*Chapter 36*

1.9K 207 14
                                    

Seperti yang Adryan perintahkan, setelah sholat Maghrib Gara langsung menuju lantai bawah, ke ruang makan untuk makan malam. Tapi setibanya disana, ia tidak melihat satupun atensi anggota keluarganya. Apa papanya itu tidak memberitahu yang lain, kalau makan malam kali ini di lakukan setelah sholat Maghrib? Karena memang terkadang mereka makan malam setelah sholat isya. Tergantung situasi.

Tapi sekarang ini meja makan sudah terisi penuh oleh berbagai macam hidangan. Itu berarti anggota keluarga nya saja yang memang belum turun ke lantai satu, masih berada di kamar masing-masing. Dirinya lah yang terlalu cepat datang ke ruang makan. Gara lantas memutuskan untuk menunggu anggota keluarganya. Mungkin sebentar lagi mereka akan turun. Ia tidak ingin makan malam sendiri.

Saat ingin mendudukkan diri di kursi, Gara mendengar suara Juju dari arah pintu belakang mansion. Ia pun tidak jadi duduk dan lebih memilih untuk menghampiri binatang peliharaan nya itu.

"Jujuuuu! My honey, Kitty, sweety! Kamu ngapain disitu, sayang? Lapar, ya?" Seru Gara dengan riang. Rasa lemas nya seketika hilang saat dirinya melihat Juju. Ia lantas menuju rak lemari dapur untuk mengambil makanan kucing.

"Nih, makan yang banyak, ya." Gara berjongkok di dekat Juju. Memberikan dry food yang sudah ia letakkan di wadah berbentuk bulat sembari mengelus kepala kucingnya itu.

Posisi Gara dan Juju dekat dengan pintu belakang yang sedikit terbuka. Samar-samar Gara mendengar suara orang mengobrol dari arah halaman belakang. Gara pun berdiri, melangkah ke ambang pintu dan membukanya lebih lebar. Kemudian pandangannya mengarah ke gazebo yang menjadi tempat suara itu berasal. Di sana ia melihat dua Abang kembar dan juga sepupunya tengah asik mengobrol.

Gara mencoba menajamkan pendengaran. Melihat wajah saudara-saudaranya yang nampak begitu serius, membuat jiwa ke kepoannya bangkit. Tapi ia tidak berniat untuk menghampiri mereka. Di dekat gazebo ia melihat dua makhluk tak kasat mata yang sudah sering kali ia lihat, ikut bergabung bersama saudara-saudaranya yang tengah asik mengobrol itu.

Saking seriusnya mengobrol, para saudaranya itu bahkan tidak menyadari kehadiran Gara yang sedang berdiri diambang pintu. Padahal jika mereka menoleh, sudah pasti Gara akan terlihat dari sana. Obrolan mereka tidak begitu jelas terdengar ditelinga Gara. Tapi ada satu nama yang beberapa kali saudara-saudaranya itu ucapkan, yaitu Heris. Mendengar nama itu Gara lantas termenung. Nama itu seperti tidak asing. Ia seperti pernah mendengar nama itu sebelumnya, tapi dimana? Pikirannya terus menerawang, mencoba mengingat nama itu.

Jerry yang duduk di gazebo tidak sengaja menolehkan kepalanya ke kiri, kearah tempat Gara berdiri. Ia terkejut melihat Gara tengah berdiri disana.

"Bang, Gara!" ujarnya pada Shino dan Thaka sembari mata nya bergulir menunjuk ke arah pintu belakang.

Shino dan Thaka pun lantas menolehkan kepalanya. Mata mereka membulat saat melihat Gara berdiam diri di ambang pintu. Tidak ingin berlama-lama, mereka pun langsung segera berlari menghampiri adiknya. Jerry pun juga mengikuti.

"Gar!" Panggil keduanya bersamaan. Gara langsung tersentak dari lamunannya. Lalu melihat kearah saudara-saudara nya yang tengah berlari menghampirinya.

"Lo ngapain disini?" Tanya Shino saat sudah berdiri di hadapan Gara.

"Nguping kalian ngobrol." Jawab Gara jujur. Memang benar 'kan ia sedang menguping obrolan mereka.

"Kamu denger yang kita obrolin?" Kali ini Thaka yang bertanya dengan wajah cemas.

"Gak begitu jelas sih. Tapi gue dengar kalian pada nyebut nama Heris."

Thaka dan Shino langsung saling pandang, Kemudian mereka berdua kembali menatap adiknya.

About GaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang