Bab 28 Dikurumg

68 22 0
                                    

💙

Tirta melepas tangan Najelina. "NGGAK! Sampai kapan pun, Papa nggak akan restuin hubungan kamu dengan Anggara! Banyak teman Papa yang ngajak besanan! Semua kamu tolak! Dan kamu lebih pentingin lelaki yang nggak punya masa depan itu! Papa malu sebagai orang tua!" Tirta memalingkan muka.

"Tapi Pa, Anggara baik Pa. Dia mampu bahagiain Najelina. Aku mohon Pa kasih kesempatan Anggara untuk membuktikan dia bisa bahagiain Najelina."

"Berhenti berhungan dengan Anggara, Najelina! Kamu akan menderita sama dia. Sekarang memang kamu belum ngerasain. Tapi kedepannya kamu akan menyesal hidup dalam kemiskinan! Kakak pernah bilang sama kamu! Kalau pacar kamu tidak bisa bahagiain kamu, kamu harus menikah dengan Afan! Dan sekarang, baru dilihat sekilas saja, dia sudah terlihat tidak akan bisa bahagiain kamu! Kehidupan kamu sama dia jauh berbeda Najelina! Kamu akan menyesal!" sahut Fariz.

"Nggak Kak! Justru aku lebih menyesal kalau aku ninggalin Anggara! Papa sama Kakak pengen kan, Najelina bahagia? Najelina akan bahagia kalau Najelina hidup bersama Anggara, Pa, Kak!"

"Cukup! Papa nggak mau denger nama Anggara lagi! Mau nggak mau, minggu depan kamu harus menikah dengan Afan!" Tirta membalikan badan lalu berjalan keluar kamar.

"Pa! Aku nggak mau nikah sama Afan, Pa! Aku mau nikah cuma sama Anggara, Pa! Pa, jangan lihat Anggara dari hartanya Pa. Lihat Anggara dari kebaikan dan tanggung jawabnya, Pa. Najelina nggak salah pilih pasangan, Pa!" ucap Najelina mengikuti langkah papanya. Namun Tirta tidak menggubris ucapan Najelina.

"Jauhi Anggara dan menikah dengan Afan!" tegas Fariz seraya menutup pintu kamar dengan kencang dan menguncinya dari luar.

"Kak! Najelina nggak mau nikah sama Afan!" teriak Najelina dari dalam kamar dan mencoba mendobrak pintu.

"Bikin malu aja tuh anak. Keluarga Tirta Wiraja pengusaha terkenal punya mantu anak pemulung. Bikin turun derajat aja," ucap Fariz lirih lalu pergi.

***

"ARRRGGG! Dimana harga diri gue! Dimanaaa! Hilang harga diri gue di depan keluarga Najelina! Gue nyesel udah masuk di keluarga Najelina. Gue nyesel udah jatuh cinta dengan Najelinaaa! Haaah!" teriak Anggara di sebuah jembatan sepi. Ia meluapkan segala kekecewaannya. Hatinya berkecambuk perih mengingat perkataan Fariz di birthday party tadi.

"Gue udah bodoh dalam mencintai! Gue bodoh! Harusnya gue nggak usah jatuh cinta dengan Najelina! Gue benci hati gue! Gue benci! Najelina nggak pantes buat lo Anggara! Nggak pantes! Lo siapa? Lo sampah! Lo cuma SAMPAHHH! HAHHH!" teriak Ang lebih kencang lagi. Ia menjabak rambutnya sendiri lalu menendang pagar besi jembatan.

Hati Ang hancur berkeping-keping. Dimana ia datang ke sebuah party keluarga kekasihnya berharap mendapat beribu-ribu  suka di hatinya. Namun, apalah daya, ia malah mendapat berjuta-juta luka yang menusuk di dalam hatinya. Ini lebih perih dari sebilah pedang yang menggores tubuhnya.

***

Hari menjelang pagi, matahari masih menampakkan sinar merahnya belum menampakkan sinar terangnya.

Najelina berusaha mencari jalan untuk kabur dari rumah. Mungkin jika kamarnya berada dilantai bawah, ia lebih mudah untuk keluar lewat jendela. Namun, posisi kamarnya berada di lantai 2, ia harus melompat dari ketinggian untuk bisa keluar dari rumah. Najelina berfikir dua kali saat berada di jendela sambil menengok ke bawah. Jika ia melompat dari lantai dua, ia akan jatuh terluka dan tubuhnya akan sulit untuk berjalan menjauhi rumah. Tapi jika ia tidak melompat, ia tidak akan bisa bertemu dengan Ang. Jika ia tidak menemui Ang, luka di hati Ang akan semakin melebar. Dan Najelina berfikir ia harus menyembuhkan luka di hati Ang karena semua itu ulah kakaknya. Ia harus bisa menenangkan hati Ang sebelum Ang semakin meninggalkannya.

"Gue harus lompat! Gue lebih baik jatuh dan terluka demi bisa bertemu dengan Ang. Daripada gue terus disini nggak bisa bertemu Ang. Gue takut Ang semakin terluka hatinya karena hinaan Kak Fariz. Gue harus bisa menyembuhkan sakit hati Ang. Lebih baik gue terluka dibawah sana demi Ang. Gue nggak mau dia yang terluka karena keluarga gue!" Najelina memperhatikan halaman yang ada di bawah dan yakin dengan keputusannya untuk turun lewat jendela.

Najelina kemudian melepas gorden jendelanya yang lumayan panjang. Lalu diikat di kusen jendelanya dan dijulurkan ke bawah.

Pelan-pelan Najelina turun ke bawah dengan cara merambat gorden. Najelina memejamkan mata saat berada di ujung gorden. Ia merasa ketakutan karena harus melepas gorden tersebut. Ia berkali-kali melirik ke bawah namun ia harus melawan ketakutannya.

Brak

Najeline jatuh ke bawah. Kedua lututnya berdarah terbentur batu. Najelina merintih perih. Namun ia tidak ingin lama-lama di tempat itu. Najelina memperhatikan sekitar semoga saja tidak ada seseorang yang melihatnya.

Najelina kemudian berlari ke gerbang dan membukanya pelan-pelan. Ia berhasil kabur dan naik taksi untuk menemui Ang.

***

Apakah mereka bakalan bertengkar?

Yuk simak pertemuannya!
👇

NAJELINA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang