Bab 22 Colek

74 26 0
                                    

💙

"Sebenernya... kamu mau deket sama aku karena cinta apa karena kamu mau balas budi sama aku? Soalnya aku udah nyelametin kamu waktu itu," ucap Ang tidak enak.

"Kenapa kamu berfikir kek gitu? Anggara sayangku, kalau aku deket sama kamu karena balas budi, aku datang membawa terima kasih bukan datang membawa cinta. Itu artinya, aku deket sama kamu itu karena cinta. Lagipula, aku nggak segampang itu menaruh cinta. Cuma gara-gara diselametin terus aku jatuh cinta gitu ke setiap orang yang nyelametin aku? Nggak lah! Tukang ojek online, pegawai, pilot juga pernah nyelamet aku pas aku jatuh di jalan ataupun dirampok orang. Tapi aku nggak jatuh cinta tuh sama dia. Berarti, kamu tuh spesial di hati aku. Semua itu karena ketulusanmu Ang yang membuat aku jatuh cinta sama kamu. Dan aku nyaman sama kamu. Udahlah nggak usah ragu sama cinta aku," terang Najelina seraya sibuk menumis capcay di wajan.

Ang tersenyum, "Aku cinta sama kamu, Jel."

"Iya, aku tau, kamu cinta sama aku. Cinta banget malah. Iya kan?" goda Najelina.

"GR lo, hahaha," Ang mencolek pinggang Najelina.

Najelina mundur karena geli. "Eh! Gue masukin lo ke penggorengan kalo berani colek lagi," ancamnya tersenyum.

"Idih, keluar garangnya. Colek lagi ah, gue kangen sama ekspresi garang lo kayak dulu. Hahaha."

Ang mencolek pinggang Najelina lagi. Hingga Najelina tertawa geli.

"ANGGARA!" teriak Najelina kesal.

Beberapa menit kemudian, makanan sudah tersaji di meja makan. Ang, Najelina dan Nenek makan bersama.

Kringg...

Bunyi nada dering dari dalam tas Najelina itu, membuat Najelina berhenti makan. Ia membuka tasnya lalu mengeluarkan handphonenya.

"Bentar ya, Nek, Jaka. Kakak Najelina telfon."

Ang dan sang nenek mengangguk seraya mengunyah makanan.

Najelina mengangkat telepon dari sang kakak.

"Hallo, ada apa Kak?"

"Kamu di mana? Cepat pulang! Kluyuran aja!"

"Iya, Kak. Sekarang Najelina mau pulang."

"Kamu di ma---"

Najelina kemudian langsung menutup teleponnya meskipun sang kakak belum selesai bertanya. Bagi Najelina, jika telepon tidak diakhiri, sang kakak terus bertanya lagi dimana dan ujung-ujungnya akan disamperin.

"Najelina pulang dulu ya, Nek, Jaka. Kakak nyariin. Udah petang juga soalnya," pamit Najelina.

"Oh, iya, Nak. Hati-hati yaa," pinta nenek.

Najelina mencium tangan Nek Lastri.

"Gue anter, Jel. Bentar, gue cari kunci motor dulu," Ang mencari kunci motor di meja televisi yang berada di sebelah meja makan.

Mereka berdua kemudian keluar dari rumah.

"Gue ikutin dari belakang sampek ke rumah lo. Takutnya lo kenapa-napa," sambil naik ke atas motor dan memakai helm.

"Makasih ya, Sayang," Najelina kemudian masuk ke dalam mobil.

Mereka berdua melaju ke jalanan. Najelina selalu memandangi spion mobilnya karena terlihat Ang sedang mengikutinya di belakang. Nejelina terus tersenyum saat menyetir mobil. Ia sangat senang lelaki yang dicintainya menjaganya dari belakang.

***

Sesampainya di depan gerbang, Najelina menghentikan mobilnya. Lalu Ang mendekati kaca mobil Najelina yang dibuka itu.

"Terima kasih ya, Jel. Lo udah main ke rumah gue tadi. Gue seneng banget. Sampai ketemu besok di kampus. Aku sayang kamu," ucapnya saat menengok Najelina di dalam mobil.

"Iya, aku juga sayang kamu," balasnya seraya melambaikan tangan dan cium jauh.

Ang kemudian kembali pulang.

Satpam yang siap siaga di samping gerbang, kemudian membuka gerbang dan mempersilahkan Najelina masuk ke dalam.

Mobil hitam mewah itu, ia masukkan ke dalam garasi yang terbuka. Najelina kemudian berjalan menuju terasnya. Karena sedang berbunga-bunga, Najelina selalu tersenyum manis meskipun tidak ada seorang pun di sampingnya.

Najelina kemudian membuka pintu rumahnya pelan-pelan.

"Akhirnya, anak perempuan Mama yang cantik sudah pulang," sambut sang Mama yang duduk di ruang tamu bersama sang suami, Fariz dan seorang lelaki muda berjas  yang juga duduk di antara mereka.

Najelina yang awalnya tersenyum lebar, tiba-tiba senyumnya menurun saat melihat ada seorang lelaki yang tak ia kenal duduk bersama keluarganya. Najelina menduga, pasti ada maksud dan tujuan seorang lelaki itu duduk diantara mereka. Karena, ia teringat bahwa lelaki itu pernah mendekatinya namun tidak pernah ia respon. Najelina juga tidak terlalu ingat nama lelaki itu. Yang dia ingat, lelaki itu adalah patner kerja kakaknya.

Najelina kemudian mendekat dan mencium tangan orangtuanya.

"Kenalin, Naj. Ini Afan. Teman sekaligus patner kerja Kakak," ucap Fariz memperkenalkan teman yang duduk di sampingnya itu.

Afan kemudian berdiri dan menjulurkan tangannya ke Najelina. "Kenalin, aku Afan."

Najelina kemudian menjabat tangan Afan. "Najelina," ucapnya.

"Duduk dulu, Nak. Di sini," pinta sang mama. Najelina kemudian duduk di sebelah mamanya.

"Begini Naj, Papa sama Mama berniat menjodohkan kamu dengan Afan teman Kakak kamu. Papa sama Mama ingin kamu segera menikah. Dan Afan adalah calon suami yang baik untuk kamu," ujar sang Papa.

"Apa? Menikah?" Najelina sangat kaget.

***

Wadau, bagaimana nih teman-teman.

Apa yang akan dikatakan Najelina ya tentang perjodohan ini. Apakah Najelina bakal jujur kalau dia punya pacar? Atau malah mulai menyukai Afan?

Simak terus gaes!
👇

NAJELINA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang