*Chapter 31*

1.6K 156 7
                                    

"Gar," Shino memanggil Gara dengan suara pelan, seperti berbisik. Shino selalu membangunkan Gara seperti ini, dengan hati-hati karena takut adiknya itu terkejut.

Shino ke kamar Gara karena tidak bisa tidur. Ia mendengar suara aneh dari dalam kamarnya. Suara itu sangat jelas. Shino tentu tidak memiliki keberanian untuk menghampiri ke arah sumber suara. Jadi lah ia lebih memilih untuk ke kamar adiknya saja, berniat menumpang tidur.

"Gar," Panggil nya lagi. Kali ini sembari melepas earphone yang melekat di telinga sang adik.

Gara masih tidak bangun. Bahkan bergerak pun tidak. Membuat Shino menghela napas.

"Hadeeeh.. nih bocah susah amat di bangunin. Tidur atau pingsan sih sebenarnya?" Shino mendumel seorang diri.

Sebenarnya ada teknik untuk membangunkan Gara dengan mudah tanpa membuat Gara terkejut. Tapi Shino tidak mengetahui nya, yang tahu teknik itu hanya Adryan dan Thaka saja. Ia selalu mengatakan kalau Gara paling susah untuk di bangunkan, padahal itu karena ia tidak tahu teknik nya saja.

"Gara," Panggilnya sekali lagi. Sedikit meninggikan volume suara nya sambil menggoyang pelan lengan Gara.

Berhasil. Gara menggeliat dan perlahan membuka mata nya.

"Apa?" Tanyanya singkat dengan mata yang hanya terbuka sedikit.

"Lo gak denger ada suara aneh?" Shino balik bertanya.

"Denger. Maka nya gue pake earphone." Gara ingin menyentuh earphone yang tersemat di telinga nya tapi ternyata earphone itu sudah terlepas, la lantas meraih handphone yang berada di sebelah kanan tubuh nya, guna mematikan lantunan ayat suci Al- Qur'an yang sejak tadi ia dengarkan. Gara membuka mata nya lagi lebih lebar sembari mengerjap untuk memperjelas penglihatan.

"Baru setengah jam doang gue tidur, lo bangunin." Ujar Gara setelah melihat jam di handphone. Sedikit kesal karena ternyata ia baru tidur sebentar tapi malah ada yang membangunkannya lagi. Ia masih sangat mengantuk.

"Hehe, Maap. Gue numpang tidur disini, ya? Soalnya dari kamar gue tuh suara kenceng banget."

"Berarti setannya ada di dekat kamar lo, bang. Mungkin ada di balkon lo." Gara mengubah posisinya menjadi duduk untuk meletakkan handphone beserta earphone ke atas nakas samping kiri kasur.

"Hiii, udah-udah gak usah di bahas lagi! Boleh ya gue tidur disini?"

"Enggak!" Tolak Gara.

"Tega banget dah lo, Gar."

"Kenapa lo gak tidur di kamar Bang Thaka aja? 'kan kembaran lo." Ujar Gara menyarankan.

"Mana mau dia tidur sama gue,"

"Ya sama, gue juga gak mau tidur sama lo." Balas Gara tanpa rasa kasian pada abangnya.

"Kok lo gitu sih, Gar. Tega banget sama Abang sendiri. Lo adek gue bukan sih?" Ujar Shino mulai drama.

"Bukan. Adek lo si Jerry noh! Oya tidur sama Jerry aja sana. Dia pasti bolehin. Udah ya, Gue mau tidur lagi. Pusing nih kepala gue karna tebangun-bangun terus." Gara lantas kembali merebahkan tubuh nya dan menarik selimut.

"Nah, justru itu gue temenin. Jadi kalo ntar lo kenapa-napa, enak.. ada gue,"

"Ck, terserah lo dah. Tapi Lo tidur di bawah." Ujar Gara memutuskan.

"Kok gitu? Di sebelah kanan lo masih luas noh!" Shino menunjuk ke sisi kasur yang kosong.

"Lo tau kan, gue gak boleh tidur ngadep kiri?!" Shino mengangguk.

Memang benar, setelah Gara pasang alat pacu jantung, Adiknya itu tidak boleh tidur menghadap ke kiri. Awalnya karena takut luka bekas sayatan di dada nya terbuka. Eh malah keterusan sampai sekarang Gara kalau tidur tidak mau  menghadap ke kiri. Padahal bekas sayatannya sudah kering.

About GaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang