Bab 5 Pulang

211 65 0
                                    

💙

Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya taksi yang mengantarkan Najelina sampai di depan rumah Najelina.

Rumah mewah bak istana dengan lantai tiga itu adalah rumah Najelina. Ia tinggal bersama kedua orang tuanya dan satu kakak laki-lakinya. Keluarga Najelina adalah keluarga pengusaha kaya raya. Orang tua Najelina mempunyai beberapa pabrik di Jakarta.

Najelina kemudian membuka gerbang rumahnya dan berjalan masuk ke dalam rumah.

Dan ternyata di dalam rumah, orang tua dan kakak Najelina menunggu kedatangan Najelina sedari tadi dengan wajah panik.

"Najelinaa, kamu dari mana saja, Sayang. Mama khawatir," tanya Safira mamanya yang tampak sedih kala berjalan menghampiri Najelina yang berdiri di tengah pintu.

"Kita semua khawatir, Nak. Kamu belum pulang-pulang dari party," kata Tirta papanya Najelina.

"Kamu ke mana aja sih, Naj! Kakak nyariin kamu di cafe. Kamunya nggak ada! Udah Kakak bilangin, kalau belum dijemput, nggak usah kelayapan! Tunggu aja sampai Kakak datang!" bentak Fariz sang kakak yang kala itu masih memakai jas kantor.

"Kakak jangan salahin aku. Kakak sendiri ke mana aja. Aku nunggu satu jam di depan cafe. Kenapa Kakak nggak dateng-dateng?" jawab Najelina tak ingin disalahkan.

"Oke, Kakak salah. Kakak lupa kalau malam ini kamu ada party. Kakak sibuk di pabrik."

Najelina mendecak kesal.

"Udah-udah. Yang penting kamu udah pulang. Tapi Sayang, rambut kamu acak-acakan. Mata kamu sembab. Kamu habis nangis?" tanya sang mama seraya membelai rambut dan mata Najelina.

Najelina tampak panik. Ia berkata dalam hatinya.

Mama, Papa sama Kak Fariz nggak boleh tau kejadian tadi. Aku malu bilangnya. Yang penting aku udah selamat. Dan aku nggak mau kejadian itu terulang lagi.

"Oh, rambut Najelina ini berantakan karena tadi pas nyari taksi kena angin, Ma. Dan mata Najelina sembab karena Najelina emang nangis karena Kak Fariz nggak jemput-jemput Najelina, Ma," jawab Najelina menutupi kenyataan.

Fariz tampak merasa bersalah.

"Beneran, Nak? Lain kali, jangan lupa bawa handphone ya. Biar kamu bisa hubungi Kakak kamu," pesan sang papa.

"Iya, Pa," jawab Najelina.

"Najelina mandi dulu ya, Pa, Ma, Kak," pamit Najelina lalu berjalan ke lantai atas.

***

Beberapa menit kemudian, Najelina selesai mandi dan duduk di kasurnya. Ia membuka kertas biru yang ia dapat dari lelaki bersarung itu.

"Aku penasaran sama cowok tadi. Namanya Je. Je siapa ya. Di mana ya rumahnya. Aku penasaran sama wajahnya. Dia baik banget. Kayaknya dia tipe cowok romantis seperti yang aku inginkan. Dia kasih pesan ke aku lewat pesawat kertas, so sweet banget. Aku harus cari tau siapa Je itu. Jey, aku panggil dia Jey. Aku berharap kita bisa bertemu lagi, Jey." Najelina tersenyum membayangkan seraya memeluk kertas biru tersebut.

Karena hari sudah larut malam dan hampir menjelang pagi, Najelina kemudian tidur.

***

Keesokan harinya, perempuan yang anggun selalu memakai dress setiap hari itu, kemudian bersiap-siap menuju kampusnya.

Najelina memakai helm dan kemudian mengendarai motornya.

Saat Najelina melaju ke arah gerbang rumahnya, Najelina kemudian turun untuk membuka gerbang. Saat mendorong gerbang, Najelina melihat ada pesawat kertas biru yang diselipkan di pagar besinya.

"Kok bisa ada kertas nyangkut di pagar, sih?"

Najelina kemudian mendekati kertas tersebut.

"Pesawat kertas? Jey?"

Najelina kemudian mengambil dan membuka kertas tersebut.

"Terima kasih Najelina, kamu sudah membaca surat ini. Aku tau, kamu sekarang sedang menunduk ketika membaca surat ini. Tapi suatu saat jika kamu membaca isi hatiku, aku yakin kamu tidak akan menunduk. Tapi bersandar, di bahuku. Surat ini aku buat hanya untuk kamu, Najelina.  Pemilik senyum termanis yang pernah aku lihat. Dan semoga surat ini sukses membuat senyum termanis itu merekah sepanjang hari.  Najelina, semoga kamu hari ini selalu terjaga. Bukan hari ini saja. Tapi setiap hari, setiap detik dan setiap menit. Dan itu adalah do'aku. Aku akan berusaha menjagamu dari jauh. Salam dari J," ucapnya membaca isi surat tersebut.

Najelina senyum-senyum sendiri.

"Jey? Jey ngasih aku pesawat kertas lagi. Dan isinya so sweet banget. Dia tau rumahku? Jangan-jangan tadi malam Jey ngikutin aku dari belakang buat jagain aku? Emmm, Jeyyy," Najelina memeluk kertas tersebut dan matanya berbinar-binar bahagia.

Najelina kemudian melihat jam tangannya.

"Masih pagi! Masih ada waktu buat aku pergi ke perkampungan deket rumah kosong itu. Aku akan cari di mana rumah Jey. Pasti rumahnya di sekitar situ. Sampai ke ujung dunia pun, aku akan mencari keberadaan Jey!" ucapnya semangat 45.

Najelina kemudian mengendarai motornya dan melaju ke arah perkampungan dekat rumah kosong itu. Najelia ingin mencari keberadaan Jey.

***

Bisa nggak yaa.. Najelina bertemu Jey di kampung tersebut?

Kintilin dari belakang yuk gaes!
👇

NAJELINA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang