"Apa Gara baru saja mengalami panic attack, dok?" Adryan langsung bertanya saat melihat dokter Brian telah selesai menangani Gara.
"Iya, tuan Adryan. Panic attack yang baru saja Gara alami merupakan gejala gangguan stres pascatrauma (PTSD). Gara mengalami trauma pasca tenggelam. Sebaiknya jangan bertanya apapun dulu mengenai kejadian dia tenggelam untuk sementara waktu. Kecuali Gara sendiri yang menceritakannya.
Kita lihat kondisi selanjutnya setelah dia bangun nanti." ujar dokter Brian.Adryan terdiam mencerna perkataan dokter brian.
Pintu ruang rawat terbuka menampilkan si kembar yang baru datang dari kafetaria rumah sakit. Adryan dan dokter Brian menoleh sekilas ke arah si kembar.
"Kalau begitu saya permisi dulu, tuan Adryan. Nanti kalau Gara sudah sadar langsung aja panggil saya." pamit dokter Brian.
"Baik, terima kasih, dok." Ucap Adryan.
"Terima kasih, dok." si kembar ikut berucap juga sembari tersenyum.
Dokter Brian mengangguk dengan senyuman, kemudian berlalu pergi.
Adryan melangkah menuju sofa dan mendudukkan diri, di ikuti si kembar. Adryan masih memikirkan kenapa Gara bisa mengalami trauma. Ia merasa ada yang aneh.
"Ini kopi nya, Pa." Thaka memberikan kopi pada Adryan.
"Pa!" Thaka memanggil sedikit nyaring melihat sang papa tidak menyahut.
"Ah, iya, nanti papa minum. Makasih ya." Ucap Adryan, setelah tersentak dari lamunannya.
"Papa kenapa?" Kini Shino yang bersuara, menyadari papanya seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Itu.. adik kalian barusan kena serangan panik." ujar Adryan.
"Serangan panik? Kok bisa?" Tanya Shino lagi. Kali ini dengan ekspresi kaget.
"Tadi Gara udah sadar terus papa tanya tentang pergelangan kakinya yang lebam dan Gara gak jawab. Malah tiba-tiba kayak ketakutan gitu. Papa berusaha tenangin, tapi gak bisa. Dia berontak, gak terkendali. Untung dokter Brian cepat datang terus kasih injeksi. Setelah itu baru Gara bisa tenang dan sekarang dia tidur lagi." Cerita Adryan.
"Berarti ada kaitannya sama penyebab Gara tenggelam, pa." Balas Shino.
"Iya, papa rasa juga begitu. Dokter Brian bilang kalau penyebab Gara tenggelam itu karena dia mengalami aritmia saat berenang, tapi kayaknya bukan itu penyebabnya. Pasti ada penyebab lain yang bikin Gara sampai trauma," Ujar Adryan.
"Kalian jangan bahas dulu masalah tenggelam ke Gara untuk sementara waktu, ya. Kita tunggu sampai Gara sendiri yang cerita." Lanjutnya.
"Iya, pa." jawab si kembar sembari mengangguk.
Adryan mengambil kopi di atas meja lalu meminumnya. Kemudian menyandarkan punggungnya pada sofa, memikirkan lagi penyebab si bungsu yang bisa mengalami trauma.
👻👻👻
Jam menunjukkan pukul 23:30 hampir tengah malam. Adryan dan si kembar tengah tertidur. Sudah berganti pakaian, tidak mengenakan pakaian kantor lagi. Tadi Thaka menyuruh Leo untuk membawakan mereka pakaian ganti. Karena hanya Leo saja bodyguard yang di percaya untuk mengambil pakaian di kamar mereka.
Gara terbangun, ia mengerjapkan netranya. Gelap, itulah yang menyambut penglihatan nya. Tidak sepenuh nya gelap sebenarnya karena masih ada lampu kecil yang menyala di sudut sebelah kanan ruangan. Ia menengokkan kepalanya ke kiri, bisa ia lihat papa dan Thaka- abangnya sedang terlelap dengan posisi duduk bersandar pada sofa. Tapi kenapa hanya satu abang nya yang terlihat. Lalu di mana abangnya yang satu lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
About Gara
General FictionTentang Gara menghadapi kekurangan dan kelemahan nya. 📢 Warning! - Ini cuma cerita fiksi ya! Jadi jangan terlalu dianggap serius! Buat hiburan aja! Ambil sisi baik nya, buang sisi buruk nya, okey! 💙😽