Happy reading!
😽😽😽
Empat laki-laki beda usia sedang berjalan di koridor rumah sakit yang sangat sunyi dan lumayan gelap. Tentu saja, mengingat ini tengah malam hampir dini hari. Lebih tepat nya pukul 1 kurang 15 menit.
Salah satu dari keempat laki-laki itu yang terlihat paling muda tengah duduk di kursi roda.
Mereka adalah keluarga Jhuanno dan Gara lah yang duduk di kursi roda itu, dibelakangnya ada Thaka yang mendorong kursi rodanya. Shino berjalan disebelah kanannya. Sedangkan Adryan memimpin, berjalan didepan 3 putranya.
Mereka benar-benar akan pulang ke mansion sekarang. Sebenarnya tadi dokter Brian melarang Gara untuk pulang, karena masih ingin memantau kondisi Gara setidaknya sampai besok pagi.
Tapi Gara terus membujuknya dengan mengatakan kalau dirinya sudah tidak apa-apa dan ingin beristirahat di rumah saja. Mau tidak mau dokter Brian pun mengizinkan dengan memberi banyak wejangan pada Gara dan juga meminta pasiennya itu agar selalu memakai smartwatch ekg untuk kedepannya supaya bisa memantau detak jantung nya, Seperti yang beliau sarankan pada Adryan waktu di ruangannya. Dan Gara pun mengiyakan saja yang penting ia bisa cepat pulang.
Semenjak keluar dari ruang rawat nya, Gara sudah merasakan keberadaan berbagai macam makhluk halus disekitarnya dan itu membuat ia lebih memilih memejamkan mata.
"Gara, tutup mata kamu!" Titah Adryan yang berjalan di depannya.
"Dari tadi juga Gara udah tutup mata, pa," sahut Gara dengan mata terpejam.
Adryan lantas menoleh ke belakang sekilas untuk melihat putra bungsunya itu sembari tetap berjalan,
"Jangan di buka dulu, ya! Soalnya ada sosok yang sebaiknya gak kamu liat.""Iya." Gara menurut saja, tanpa papa nya suruh pun Gara memang sedang tidak ingin melihat hantu apalagi di saat kondisinya yang belum sepenuhnya baik seperti sekarang.
Shino yang mendengarkan langsung bergidik ngeri. Bulu kuduknya berdiri dan juga berkeringat dingin.
"Berasa uji nyali ini kita." Ujar Shino yang berjalan di samping Gara, tangan kirinya beralih memegang pinggiran kursi roda.
Thaka yang melihat tangan Shino memegang kursi roda tepat di bawah tangannya itu lantas membuat ia menoleh ke arah kembarannya.
"Lo ngapain ikutan tutup mata juga, ogeb?" Tanya Thaka saat melihat Shino berjalan di sampingnya dengan mata terpejam. Pantas saja tangan kirinya memegang kursi roda. Mungkin agar ia tidak salah arah dan berakhir nubruk atau terjatuh nantinya.
"Gue takut, Tha, kali aja ada yang muncul tiba-tiba di depan muka gue," Jawab Shino dengan suara bergetar.
"Lo 'kan gak bisa liat mereka, lo bukan indigo kalo lo lupa," balas Thaka mengingatkan.
"Ya, 'kan kali aja.. waspada." Ujar Shino lagi, masih dengan mata memejam dan terus berjalan.
Thaka merotasikan bola matanya jengah dan tidak lagi membalas ucapan kembarannya itu. Terserah Shino saja lah. Memang diantara mereka Shino lah yang paling penakut.
🏥🏥🏥
Setelah itu tidak ada lagi yang berbicara. Hanya suara langkah kaki mereka dan suara dari kursi roda yang bergesekan dengan lantai saja yang masih terdengar. Membiarkan sunyi menemani langkah mereka keluar dari rumah sakit.
Tapi itu tidak berlangsung lama karena suara Shino kembali memecah kesunyian."AAAH, APAAN INI DI KAKI GUE?!" Teriaknya yang seketika berhasil membuat langkah mereka terhenti. Adryan berbalik badan kearah Shino yang kini tengah berjongkok.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Gara
Ficción GeneralTentang Gara menghadapi kekurangan dan kelemahan nya. 📢 Warning! - Ini cuma cerita fiksi ya! Jadi jangan terlalu dianggap serius! Buat hiburan aja! Ambil sisi baik nya, buang sisi buruk nya, okey! 💙😽