*Chapter 7*

3.2K 221 1
                                    

Sepi, itulah satu kata yang menggambarkan suasana mansion saat ini. Hanya sedikit suara dari arah dapur saja yang terdengar karena memang maid sedang sibuk memasak untuk makan malam.

Gara baru saja berkeliling mansion, kini ia melangkahkan kakinya menuju kolam renang. Dua abang kembar dan Papanya belum pulang kerja. Biasanya salah satu dari abang nya ada yang lebih dulu pulang cepat, tapi sampai sekarang belum ada satupun dari mereka yang terlihat batang hidungnya.

"Gue pengen berenang, tapi ini udah sore banget. Boleh gak, ya?"  tanya Gara pada diri sendiri setelah sampai di pinggir kolam.

Gara memang di perbolehkan berenang karena itu termasuk olahraga yang baik untuk jantung. Dan juga berenang memang salah satu hobinya.

"Tuan muda Gara mau ngapain?" Tanya salah satu bodyguard yang sedang berjalan menghampirinya. Sekarang ini hanya ada dua bodyguard saja yang berjaga di sekitar mansion. Karena yang lain sedang bersama Adryan dan si kembar.

"Pengen berenang, bang. Boleh, yak?!" Jawabnya pada Ajun- bodyguard yang memang di tugaskan untuk menjaga Gara saat sedang ditinggal bekerja oleh Papa dan dua Abangnya seperti sekarang ini.

"Tapi ini sudah hampir senja, tuan muda," jawab Ajun.

"Sebentar doang kok." Gara lantas melepas baju kaos yang ia gunakan dan melemparkannya ke sembarang arah, menyisakan celana boxer saja yang masih ia pakai. Lalu Gara melompat ke dalam kolam renang.

Ajun hanya bisa tersenyum sembari menggelengkan kepala melihat tingkah tuan mudanya yang satu itu. Lalu ia melangkahkan kaki kembali ke posisi semula. Berdiri di dekat pintu sembari tetap menjaga Gara dari jauh. Karena Gara tidak suka di awasi dari jarak dekat.

Dua puluh menit telah berlalu, berbagai gaya renang sudah Gara lakukan. Dari gaya bebas, gaya kupu- kupu dan kali ini gaya punggung. Gara mengapung sembari menatap langit senja.

Tiba-tiba Gara tersentak saat merasa ada sesuatu yang menariknya. Seluruh tubuhnya seketika tenggelam masuk hingga ke dasar kolam. Gara menahan napas dan langsung refleks melihat kearah kaki, ternyata ada tangan yang menggenggam pergelangan kakinya. Karena air kolam yang jernih ia bisa melihat sangat jelas sosok menyeramkan dengan rambut hitam panjang, wajahnya pucat, matanya melotot dan yang lebih mengerikan lagi sosok itu tersenyum kearahnya.

Gara panik, ia meronta-ronta mencoba melepaskan cengkraman makhluk itu. Tapi hanya sebentar, pergerakannya terhenti saat merasa jantungnya seperti diremas, sangat menyakitkan. Gara mengerang di dalam air. Ia tidak bisa bernafas. Tidak ada oksigen yang bisa ia hirup. Hanya ada air yang terus masuk melalui hidung dan mulutnya.

Perlahan netranya mulai terpejam. Tanpa Gara sadari, cengkraman pada kakinya sudah terlepas. Samar-samar ia masih bisa merasakan ada seseorang yang melompat masuk kedalam air dan mencoba membawanya naik ke permukaan. Tapi setelah itu ia kehilangan kesadarannya.

"Gara!" Itu suara Thaka, ia telah berhasil mengeluarkan adiknya dari air dan membawanya naik ke pinggir kolam dibantu beberapa bodyguard. Lalu membaringkan Gara dengan posisi terlentang. Thaka mencoba memanggil sang adik tapi tidak mendapat respon.

"Saya sudah menelepon ambulance dan tim medis. Mereka sedang dalam perjalanan menuju kesini," Ucap Leo- bodyguard kepercayaan Thaka yang tadi baru pulang bersamanya.

Thaka mengangguk, lalu memposisikan diri berlutut disamping leher dan bahu Gara. Ia tidak boleh panik. Disituasi seperti ini ia harus tetap tenang dan berpikir jernih.

"Gara, dengar abang?" Panggil nya lagi sembari menepuk pipi Gara dan masih tidak ada respon dari sang adik.

Thaka lantas mendekatkan telinga nya ke mulut dan hidung Gara. Tidak ada hembusan nafas dari adiknya itu. Ia beralih memeriksa denyut nadi Gara, denyutnya sangat lemah hampir tidak terasa.

Kemudian telapak tangan nya ia letakkan pada bagian tengah dada Gara. Lalu dengan dua tangan yang saling tumpang tindih Thaka menekan dada Gara sedalam 5 sentimeter dengan hati-hati, melakukan 30 kali kompresi dada dalam waktu sekitar 20 detik.

"Gara, please... bangun, dek." Ucap nya lirih disela-sela melakukan CPR dan sesekali berhenti untuk memeriksa napas Gara. Setelah itu kembali melanjutkan lagi kompresi dada.

"Uhuk.. uhuk... hoek.."

Gara terbatuk, kemudian memuntahkan air kolam yang sempat masuk ke paru-parunya.

Thaka langsung terduduk di lantai sembari menghela napas lega. Kemudian menutupi tubuh Gara dengan handuk yang dibawakan oleh Leo.

Netra Gara masih terpejam. Gara meringkuk sembari mencekram dada kirinya. Mulutnya terbuka ingin meraup oksigen. Dadanya sakit dan napasnya juga sungguh sesak.

"Tahan ya, dek. Sebentar lagi ambulance datang." Ujar Thaka sembari mengusap punggung Gara.

"Hah......... hah......."

Hanya suara tarikan napas berat Gara yang terdengar.

Tak lama kemudian ambulance datang. Para tim medis pun langsung segera berlari menghampiri mereka. Lalu mengangkat tubuh Gara ke atas brankar dan menyelimutinya.

Kemudian brankar itupun di dorong menuju ambulance yang terparkir di halaman depan mansion.
Salah satu tim medis berjalan di samping kanan brankar sembari memakaikan masker ambu bag yang diletakkan pada mulut dan hidung Gara sembari menekan kantong berisi udara untuk memberi pasokan oksigen.

Sedangkan Thaka berjalan di samping kiri brankar sambil menggenggam tangan Gara yang terasa sangat dingin itu, mencoba menyalurkan kehangatan.

Mereka lantas menaiki ambulance lalu bergegas menuju rumah sakit.

🏥🏥🏥

Di depan ruang IGD, Thaka sedang duduk di kursi tunggu bersama Shino dan juga Adryan yang memang tadi sudah ia hubungi saat di perjalanan menuju rumah sakit.

"Kenapa Gara bisa tenggelam? dia 'kan jago berenang," suara Shino memecah keheningan.

Thaka menggelengkan kepalanya, "Gak tau juga. Gue bener-bener takut banget tadi pas Gara sempat gak bernapas," jawabnya dengan suara bergetar. Thaka teringat saat adiknya itu tidak sadarkan diri setelah berhasil ia bawa keluar dari air.

"Kita berdoa, ya. Semoga adik kalian baik-baik aja." Ujar Adryan sembari mengusap pundak Thaka yang memang duduk di sebelahnya, mencoba menenangkan.

Setelah beberapa menit berlalu, pintu ruang IGD pun terbuka menampilkan dua pria paruh baya dengan snelli putih khas dokter.

"Ergara sudah tidak apa apa. Untungnya tadi sudah diberikan pertolongan pertama tepat waktu saat dia mengalami henti napas dan dia juga sudah memuntahkan air yang sempat masuk ke paru-parunya. Sehingga nyawanya bisa terselamatkan." jelas salah satu dokter, beliau langsung memberi tahu kondisi Gara.

"Alhamdulillah!" Mereka bertiga langsung berucap syukur bersamaan.

Adryan lantas tersenyum ke arah Thaka sembari menepuk punggung putra sulungnya itu. Bangga karena Thaka sudah berhasil melakukan pertolongan pertama pada Gara.

"Tapi dia masih membutuhkan bantuan oksigen dan juga di pergelangan kaki Ergara terdapat memar. Kemungkinan dia mengalami cedera saat tenggelam tadi. Kami akan melakukan x-ray untuk memeriksanya dan setelah itu dia akan di pindahkan ke ruang rawat." sambung dokter itu lagi.

"Iya, dok, terima kasih banyak." ucap Adryan.

"Tuan Adryan bisa ikut ke ruangan saya sebentar, ada yang ingin saya bicarakan." Kali ini giliran Dokter satunya yang berbicara. Beliau adalah Dokter spesialis jantung yang biasa menangani Gara.

                           ⚫⚫⚫








*Thanks for reading*

About GaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang