Pemuda yang dua minggu terakhir mereka cari-cari, hari ini menampakkan batang hidungnya di mansion. Begitu mendengar kabar bahwa adiknya sudah sadar, Shino langsung membeli tiket pesawat untuk pulang ke Indonesia hari itu juga. Shino sampai mansion pada pukul 12 malam, setelah menempuh penerbangan selama kurang lebih 16 jam di pesawat. Ketika ia memasuki mansion, anggota keluarganya tidak ada satupun yang terlihat. Mansion nampak sepi, pastinya mereka semua sudah tidur. Beberapa lampu juga sudah dimatikan. Suasana mansion cukup terasa horor bagi Shino yang memang dasarnya adalah manusia penakut.
Tapi Shino berusaha memberanikan diri, mengingat itu adalah mansionnya sendiri, bukan mansion orang lain. Sudah terbiasa juga menghadapi situasi horor seperti itu. Jadi tidak terlalu menyeramkan.
Shino melangkahkan kaki memasuki lift menuju lantai tiga sambil menyeret koper berukuran sedang, berisi barang-barang yang ia bawa dari Paris. Bukan oleh-oleh, melainkan beberapa pakaian dan keperluannya sewaktu berada di kota romantis itu.
Shino tidak sempat memikirkan untuk membelikan oleh-oleh. Dipikirannya hanya satu yaitu ingin segera melihat keadaan sang adik.
Saat lift sudah sampai di lantai tiga dan pintu lift terbuka, Shino berjengit kaget tubuhnya sampai termundur kebelakang melihat atensi seseorang yang sedikit mirip dengannya sedang berdiri di dalam kegelapan, tepat di depan pintu lift.
"Astaghfirullah!" Ternyata bukan hanya Shino yang terkejut. Thaka pun ikut terkejut melihat atensi kembarannya yang sedang ia cari-cari selama dua minggu terakhir. Ia langsung mengucek matanya, lalu mengerjap untuk memperjelas penglihatan.
"Ini yang gue liat beneran kembaran gue atau setan? Tapi 'kan gue bukan Gara yang bisa liat setan. Berarti yang gue liat sekarang beneran kembaran gue?!" Thaka masih sedikit tidak percaya dengan sosok yang sedang ia lihat didepannya itu.
"Segitunya lo marah sama gue, Tha! Sampe ngatain kembaran lo sendiri setan." Ujar Shino sembari melangkah keluar dari lift dan berdiri di hadapan Thaka sambil mendengkus sebal.
"Lo emang udah kayak setan, yang ngilang, terus tiba-tiba muncul di tengah malam begini. Kemana aja lo selama hampir dua mingguan ini? Beneran udah gak peduli lagi ya lo sama Gara?"
"Heh, Lo yang ngusir gue ya waktu di rumah sakit. Lo lupa?"
"Gue ngusir lo supaya otak lo bisa jalan dikit. Gue berharap lo bisa intropeksi diri dan mikirin kesalahan lo yang udah ninggalin Gara sendirian demi ketemu sama cewek gak penting lo itu. Tapi lo malah langsung ngilang dan gak ada jenguk Gara lagi. Kalo lo masih peduli sama Gara, harusnya lo gak pergi walaupun gue usir! Lo gak tau seberapa khawatirnya papa ngeliat Gara koma, ditambah lagi lo yang malah ngilang gak ada kabar."
"Oke, sorry. Gue cuma butuh nenangin diri, Tha. Gue ngilang bukan berarti gue gak peduli lagi sama Gara. Gue gak berani ketemu Gara kalo dia belum sadar dari komanya. Asal lo tau aja, gue selalu pantau keadaan Gara dari jauh dan begitu gue dapat kabar kalo Gara udah sadar, gue seneng banget. Makanya gue langsung balik. Sekarang gue mau liat Gara. Dia ada di kamarnya, kan? Keadaannya gimana? Udah baikan? Dia masih trauma gak ya sama gue?"
Wajah Shino yang terlihat benar-benar khawatir pada Gara, membuat Thaka tidak tega ingin lanjut mengomelinya.
Thaka lantas menghela napas, "Gara udah tidur lah, ogeb! Kalo lo mau ketemu, besok pagi aja. Dia masih butuh banyak istirahat. Gue gak tau dia masih trauma sama lo atau enggak. Tapi tadi pagi dia sempat nanyain lo. Nanti coba lo dekatin aja pelan-pelan. Oh iya, kenangan buruknya tentang Heris udah balik. Jadi kemungkinan besar dia bakal lebih sensitif dan serangan paniknya kemungkinan bakal sering kambuh. Lo harus hati-hati kalo mau ngomong sesuatu. Jangan sampai mancing emosinya dia." Peringat Thaka pada kembarannya yang suka asal ceplos kalau ngomong.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Gara
Aktuelle LiteraturTentang Gara menghadapi kekurangan dan kelemahan nya. 📢 Warning! - Ini cuma cerita fiksi ya! Jadi jangan terlalu dianggap serius! Buat hiburan aja! Ambil sisi baik nya, buang sisi buruk nya, okey! 💙😽