Happy reading!
💕💕💕
Jerry nampaknya adalah orang pertama yang terlihat di sekitar mansion pagi ini. Penghuni yang lain masih belum menampakkan batang hidungnya. Pemuda yang seumuran dengan Gara itu sedang melangkah menuju ruang keluarga untuk menonton tv. Ketika sampai di ruangan itu, Jerry mematung saat netranya melihat satu makhluk imut berbulu tengah tidur di sofa. Siapa lagi kalau bukan si juju.
"Hush.. hush.." Jerry mencoba mengusir juju.
"Sana pergi!" Usir nya lagi pada juju yang masih tidak beranjak dari sofa. Jangankan pergi, terusik saja tidak. Juju masih anteng tidur di sofa. Suara Jerry bagaikan angin lewat bagi kucing itu.
"Ish, gimana ini ngusirnya?" Jerry bertanya pada dirinya sendiri. Ia terdiam sejenak untuk berfikir. Lalu detik berikutnya ia melangkah pergi dari ruang keluarga. Tak lama kemudian Jerry kembali lagi ke ruangan itu dengan membawa sapu di tangannya.
"Hush.. pergi!" Usirnya lagi pada juju menggunakan sapu untuk menggeser tubuh si kucing dan kali ini juju mulai terusik dari tidur nya. Kucing itu pun bangun tapi masih enggan untuk beranjak. Karena memang jerry menggunakan sapunya dengan pelan untuk menggeser juju. Walaupun Jerry tidak suka kucing tapi ia tidak ingin menyakiti binatang.
"Eh..eh.. lo apain kucing gue?" Itu Gara yang baru keluar dari lift dan melihat Jerry tengah menyapu kucing nya.
Gara lantas berjalan cepat menghampiri si juju dan sepupunya itu.
"Gak gue apa-apain. Cuma mau gue usir biar pergi dari situ," Jawab Jerry.
"Dia cuma tidur di sofa, gak ganggu lo. Kenapa lo usir?" Balas Gara kesal.
"Lo lupa kalo gue punya asma? Bulu nya bisa bikin asma gue kambuh," Jerry memang mengidap asma dari kecil tapi tidak terlalu parah.
"Halah, lebay! Kucing gue itu bulu nya gak gampang rontok. Jadi gak mungkin bikin asma lo kambuh," Ujar Gara sembari mengangkat juju dari sofa untuk ia gendong.
"Lo bilang lebay? Iya lebay karena lo gak tau gimana rasanya sesak nafas pas asma kambuh!" Balas Jerry ketus.
Gara tidak membalas perkataan Jerry. Ia hanya mendecih pelan sembari menjauh dari sana bersama juju yang berada digendongan nya, ia meninggalkan sepupunya itu sendirian di ruang keluarga.
Jerry bisa berkata seperti itu karena ia tidak mengetahui tentang penyakit Gara. Tidak hanya Jerry, keluarga nya yang berada di Aussie dan keluarga dari mendiang ibunya pun tidak mengetahui hal itu. Lebih tepatnya belum tahu. Mengingat mereka juga jarang bertemu. Jadi belum ada waktu yang tepat untuk memberitahukannya.
🐈🐈🐈
Hari ini giliran si Thaka yang menemani dan menjaga Gara di mansion. Jangan lupakan sekarang ada si tikus eh si Jerry maksudnya yang harus ia jaga juga.
Thaka membawa langkahnya menuju kamar sang adik. Ia membuka pintu kamar Gara dan melangkah masuk. Tapi ia tidak melihat adiknya disana. Nasal kanula dibiarkan tergeletak di atas kasur. Lalu dimana Gara? Di kamar mandi juga tidak ada. Thaka lantas melangkah keluar kamar dan berpapasan dengan Adryan yang sudah memakai setelan jas formal.
"Pa, Gara mana? Di kamar nya gak ada," Tanya Thaka pada sang papa.
"Loh, tadi dia memang sudah bangun, sudah sholat subuh juga bareng papa, tapi abis itu papa suruh dia baring lagi di kasurnya karena masih keliatan lemas dan masih ngerasa sesak juga. Masa sih sekarang gak ada di kasur?" Jawab Adryan heran.
"Gak ada pa, itu cuma ada nasal kanulanya aja yang masih diatas kasur. Thaka coba cek ke bawah deh pa, siapa tau dia udah enakan terus mau sarapan bareng dan nunggu kita di ruang makan."
KAMU SEDANG MEMBACA
About Gara
General FictionTentang Gara menghadapi kekurangan dan kelemahan nya. 📢 Warning! - Ini cuma cerita fiksi ya! Jadi jangan terlalu dianggap serius! Buat hiburan aja! Ambil sisi baik nya, buang sisi buruk nya, okey! 💙😽