*Chapter 23*

2.4K 194 3
                                    

"Lengan kirinya jangan terlalu banyak digerakin, jangan mandi dulu selama 3 hari, di seka-seka aja. Jangan pakai baju kaos atau sweater, untuk sementara pakai kemeja yang berkancing di bagian depan, jangan angkat benda berat, jangan.. " perkataan dokter Brian terputus oleh kalimat yang Gara lontarkan.

"Banyak banget jangan nya, dok. Gimana mau hidup normal kalo kayak gitu?!" Ujarnya lalu menghela napas. Sepertinya perjalanan untuk sembuh membutuhkan waktu lebih lama lagi.

"Ya memang begitu kalau mau alat pacu jantung nya berfungsi dengan baik dan terhindar dari komplikasi. Mau sembuh nggak?" Balas dokter Brian dengan nada tegas.

"Mau." Gara langsung kicep. Dokter Brian kalau sedang mode tegas begini ia harus menurut dari pada tidak di perbolehkan pulang.

"Kalau gitu ya harus nurut apa kata dokter."

"Iya." jawab Gara dengan malas.

Seperti biasa sebelum meninggalkan rumah sakit Gara harus mendengar wejangan dari sang dokter terlebih dahulu. Sebelumnya Adryan memang sudah mengatakan pada dokter Brian bahwa putra bungsunya itu ingin langsung pulang setelah pemasangan pacemaker.

Dokter Brian yang sudah hapal dengan tabiat sang pasien, mau tidak mau menyetujuinya lagi. Beliau tahu Gara itu indigo dan yang menjadi alasan pasien nya itu tidak menyukai rumah sakit sudah pasti karna gangguan dari makhluk halus di tempat berbau obat tersebut. Dokter Brian yang bukan indigo saja sering di ganggu oleh makhluk gaib saat sedang shift malam. Karena rumah sakit memang menjadi salah satu tempat yang banyak di huni makhluk gaib. Dari pada pasien nya itu terganggu istirahat nya. Lebih baik istirahat dirumah saja.

"Obat rutin nya harus tetap diminum. karena walaupun sudah di pasang alat pacu jantung, bukan berarti penyakit kardiomiopati kamu sudah sembuh. Kamu harus tetap rajin minum obat, rutin check up, dan menghindari pantangan. Nanti setelah beberapa bulan kedepan, kamu bisa beraktivitas normal tapi harus tetap ingat batasan," Kini nada dokter Brian berubah lembut. Memberi nasehat pada Gara.

"Tenang aja, obatnya enggak sebanyak seperti sebelumnya. Saya akan mengurangi beberapa obat yang sudah tidak perlu kamu konsumsi lagi." lanjutnya. Sebelum pasien nya itu protes.

"Iya, dok. Sekarang udah boleh pulang, kan? Takut keburu Maghrib soalnya." Gara berujar begitu karena ia tidak mau jika saat Maghrib sedang berada di perjalanan. Diwaktu senja sudah pasti banyak setan yang berkeliaran.

Dokter Brian tersenyum sembari mengangguk. Kemudian mengusak surai pasien nya itu. Beliau sudah menganggap Gara seperti putranya sendiri.

"Kalau ada keluhan atau ada ngerasain sesuatu yang gak beres di tubuh kamu, langsung bilang ya sama papa atau abang kamu, jangan diam aja."

"Siap, makasih banyak ya, dok." Ucap Gara sembari memperlihatkan senyum manisnya.

Adryan dan si kembar juga mengucapkan terimakasih kemudian mereka pamit.

🏙️🏙️🏙️

"Mau mampir beli makan dulu nggak?" Tanya Adryan pada ketiga putranya. Mereka sudah di perjalanan pulang.

"Gak usah, pa.. langsung pulang aja." jawab Shino.

Gara yang semula bersandar pada pundak Thaka seketika menegakkan badannya.
"Apaan lo! beli makan dulu lah, gue laper." Tadi di rumah sakit ia hanya makan bubur itupun hanya sedikit. Ia bosan selama di rumah sakit makanan nya bubur terus.

"Sante dong! mentang mentang udah pasang pacemaker, sekarang mulai ngegas lagi ke gue." Shino menoleh ke belakang pada sang adik yang memasang wajah seperti akan menerkam dirinya. Ia duduk di samping Adryan yang mengemudi.

About GaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang