Malam itu Jisoo duduk termenung di kamarnya menghadap ke jendela. Insomnianya kembali lagi. Dia tak pernah dapat tidur dengan tenang ditempat ini jika tidak ada Rosé di sisinya.
Tiba tiba Lisa masuk ke kamarnya membuatnya menoleh ke arah si penyusup. “Kenapa Lis?”
“Gue tau elu belum tidur pasti. Jadi gue kesini menemin lu. Sekalian numpang tidur juga.”
Biasanya Jisoo akan segera menyuruhnya keluar agar Lisa tidur di kamarnya sendiri tapi kali ini sepertinya dia terlalu lelah untuk menolak.
“Besok gue bakal berangkat ke vila.”
“Iya.. gue ikut.” Ucapan Lisa membuat Jisoo mengernyitkan dahi.
“Lu ga perlu ikut, lu mesti sekolah. Lagian bentar lagi ujian.”
“Gue lebih baik ga lulus daripada gue nyesel ga bantu sahabat gue saat dia kesusahan.” Jawaban lisa mendapat lemparan bantai dari Jisoo.
“Ga gitu juga nyet, lu mesti .. harus.. kudu lulus.” Ucap jisoo dengan tegas.
“Iya iya gue bakal belajar.. tapi kali ini gue ga bisa biarin elu sendiri pergi kesana harus ada saksi.. gue ga mau kejadian kemaren terulang lagi.. karena ga ada bukti, semua orang ga percaya sama perkataan lu.”
Omongan Lisa ada benarnya pikir Jisoo. Akhirnya diapun menyetujui rencana Lisa untuk pergi bersamanya esok hari.
***
Keesokan harinya di Prime High, siswa siswi sudah tidak sabar menanti pelantikan Ketua OSIS dan Ketua Tim Basket yang baru.
Hilangnya kehadiran Jisoo disanapun semakin membuat para siswa tidak tenang sebenarnya apa yang terjadi pada siswa nomor 1 di Prime itu.
Ya memang masalah yang dialami oleh Jisoo ditutupi oleh pihak sekolah, sehingga para siswa tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Banyak siswa yang kecewa dan tidak terima atas keputusan pelantikan dadakan ini, karena Selain Kim Jisoo adalah panutan, kinerjanya membanggakan sekolah juga tidak bisa diragukan.
Rosé yang masih diliputi rasa sedih marah dan bingung terlihat di kumpulan siswa. Dia tidak ingin berada disini, ingin rasanya lantai ini terbelah dan menelannya ke dalam perut bumi. Tuntutan sang Daddy memaksanya untuk tetap hadir ke sekolah dan dia tidak bisa menolaknya.
Jennie tak henti mengepalkan tangannya dengan keras, keputusan sekolah untuk mengangkatnya menjadi pengganti Jisoo adalah sebuah kekonyolan. Ya tentu saja dia bisa mengurus OSIS sendiri tanpa Jisoo tapi semuanya akan berbeda tanpa kehadiran Jisoo.
Dia ingin sekali membatalkan acara ini namun Jisoo melarangnya saat mereka berbicara di telpon kemarin.
“Prime butuh pemimpin siswa yang layan Jen, dan kalau gue harus serahin kepemimpinan ke seseorang yang layak.. orang itu adalah lu..”
Ucapan Jisoo itu masih terngiang ditelinga Jennie, tapi tetap saja ia masih tidak terima.
Kepala sekolah mulai berpidato namun suaranya tak masuk ke otaknya. Bahkan dia tidak mengerti apa yang pak tua itu sedang bicarakan saat ini. Sampai ia mendengar namanya dipanggil untuk maju.
“Kim Jennie dan Kang Seulgi silahkan maju ke podium.”
Jennie dan Seulgi jelas mendengar nama mereka berdua dipanggil namun tak ada dari mereka yang beranjak dari tempat mereka berdiri.
“Kim Jennie.. Kang Seulgi..” ucap Kepsek sekali lagi membuat para siswa kebingungan dan mulai saling melirik.
Irene mulai menatap Seulgi dengan kuatir. Dan memegang tangannya. Seulgi tersadar dari lamunannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melting The Ice Cube
FanfictionKehidupan sekolah, romansa, seputar Kim Jisoo sang Ketos dan Park Roseanne sang Ketua Cheer.. *Jitop supremacy G!P *Botsé *🌈🔞 #1 - indonesian 24/04/22 💜 #1 - kimjisoo 24/05/22 #1 - kjs 21/05/22 #2 - pcy 21/05/22