Part 59

1.8K 169 246
                                    

Jisoo mengambil ponselnya. Rosé masih mengikutinya sampai ke kamar.

“Kamu mau apa?”

“Mau telpon Jennie.” Ucap Jisoo sambil meletakkan ponsel di telinganya.

“Mau ngapainnnn telpon Jennie.”
Pertanyaan dan rengekan Rosé tak terjawab karena Jennie sudah menjawab panggilan Jisoo.

“Ya kenapa Ji?” ucap Jennie disisi lain telpon

“Jen, lu kan ketos menjabat sekrang ya.. gue mau usul buat ganti seragam Cheer sekolah kita dong.”

Perkataan dari Jisoo mendapat rengekan yang lebih keras dari Rosé.
“Loh kenapa gitu?” tanya Jennie.

“Seragam mereka terlalu terbuka buat ukuran anak SMA.”

Jennie menghela nafas panjang. “Tapi semua ssragam Cheer SMA kaya gitu, malah anak anak dari 101 lebih kebuka Ji.”

Rosé mengangguk setuju dengan perkataan Jennie, ya dia mendengar kata kata Jennie karena dia juga menempelkan telinganya ke ponsel Jisoo.

“Ya kan kita bisa bikin beda buat sekolah kita.” Ucap Jisoo mendesak membuat Rosé merengutkan dahi.

Jennie tau Jisoo bisa sangat batu.. keras kepala kalau sudah ingin sesuatu, namun kali ini dia tidak bisa membiarkan tindakan absurd ini.

“Ji.. gue percaya Rosie sebagai kapten Cheer udah pilihin dan kasih effort Terbaik buat tim Cheers sekolah. Jadi kita ga bisa ganggu gugat keputusan mereka gitu aja.” Jawaban Jennie ada benarnya pikir Jisoo tapi dia tidak suka keinginannya ditolak.

Dilain sisi Rosé sudah merasa diatas angin, dia harus kasi hadiah sama Jennie nanti pikirnya.

“Lagian kenapa lu tiba tiba ngurus seragam Cheer deh Ji?” tanya Jennie
Jisoo masih tidak menjawab, namun Jennie mencurigai sesuatu.

“Ahhh Kim Jisoo apa ingatanmu sudah-“ *Beeep* Jisoo mematikan panggilannya sebelum Jennie selesai bicara.

Jennie di rumahnya berkali kali mengecek ponselnya. Panggilannya benar benar diputus oleh Jisoo. “Did she just.. Argh!!” Jennie kesal tentu saja karena tidak ada yang pernah berani mematikan panggilan sebelum dia selesai berbicara.

Jisoo yang kalah dukungan, dengan muka masam merebahkan diri di ranjang memunggungi kekasihnya.

Rosé tidak bisa menutupi senyum kemenangannya sedari tadi. Ia tahu Jisoo kesal tapi sungguh idenya untuk mengganti seragam cheer itu sangat konyol dan tak masuk akal.

Rosé mendekat ke arah Jisoo dan memegang pundaknya. “Soo..” ia mencoba memanggil tapi tidak ada respon.

“Hey.. jangan ngambek gitu..” ucap Rosé sambil sedikit menggoyang tubuh kekasihnya.

“Udah tidur sana katanya tadi kamu mau tidur.” Ucapnya masih dengan posisi yang sama.

“Iya tapi aku maunya tidur disini.” Jawab Rosé sambil merebahkan diri disisi Jisoo.

“Iya terserah.. tidur situ.” Ucap Jisoo lalu ia beranjak bangun, Rosé menahan dengan menarik baju Jisoo.

“Mau kemana?”

“Keluar.” Jawab Jisoo tanpa melihat Rosé.

“Ga boleh harus temenin aku disini.” Sahut Rosé sambil memeluk pinggang Jisoo.

“Ga mau.. aku mau keluar.”

“Kamu kenapa sih marah marah mulu.. Cuma gara gara seragam aja jadi ga sayang lagi sama aku! Kamu mau keluar? Keluar sana.. suka suka kamu!”

Ini kamar Jisoo tapi malah dia yang diusir keluar.. emang bener nasib nasib. Rosé balik marah kali ini.

“Aku tuh marah karena aku ga suka kamu seksi seksi diliatin orang lain.” Ucap Jisoo jujur. “Aku ga suka.” Ucapnya lagi.

“Ya udah aku ngundurin diri dari tim cheer.” Sahut Rosé. Jawaban itu membuat Jisoo merasa bersalah. Dia janji mau dukung Rosé kejar cita cita tapi Rosé di tim cheer aja dia banyak protes.

Melting The Ice CubeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang