue berangkat!" Shino berlari meninggalkan mereka, ia menuruni tangga untuk ke lantai satu dengan terburu-buru. Macam mau ketemu orang penting saja.
◽◾◽◾
"Barista?" Adryan mengulang perkataan si bungsu dengan penuh tanya.
Gara benar-benar memberanikan diri untuk mengatakan keinginannya itu tepat setelah mereka selesai sarapan.
"Iya, Gara pengen kerja jadi barista, Pa. Bosen klo harus di mansion terus, Gara butuh kegiatan lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
About Gara
General FictionTentang Gara menghadapi kekurangan dan kelemahan nya. 📢 Warning! - Ini cuma cerita fiksi ya! Jadi jangan terlalu dianggap serius! Buat hiburan aja! Ambil sisi baik nya, buang sisi buruk nya, okey! 💙😽