"Lo kok disini? Kata papa tadi pagi Lo drop?" Shino kaget melihat atensi adiknya di ruang keluarga, sedang menonton tv sendirian.
"Kan tadi, sekarang udah enggak." Sahut Gara sambil menoleh sekilas.
"Heleh, palingan tadi Lo akting, supaya di bolehin papa jadi barista!" Balas Shino, ragu kalau tadi pagi adiknya itu drop.
"Pala lo akting!" Gara melirik Shino dengan tatapan tajam. Demamnya sudah turun sejak siang tadi. Ternyata benar, kurang tidur bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Apalagi Gara mengidap penyakit jantung. Ia butuh tidur yang cukup dan tidak boleh stres. Terbukti setelah bangun tidur tubuhnya lebih segar, demam dan pusing nya juga hilang, begitu pun dengan sesak di dadanya.
"Jadi gimana? Di bolehin sama papa jadi barista?" Shino duduk di samping Gara sembari merangkul adiknya itu.
"Gak usah rangkul-rangkul!" Gara langsung menyingkirkan tangan Shino yang berada di pundaknya.
"Idih, galak bener! Berarti gak di bolehin nih sama papa." ucap Shino dengan wajah mengejek.
Thaka datang dari arah lift. Rambutnya basah, seperti nya habis mandi.
"Udah pulang Lo?" Tanya nya.
Shino merotasikan bola mata nya,
"Kalo gue belum pulang, terus yang di hadapan lo ini siapa? bunshin?"Thaka hanya menatapnya datar, lalu mendudukkan diri di tengah-tengah dua saudaranya itu.
"Sana lo mandi! jangan dekat-dekat Gara dulu sebelum bersihin badan. Dia baru aja sembuh, ntar bisa drop lagi kalo terkena virus. Lo kan dari luar!" Thaka mendorong tubuh kembarannya agar beranjak dan segera membersihkan diri.
"Astaghfirullahaladzim!" Ucap Shino beristighfar.
"Gue seharian di dalam ruang kerja.. kagak kelayapan, gimana bisa bawa virus, heuh?" Ujar nya kemudian, dengan nada sewot. Ucapan Thaka seolah-olah mengatakan kalau dirinya telah membawa virus dari luar, tentu ia tidak terima.
"Sebelum ke kantor 'kan Lo ketemu temen, kali aja teman Lo itu bawa virus!"
"Gue ketemu nya sebentar doang, Tha.. dan gak bersentuhan juga. Lo kena penyakit OCD ya? Tiba-tiba jadi permasalahin kebersihan gini,"
"Gak usah banyak bacot, udah sana mandi!" Titah Thaka.
"Iya, buruan sana mandi, bang. Bentar lagi Maghrib loh, mana malem Jum'at. Emangnya Lo mau mandi di temanin sama setan?" Gara ikut menimpali.
"Kalo gitu mandi nya habis Maghrib aja lah. Gue kan mandi nya lama."
"Gak ada habis maghrib, mandi sekarang!" Titah Thaka lagi dengan tegas, "Lo kok ribet banget sih di suruh mandi doang!" Lanjutnya.
"Gue capek, Tha.. mau istirahat dulu bentar. Nanti gue mandi kok." Kata Shino dengan wajah memelas.
"Istirahatnya 'kan bisa selesai mandi, Arshino! Emangnya Lo nanti gak ikut sholat Maghrib? Gak malu ada Oma, om Davian, sama Tante Lina. Kayak bocah, susah banget di suruh mandi!"
"Oh iya ada mereka ya? Mereka dimana? Gue mau samperin mereka dulu ah!" Shino beranjak sambil melihat sekeliling mencari keluarga nya yang baru datang dari Aussie itu. Sekaligus ingin melarikan diri dari perintah Thaka.
"Oma, Shino come home! Oma, where are you?" Shino sedikit berteriak mencari omanya sembari melangkah menuju dapur.
"Gak sopan banget kembaran lo, bang. Masa panggil orang tua teriak-teriak gitu.. ck, ck, ck!" Ucap Gara sambil menggelengkan kepalanya. Tak habis pikir melihat kelakuan kembarannya Thaka. Gara malas mengakui Shino sebagai Abang nya kalau Shino lagi mode begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Gara
General FictionTentang Gara menghadapi kekurangan dan kelemahan nya. 📢 Warning! - Ini cuma cerita fiksi ya! Jadi jangan terlalu dianggap serius! Buat hiburan aja! Ambil sisi baik nya, buang sisi buruk nya, okey! 💙😽