Bab 16 Percaya diri

128 36 0
                                    

💙

Najelina kemudian membuka pesawat kertas tersebut.

Ini kan surat dari gue? Yang gue kasihkan ke Jaka waktu di pencucian mobil?

Najelina bertanya-tanya dalam hatinya seraya melirik Ang.

"Lo dapet dari mana surat ini?" tanya Najelina.

"Itu gue dikasih sama seorang cewek pas di pencucian mobil," jawab Ang.

Najelina masih kebingungan. Raut mukanya bertanya-tanya memperhatikan Ang.

"Masih belum ngerti juga?" tanya Ang.

Najelina geleng-geleng  kepala.

"Rumah kosong?"

"Dua preman?"

"Dibungkam?"

"Sarung?"

"Je?" Ang mencoba memberikan kode kepada Najelina agar dia mengerti apa yang dimaksud Ang.

"Stop! Lo tau dari mana semua itu? Lo kenal sama Jaka?" tanya Najelina serius.

"Kenal banget!"

"Terus kenapa dia nggak dateng? Lo tau kan, isi surat itu? Gue pengen ketemu sama dia."

"Dia dateng kok!"

"Mana?" Najelina menengok kanan kiri.

"Di depan lo!"

Najelina kemudian melesatkan pandangannya ke depan.

"Lo?" tanya Najelina tak percaya.

Ang mengangguk-angguk.

"Jadi, Jaka itu lo?" Najelina terkejut.

Najelina kemudian mengingat kembali kejadian waktu itu. Dimana Jey adu jotos dengan dua preman, lalu paginya ia melihat Ang babak belur. Najelina juga mengingat pernah dibopong Jey dan ia melihat mata Jey sama dengan mata Ang. Najelina juga mengingat pada saat di taman. Ia mendapat pesawat kertas lalu melihat Ang juga berada di taman. Najelina baru sadar dengan itu semua.

"Nggak usah kaget segitunya kali. Katanya lo pengen ketemu gue? Katanya gue pacar lo? Masa kaget sih lihat pacarnya sendiri?" goda Ang.

"Aduh!" ucap Najelina lirih seraya menutup mukanya dengan tas selempangnya. Najelina merasa sangat malu sudah mengatakan itu kepada Ang sebelum ia tahu bahwa Ang adalah Jaka.

"Nggak usah malu gitu. Gue tau lo bercanda," Ang menurunkan tas yang menutupi wajah Najelina.

"Lo nggak mungkin bilang itu lagi setelah lo tau kalau Jaka itu gue."

"Kenapa lo nggak jujur aja kalau malem itu lo yang nyelametin gue?"

"Gue pengen lo tenang waktu gue nyelametin lo. Kalau lo tau yang nyelametin lo itu gue, lo pasti kabur dan makin takut. Secara, lo kan nganggep gue preman juga."

"Ya habis, penampilan sama kelakuan lo di kampus kayak preman sih. Lo suka berantem dan lo ditakutin sama semua anak di kampus."

"Jel, gue nggak akan berantem dan nggak akan nonjok orang, kalau nggak dia mulai duluan."

"Jadi, selama ini yang kirim gue surat, jagain gue, ngikutin gue dari belakang, itu elo, Ang?"

Ang mengangguk-angguk.

Najelina melongo.

"Semua itu gue lakukan karena gue cinta sama lo, Jel. Gue nggak mau lo kenapa-kenapa lagi. Gue pengen jagain lo. Maaf, gue jujur sama lo kalau gue cinta sama lo. Dan lo pasti nggak mau kan nerima cinta gue. Karena lo tau sendiri, gue dari keluarga serba kekurangan. Sedangkan lo, anak orang kaya. Gue nggak akan nembak lo kok karena gue tau jawabannya. Pasti ditolak. Gue sadar diri, gue nggak akan nembak lo. Gue cuma pengen jagain lo," Ang merendah diri.

NAJELINA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang