Part 16

2.2K 290 47
                                    

*Toktoktok*

"Jé bangun... Rojééé.." teriakan Lisa di kamar Rosé membuatnya terbangun, dia masih merasa lelah karena kurang tidur, bagaimana dia bisa tidur nyenyak jika terus terbayang kejadian kemarin.

"Iya gue bangun.." jawabnya dengan suara yang masih agak serak.

Setelah bersiap siap, ia turun ke bawah untuk sarapan, di meja makan sudah ada Lisa tapi Jisoo entah dimana. Sebenernya dia ga mau ketemu Jisoo dulu karena masih malu tapi tetep dia penasaran dan nanya Lisa. "Jisoo mana? Dia ga ikut sarapan."

Lisa yang kalo pagi masih setengah nyawa menjawab "Ada urusan dadakan di sekolah jadi dia jalan duluan setelah bangunin gue, dia suru gue bangunin elu juga." Jawabnya sambil bengong dan olesin selai ke rotinya.

Apakah iya begitu atau Jisoo sedang menghindarinya? Pikir Rosé.

***

Pagi ini di SMA Prime para siswa terlihat berbeda, mereka tidak lagi berkeliaran sambil bercanda, masing masing sibuk mereview catatan mereka atau bahkan mungkin mempersiapkan contekan untuk ujian yang akan berlangsung sebentar lagi.

Ada juga yang sibuk ngecek kelas mereka dimana. Maklum SMA Prime punya kebiasaan mencampur siswa junior dan senior saat ujian alasannya supaya makin ga bisa nyontek.

Lisa sudah hilang mencari kelasnya sesampainya di sekolah, sedangkan Rosé dia sudah menemukan kelasnya dan didaftar siswa yang terpampang depan kelas ternyata dia seruangan dengan Jisoo. Namun sang pemilik nama masih belum kelihatan batang hidungnya sampai saat ini. Rosé ga tau harus bersyukur atau cemas karena Jisoo ga ada.

Setelah Bel berbunyi anak mulai memasuki ruangan kelas mereka masing masing. Rosé duduk di baris tengah paling belakang sambil memperhatikan murid murid yang lain satu persatu memasuki ruangan dan Kim Jisoo adalah orang terakhir yang masuk ke ruangan itu, agak tidak lazim.

Wajah Jisoopun kembali seperti dulu dingin tak berkspresi, setelah menunjukkan kartu ujian ke guru pengawas dia tidak melihat sekeliling sama sekali dan langsung duduk di tempatnya di depan Rosé tapi di sebrangnya, baris sebelah kiri.

Cuaca agak panas hari ini namun Jisoo memakai Hoodie tebal ke dalam kelas, saat memperhatikan Jisoo, Rosé melihat kain putih terlilit di tangan kanannya. Apakah dia terluka? Pikir Rosé. Lamunannya tentang Jisoo terpotong saat Guru pengawas mulai membagikan lembar soal ujian ke mejanya.

Ujian diberi waktu 1 setengah jam namun sekitar 45 menit berlalu, Jisoo sudah beranjak dari kursinya.
Ia menyerahkan lembar jawaban ke guru pengawas dan dia dipersilahkan keluar ruangan.

Murid di kelas tercengang melihat sikap Jisoo, kebanyakan sih kagum karena kepandaiannya.

Setelah ujian Rosé masih tidak melihat Jisoo di kumpulan teman temannya yang sekarang lebih kalem makan tanpa bicara sambil memegang buku di tangan bersiap untuk ujian kedua.

Mungkin memang Jisoo butuh belajar sendiri supaya lebih fokus, jangan terlalu kuatir Rosé.. pikir Rosé menenangkan batinnya yang udah mulai ga tenang.

Ujian kedua juga berlangsung tidak jauh berbeda, Jisoo masuk ke ruangan paling akhir dan Ia hanya membutuhkan waktu 30 menit kali ini untuk menyelesaikan ujiannya.

Namun sebelum ia menghilang dari pandangan Rosé melihat kain putih yang terlilit di tangannya agak berubah warna menjadi sedikit pink agak kemerahan, apakah itu noda darah? Batin Rosé bergejolak.

Para siswa sudah bisa bernafas agak lega setelah ujian kedua dan terakhir pada hari itu selesai. Setelah keluar dari ruangan kelas Rosé melihat Lisa yang celingukan seperti sedang mencari sesuatu diantara banyak orang, lalu Rosé mendekatinya. "Lu liat Jisoo ga?" Tanya Lisa saat ia melihat Rosé mendekat, "Tadi dikelas sih liat tapi dia keluar duluan sekarang gue ga tau dia dimana." Sahut Rosé juga dengan wajah bingung.

Dari Belakang Jennie juga datang menghampiri dengan senyum manis yang menunjukkan pipi dumplingnya. "Gue mau cari Jisoo ke ruangannya dulu ya." Kata Lisa namun di sanggah oleh Jennie. "Gue dari sana, kosong kok ga ada orang."

"Ada yang ga beres nih. Setelah gue pikir pikir sikapnya emang rada aneh dari pagi ini." Ucap Lisa. "Eh ngga, dari kemaren sore setelah insiden kecoa nemplok di mukalu." Tambah Lisa.

Jadi Jisoo bohong ke Jennie dan Lisa soal insiden kemaren karena Jisoo takut Rosé tambah marah dan malu di depan teman temannya.

"Kecoa?!" wajah Rosé menunjukan ekpresi jijik, kaget dan bingung bercampur jadi satu. Jennie yang merasakan kecurigaannya memicingkan matanya ke arah Rosé, membuat Rosé salting lalu menutup muka dengan kedua tangannya.

"Roseanne Park.. spill." Jennie hanya akan memanggil nama lengkap Rosé kalau dia sedang benar benar serius akan sesuatu dan hal itu membuat Rosé merengek bak anak kecil tak dibelikan es krim.

Rosé mau tidak mau menceritakan hal yang sebenarnya terjadi kemarin, membuat Jennie menutup mulut dengan tangannya. Dan Lisa tertawa terkekeh geli namun tawa itu terhenti saat Rosé kembali berbicara soal Jisoo.

"Udahh gue maluu.. sekarang mending kita cari Jisoo soalnya tadi gue liat ada perban di tangannya. Gue takutnya dia luka apa gimana." Ucap rosé mencoba mengalihkan pembicaraan.

Lisa mematung, dengan wajah yang cukup serius dia bertanya "Perban? Luka??" Rosé hanya mengangguk polos.

"Gue mau bilang gue udah maafin dia, semalem gue mau bilang gitu pas dia minta maaf depan kamar gue tapi gue masih terlalu malu buat ketemu dia." Ucap Rosé menunduk memperhatikan sepatunya.

Tanpa basa basi Lisa berlari meninggalkan Jennie dan Rosé, membuat mereka kaget dan segera mengikuti jejak Lisa. Dengan kaki panjangnya Lisa terus berlari ke arah perpustakaan sekolah diikuti oleh Jennie dan Rosé.

Lisa terus berjalan ke bagian paling belakang, daerah yang paling tidak pernah di datangi siswa. Disana ada sebuah pintu usang mengarah ke gudang tempat menyimpan buku tua.

Perlahan Lisa membuka pintu dan masuk, ruangan itu ga terlalu terang karena hanya mengandalkan sinar matahari yang masuk melalu sebuah jendela kecil.

Dan disanalah Jisoo di samping jendela melihat keluar membelakangi mereka.

"Ngapain lu ada disini lagi chu?" kata Lisa sambil memperhatikan tangan Jisoo yang terbalut perban. Seketika Lisa naik darah saat melihat tangan Jisoo yang lain memegang penggaris besi.

Ia meraihnya dengan kasar dan membuangnya ke tembok "Gue udah bilang gue ga suka elu begini dan lu udah janji sama gue ga akan gini lagi!" Lisa membentak Jisoo namun Jisoo tak bergeming membuat Lisa memeluknya.

Di momen itu Jennie berbicara dengan nada lirih ke telinga Rosé, "Dulu Jisoo kalau ngerasa bersalah, dia suka nyiksa diri sendiri. Sebagai bentuk hukuman yang dia tiru dari papanya. Dulu kalau Jisoo nakal, atau bikin salah Papanya pukulin dia pake rotan terus dia dikurung." penjelasan Jennie mengingatkan Rosé akan kejadian dibalkon rumah lama Jisoo.

Dia tidak menyangka kejadian kemarin membuat Jisoo bisa jadi seperti ini.

"Tangan gue ini bodoh Lis.. harus dihukum." Ucapan Jisoo membuat Lisa melepaskan pelukannya, saat itu juga dia melihat Rosé mendekat jadi Lisa memberi ruang untuk mereka.

Dengan wajah yang sudah basah dengan air mata, Rosé memegang tangan Jisoo dengan hati hati. "Tangan lu ga salah kemarin itu kecelakaan aja, gue yang salah karena terlalu malu untuk maafin lu semalem. Jadi please jangan pernah sakitin dirilu lagi ya.." Jisoo hanya bisa melihat tangannya yang menghangat karena digenggam oleh Rosé. "Janji ya.." Ucap Rosé memastikan. Dan Jisoo mengangguk.

Rosé mengusap semua air mata dan mencoba untuk ceria, dia harus melakukan sesuatu agar Jisoo keluar dari rasa bersalahnya. "Lagian sesama cewe megang dada itu hal yang biasa kan guys?" tangan Rosé menempatkan tangan Jisoo ke dadanya. "Kan ga apa apa."

Lisa terperangah melihat langkah berani Rosé, Jennie hanya bisa melihat tak percaya sambil menutup mulut pake tangannya. Sekali lagi Rosé bertanya. "Bener kan guys yang gue ngomong?"

Lisa yang mengerti maksud Rosé mengangguk setuju lalu menangkupkan tangannya ke dada Jennie. "Iya bener tuh ga apa apa.. iya Jen?" seketika itu wajah Jennie memerah dan dia berteriak membuat Lisa tersentak. "Yah..!!! Ga usah pake praktek juga Nyet!!!!" dengan secepat Kilat Lisa berlari menghindari amukan Jennie sambil berkata "Sorryyyyy..."

Melting The Ice CubeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang