Bab 43 Semoga kuat

54 22 0
                                    

💙

Beberapa menit kemudian, mereka berboncengan di jalanan. Najelina memeluk Ang dari belakang sambil membawa tumpukan brosur. Ang tersenyum lalu melaju kencang ke tempat tujuan.

Sesampainya di pinggir jalan, Ang dan Najelina membagikan brosur itu ke semua pemilik mobil. Mereka juga masuk ke tempat parkir kantor untuk mempromosikan tempat kerjanya itu.

Waktu berjalan begitu cepat hingga membuat peluh membasahi tubuh Najelina. Najelina pun duduk di bawah pohon dan mengipasi tubuhnya menggunakan brosur.

Ang yang masih semangat berpromosi dengan pemilik mobil, lalu menoleh ke samping melihat Najelina sedang duduk kecapekan. Lalu Ang menghampiri Najelina dengan membawa satu gelas es teh yang ia beli dari abang-abang pedagang kaki lima.

"Capek ya? Minum dulu nih," Ang menyerahkan es teh tersebut kepada Najelina dan ikut duduk di sampingnya.

"Makasih ya," Najelina menyeruput es teh itu dengan sedotan.

Ang kemudian mengeluarkan tisu  dari dalam saku celananya

"Kalau nggak kuat kerja kayak gue, mending lo jadi kasir aja. Lebih enak dan nggak terlalu capek kayak gini," pinta Ang seraya mengusap keringat Najelina dengan tisu.

"Nggak mau. Gue maunya kerja kayak lo. Biar selalu deket sama lo Ang."

Ang menghela nafas. "Najelina, meskipun lo jadi kasir, lo tetep bisa deket sama gue. Kita kan satu tempat kerja."

"Tapi kan nggak bisa keluar bareng kek gini sama lo. Kalau gue jadi kasir, dan lo keluar buat nyebarin brosur, terus gue di tempat kerja lihat siapa? Kan gue bisa semangat kerja karena lihat lo, hehehe," cengirnya.

"Idih, bisa aja lo."

Najelina kemudian menoleh ke arah kanan. Ia terpelonjak kaget melihat Fariz berjalan ke parkiran.

Gawat!

Najelina kemudian menarik lengan tangan Ang dan mengajaknya berlari menjauh.

"Ayo kita sembunyi! Cepet!"

"Kenapa? Ada apa, Jel?"

"Ada Kak Fariz Ang. Gue nggak mau dia tau kalau gue kerja bareng elo!"

Ang kemudian melihat Fariz. Dan mereka berlari menuju sela-sela mobil untuk bersembunyi. Mereka mengintip aktivitas Fariz.

Beberapa menit kemudian, mereka bernafas lega saat tahu Fariz sudah masuk ke dalam mobil dan menjauh.

"Hufftt, akhirnya, Kak Fariz nggak lihat kita," ucap Najelina saat melihat Fariz sudah tak terlihat lagi.

"Iya, untung aja. Kita lanjut habisin brosur lagi yuk," ajak Ang lalu mereka berdua kembali menyebarkan brosur.

Hari semakin sore dan mereka masih tetap semangat memberikan brosur kepada orang-orang yang memiliki mobil.

Saat Najelina sedang berbincang-bincang dengan ibu-ibu gaul yang berada di dalam mobil mewah, tiba-tiba Fariz menarik paksa lengan Najelina.

"Kak, Kak, Kak! Sakit Kak! Kakak jangan tarik-tarik aku kek gini dong. Aku lagi sibuk kerja disuruh Papa! Lepasin ih!" ucap Najelina saat berjalan di samping Fariz seraya mencoba melepaskan genggaman tangan Fariz.

"Kamu disuruh Papa kerja buat balikin uang Papa! Malah kerja bareng dia! Cari kesempatan kamu! Hah! Sekarang kamu pulang! Jangan pernah temui dia lagi! Atau nggak, Kakak akan buat dia kehilangan pekerjaan! Kamu ingat itu!" bentak Fariz saat menarik tangan Najelin dan berjalan cepat menuju mobilnya.

"Kakak benar-benar jahat! Tidak bisa melihat adiknya bahagia! Cuma bisa bikin adiknya menderita!"

"Jangan banyak bicara kamu! Cepat masuk!" pinta Fariz saat membuka pintu mobil.

NAJELINA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang