Part 56

1.4K 176 115
                                    

“Aku kangen loh kita bisa ngobrol begini.” Ucap Soojoo sambil menyeruput jus miliknya.

“Kenapa? Kan kita bisa ketemu dan ngobrol kapan aja, setiap hari juga disekolah kita ketemu kan?” sahut Jisoo.

“Huh? Disekolah? Ah ngga, kamu udah ga akan ketemu aku disekolah Ji.” Ucap Soojoo.

Wajah Jisoo kecewa “Kenapa begitu kamu udah ga mau ketemu aku disekolah.. iya?”

Soojoo terkekeh pelan “Bukan.. bukan begitu. Sekarang aku sudah lulus dari sekolah Ji.. tentu aku ga bisa ketemu kamu disekolah tiap hari. Tapi aku janji setiap hari akan kunjungin kamu kesini. Udah jangan cemberut gitu.” Ucap Soojoo sambil mencubit pipi Jisoo.

“Kamu bisa setiap hari ketemu sama Rosé.” Tambahnya.

Saat Jisoo mendengar nama Rosie, dia sadar apa yang dikatakan oleh teman temannya bahwa sekarang kekasihnya adalah Rosie namun sudah beberapa saat dia sibuk sendiri dengan Soojoo.

Ia mencoba melirik ke arah Rosé. Gadis itu ada di taman belakang sendirian sesekali menoleh ke arahnya namun dengan cepat ia kembali sibuk dengan dunianya sendiri memandangi kolam, atau tangannya sendiri.

Entah mengapa dia merasa tidak enak dalam hati. Lamunan Jisoo terpecah dengan perkaataan Soojoo. “Kayanya udah waktunya aku buat pulang Ji, besok aku balik lagi ya.”

“Huh? Oh iya okay.. kamu ati ati ya pulangnya.” Ucap Jisoo lalu mengecup pipi Soojoo sekilas membuat Soojoo tertegun sejenak lalu tersenyum sesaat ia melihat ke arah Rosé yang tadi melihat interaksi itu.

“Rosé anak yang baik Soo, lebih baik kedepan kita tidak melakukan itu untuk menjaga perasaannya, bagaimanapun sekarang dia itu kekasihmu.”

Jisoo yang mendengar itu sungguh merasa campur aduk. “Kenapa semua orang mengingatkan aku bahwa aku adalah kekasihnya!? Aku tidak mengingatnya!!” sahut Jisoo dengan kesal lalu pergi ke kamarnya.

Pernyataan Jisoo membuat Soojoo dan Rosé kaget tentunya. “Biar aku saja yang bicara pada Jisoo.” Ucap Rosé lalu ia berjalan menyusul Jisoo.

Sedangkan Soojoo terdiam sesaat disana dengan ekspresi agak cemas akan keduanya, namun tak lama iapun berjalan keluar dari kediaman Jisoo itu.

Dikamar, Jisoo yang masih dipenuhi rasa kesal bercampur bingung itu memejamkan mata, dia memutuskan untuk mandi saja menghilangkan stress ini.

Ia berjalan ke lemari lalu membukanya berniat memilih baju ganti. Namun saat memilih ia melihat beberapa tumpuk baju dan teridam.

“Gue to the point aja ya. Apa lu sayang sama Rosé.” Suara Irene terngiang di telinganya

“Rene.. gue sayang dia lebih dari gue sayang diri gue sendiri.” Ucap jisoo sambil menatap Irene.

Bayangan dirinya ketika dia menangis tersedu di lantai memeluk baju itupun muncul di kepalanya.

“Gue mau elu bayangin elu di masa depan, mungkin elu udah kerja, atau elu udah jauh lebih tua, ada anak anak elu yang main di rumah… dan ada istrilu yang nyambut lu di rumah meluk elu dengan hangat.. siapa yang elu liat disana.. Soojoo atau Rosé.”

Masih dengan mata terpejam, air mata menetes di pipi Jisoo.

Genggaman tangannya semakin erat menggenggam tangan Irene.

“Rosie..”

Jawaban terakhir yang diingatnya itu membuat jantungnya berdebar.

Sekelebat memori percakapan Irene dengannya juga membuat kepalanya serasa berputar.

Ia memegang kepalanya yang semakin pusing itu dan mulai kehilangan keseimbangan namun sebelum ia jatuh ke lantai Rosé menangkapnya dalam pelukannya.

Melting The Ice CubeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang