*Chapter 38*

2K 195 18
                                    

Setelah mengalami serangan panik untuk yang ke dua kali nya itu, netra Gara kini kembali terpejam karena Dokter Brian sudah menyuntikkan obat penenang. Gara di pindahkan ke  ruang rawat dan tidak jadi diperbolehkan pulang.

"Kami tidak bisa terlalu sering memberikan obat penenang bagi penderita jantung seperti Gara. Jadi saya harap, Gara harus menghindari hal-hal yang dapat memicu serangan panik nya itu kambuh!"

Perkataan dokter Brian tadi masih terngiang di kepala Adryan. Ia harus menemukan cara agar serangan panik Gara tidak kambuh kembali. Satu hal yang menjadi pemicu serangan panik Gara yaitu Shino. Ia sudah menduga kalau putra bungsu nya itu akan trauma setelah mendapat bentakan dari Abangnya sendiri.

"Shino, kamu pulang aja, ya. Untuk sementara, kamu jangan dekati Gara dulu sampai Gara udah benar-benar tenang dan ngelupain kejadian kamu ngebentak dia. Kamu gak mau 'kan liat adik kamu kena serangan panik terus?" Sebisa mungkin Adryan mengatakan itu dengan lembut agar putranya tidak tersinggung dan sakit hati.

Adryan tidak bermaksud mengusir Shino. Ia hanya tidak ingin saat terbangun nanti Gara mendapat serangan lagi kalau melihat Shino ada disana. Karena seperti nya Gara masih trauma bertemu dan berbicara dengan putranya yang satu itu.

Shino diam, tidak menyahut. Kepalanya menunduk, masih teringat tubuh sang adik yang bergetar dan seperti ketakutan setelah mendengar suaranya. Sekarang adiknya itu trauma pada dirinya. Salah satu cara mengatasi trauma Gara yaitu dengan cara menjauh dan menjaga jarak dari sang adik.

Setelah cukup lama bergelut dengan pikiran nya. Shino lantas berdiri dan melangkah keluar dari ruang rawat Gara, tanpa berpamitan pada papa dan kembaran nya yang masih setia menemani sang adik disana.

Adryan yang melihat itu hanya bisa menghela napas. Dalam hati ia berdoa, semoga saja trauma Gara kali ini tidak berlangsung lama. Ia tentu tidak ingin putra-putranya saling menjaga jarak.

◾◾◾◾

Gara berada di rumah sakit hanya sehari saja. Besok nya langsung di perbolehkan pulang. Dokter Brian tidak ingin pasien nya itu stres jika terlalu lama menahannya di rumah sakit. Lagipula juga kondisi Gara memang sudah baik-baik saja, selagi tidak ada pemicu yang membuat serangan paniknya itu kambuh.

Namun Gara nampak sedikit berubah. Biasanya jika melihat makhluk halus Gara lebih sering mengabaikan makhluk itu tapi sekarang tidak. Adryan beberapa kali mendapati Gara sedang berkomunikasi dengan hantu, semenjak pulang dari rumah sakit kemarin lusa.

Sekarang yang sering Gara abaikan justru malah makhluk hidup. Juju yang tidak pernah diabaikan oleh Gara saja sekarang jadi ikut di abaikan juga. Semua orang yang berada di mansion saat mengajak Gara berbicara, Gara hanya menyahutnya dengan singkat atau bahkan tidak menyahut sama sekali.

Adryan sudah memberitahukan tentang kondisi Gara pada anggota keluarganya yang lain. Mengenai trauma yang Gara alami, bukan tentang penyakit jantung yang Gara derita. Untuk masalah yang satu itu masih dirahasiakan. Lagipula kondisi jantung Gara sekarang sudah lebih baik karena adanya pacemaker. Jadi sekarang Adryan beralih fokus pada kesehatan mental Gara terlebih dahulu.

"Gara, kamu lagi ngapain di situ?" Tanya Adryan saat melihat putra bungsunya tengah berada di balkon kamar. Ini sudah larut malam. Setahunya, Gara itu tidak pernah mau berada di balkon kamar saat malam hari. Tapi sekarang putra bungsunya itu malah nampak seperti sedang menikmati pemandangan malam yang gelap.

Gara yang sedang memandang ke arah pepohonan dengan tangan menyangga pada pagar balkon, lantas menolehkan kepalanya. Ia sedikit terkejut mendengar suara Adryan yang tiba-tiba masuk ke indra pendengarannya.

"Gak ngapa-ngapain. Cuma lagi pengen nyoba nikmatin udara malam aja." Jawab Gara.

Adryan menghela napas. Seperti nya Gara lupa kalau papa nya itu juga bisa melihat makhluk halus. Adryan sempat melihat sosok selain putra bungsunya itu disana. Pandangan mata Gara memang mengarah lurus kedepan tapi ia bisa mendengar putra bungsu nya itu seperti sedang berbicara dengan sosok yang sedang duduk atau lebih tepatnya melayang di atas pagar balkon. Tapi sekarang sosok yang menyerupai anak kecil itu sudah menghilang, tepat saat tadi Adryan berjalan mendekati Gara.

About GaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang