Melting The Ice Cube

Part 12

Jennie terus sesekali memperhatikan Rosé, gadis pirang ini sekarang sedang fokus mengerjakan soal tidak seperti biasanya. Dulu Rosé boro boro serius ngerjain soal, guru nerangin pelajaran aja ga diperhatiin dia cuma fokus sama lagu yang bergema lewat earphone yang dipakainya.

Rosé mengerjakan soal dengan antusias dengan senyuman di bibirnya, membuat Jennie bertanya tanya, apa yang sudah dilakukan seorang Kim Jisoo sampai bisa merubah sahabatnya jadi seperti ini.

“Ehem.. ada yang lagi seneng nih kayanya..” cetetuk Jennie lalu sedikit menyikut Rosé.

Rosé yang ngerasa disikut spontan ngelirik “Hah? Gimana?”

“Iya aura lu happy banget kayanya Jé, abis ngapain kmaren sama Jisoo? Diajak ngedate kah?” tanya Jennie penasaran.

“Ugh.. lu udah kaya nyokap gue deh Jen. Sekongkol lu ya berdua.” Tuduh Rosé sambil mengacungkan pulpennya ke arah Jennie.

“Well maybe.. gue sama nyokaplu liat hal yang sama yang belum lu liat atau lu sadarin.  Tapi benerkan Jisoo tuh ga sedingin yang elu bayangin sebelumnya.” Kata Jennie kembali melanjutkan mengerjakan soal sambil melirik Rosé sesekali.

“Jisoo itu gitu gitu banyak yang mau dapetin hatinya.. jangan sampe lu nyesel nanti karena Jisoo punya gebetan lain.” Tambah Jennie memperingatkan.

Entah bagaimana Rosé tidak suka membayangkan Jisoo memiliki orang lain yang dia sukai, hatinya terasa panas. Apakah ini karena mimpinya tadi pagi? Pikirnya.

***

Saat bell istirahat siang berbunyi ada yang tidak biasa, terdengar bunyi mic sedang di ketuk dari arah luar kelas tepatnya dari arah lapangan upacara.

“Siang semuanya.. boleh ngumpul di lapangan sebentar.” Ucap seorang pria dengan suara bergema karena menggunakan mic.

Beberapa siswa berhamburan keluar melihat apa yang terjadi, dan tiba tiba beberapa siswi berteriak dan bersorak. Membuat Jisoo keheranan, setahunya tidak ada jadwal acara khusus hari ini, iapun keluar bersama Lisa. Ternyata di lapangan sudah ada beberapa orang memegang alat musik diatas podium tempat biasa kepala sekolah melakuan pidato.

Dan Jisoo mengernyitkan dahi saat ia melihat siapa orang dibalik suara tadi.

“Whooooaaa.. Jung Yonghwaaa..” teriak para siswi..

Kerumunan cepat menjadi besar mengingat sang empunya suara tadi adalah vokalis band terkenal sekarang, dulu dia hanya anak laki laki kakak kelas sekaligus orang yang Jisoo benci.

“Ngapain tuh orang disini??” tanyanya tapi tak ada yang menjawabnya.

Seperti mendengar pertanyaan Jisoo, secara telepati Yonghwa yang jauh ada di podium berbicara. “Gue sempetin mampir Prime sebelum tur ke luar kota. Gue denger bentar lagi kalian ujian mid semester, semoga beberapa lagu dari gue bisa menghibur.”

(anggap aja kaya gini penampilannya)

Jisoo menoleh ke arah ruang kepsek dan melihat kepseknya di depan ruangan melihat ke arah podium dengan senyum yang lebar dan bangga. Jisoo berpikir dia tidak bisa menghentikan acara ini jika pak kepsek senang melihat aksi alumninya ini.

Jisoo dan Lisa bergabung dengan Seulgi dan Wendy di pinggir lapangan, keduanya tampak tidak menunjukan kesenangan sama sekali karena mereka tau sejarah Jisoo dengan pria yang ada di podium.

Namun Irene dan Joy sepertinya sudah melupakannya, mereka ikut bersemangat dengan siswa yang lain ada juga Jennie dan Rosé disitu yang ikut bersorak sesekali.

“Kak Yonghwa keren banget sekarang ya.. di band dia bisa main keyboard main gitar.” Kata Joy ke gengnya.

“Gue baru tau dia alumni sekolah ini.” Kata Rosé dengan senyuman.

“Wah elu pasti suka di Jé, idaman.. suaranya bagus.. bisa main musik.” Kata Irene.

Perkataan itu tentu saja tidak mendarat indah di telinga Seulgi dan entah bagaimana Jisoopun merasa demikian. Keduanya saling melirik jengah. Lisa dan Wendy membaca situasi dan ga tau mesti ngomong apa.

Mereka masih ngeliatin aja nih aksi panggung Yonghwa. Sampai pada akhir lagu dia mendekat ke arah mereka dan memberi setangkai bunga kepada Rosé, membuat Jennie, Irene dan Joy bersorak.

Jisoo menyadari bahwa semua alat musik adalah milik sekolah kecuali gitar listrik yang dipakai sang vokalis. Kemudian Jisoo berbalik ke arah seulgi lisa dan wendy. “Kita mesti kasih tau tuh orang kalo era-nya dia udah berakhir. Gue bakal ke ruangan gue ambil si Lexi. Kalian siap siap.” Semua mengangguk setuju.

“Gue harap lagu tadi bisa bangkitin semangat kalian menjelang ujian ya. Gue Yonghwa pamit.” Selesai berbicara dia membungkukkan badan dan setelah kembali berdiri dia menoleh ke arah Rosé dan mengedipkan sebelah matanya dengan senyum charmingnya.

Rosé tersenyum malu dan canggung tapi temannya yang lain bersorak sambil menggodanya.

Yonghwa mulai turun dari podium dan siswa mulai berkerumun mengikuti untuk sekedar minta tanda tangan dan foto bareng. Namun langkahnya terhenti ketika mendengar musik kembali teralun.

(karena ga ada collab jisoo seulgi lisa sama wendy anggap aja mereka nyanyiin lagu cover Justin Bieber ini ya)

Di podium sekarang sudah berdiri wendy di keyboard Lisa di drum Seulgi di Bass dan Jisoo keluar membawa lexi, gitar acoustic kesayangannya.

Kemunculannya membuat Rosé terperangah, Irene dan Joy kembali bersorak namun lebih kencang. Para siswa yang tadinya mengerumuni Yonghwa kembali berkerumun ke lapangan bersorak bersama..

“Kang Seulgi!!! So coolll.”
“Lalisaaaaa Woooo..”
“Wendyyyyyyyyyyy..”
“Kim Jisoooo MARRY MEEE!!!”

Teriakan terakhir membuat Rosé mengirimkan tatapan mautnya ke arah asal suara. Kalo sebuah tatapan bisa membunuh mungkin orang itu sudah terkapar tak bernyawa.

Sekali lagi dia bingung mengapa dia memiliki perasaan seperti ini, Jisoo bukanlah miliknya tapi kenapa ia tidak suka jika membayangkan jika Jisoo dimiliki oleh orang lain??

Jisoo bernyanyi dengan wajah yang cool tanpa ekspresi namun saat pandangan wajahnya tertuju ke arah Rosé dan sahabatnya dia tersenyum kecil membuat kerumunan menggila.

Saat Yonghwa memberinya bunga jantungnya tidak bereaksi seperti ini, tapi hanya dengan senyuman kecil dari seorang Kim Jisoo membuatnya menggila.

I think I’m in love with her