Bab 45 Berat

54 25 0
                                    

💙

Beberapa menit kemudian, Ang berdiri di taman. Ia beberapa kali mencoba menghubungi Najelina karena Najelina belum juga sampai di tempat.

Dan beberapa detik kemudian, Najelina tersenyum berjalan di belakang Ang. Najelina kemudian mendekati Ang dan berdiri di sampingnya.

"Ada apa, Ang. Lo mau ngomong penting apa?" tanya Najelina.

"Kenapa lo bayar semua biaya kuliah gue?" tanya Ang santai namun tetap terlihat memendam kekesalan.

Najelina kaget dan ia tampak ketakutan. "Ang, lo tau dari mana semua itu?"

"Gue tanya, kenapa lo bayar semua biaya kuliah gue? Jawab, Jel."

"Ang, maafin gue. Gue lakukan itu cuma pengen bantuin lo."

"Lo bantuin gue, karena menurut lo, gue nggak bakal bisa bayar kuliah gue sendiri gitu?"

"Bukan gitu, Ang. Gue tau lo pasti bisa. Tapi batas waktu pembayaran yang diberikan Pak Bambang terlalu cepat. Gue nggak mau lo bayar pas batas waktu sudah habis, Ang. Gue nggak mau lo dikeluarin dari kampus."

"Apa yang lo lakuin itu malah bikin gue dikeluarin dari kampus, Jel! Tadi gue habis dari kantor Papa lo. Karena gue baru tau kalau yang ngeluarin gue dari kampus itu Papa lo. Dan semua itu gara-gara lo, Jel. Lo udah transfer uang ke Pak Bambang buat biaya kuliah gue! Dan Papa lo mikir, itu semua suruhan dari gue, Jel!"

"Niat gue cuma pengen bantuin lo, Ang. Gue nggak tau kalau akhirnya bakal jadi kek gini."

Ang mendecak kesal. "Gue udah mati-matian buat yakinin ke keluarga lo kalau gue bisa berjuang buat bahagiain lo. Tapi sekarang malah lo hancurin nama baik gue, Jel! Di mata keluarga lo, gue deketin lo cuma mau manfatin uang lo aja. Apalagi lo udah ngeluarin uang buat biaya kuliah gue. Mereka makin yakin kalau gue benar-benar manfaatin lo, Jel!"

"Tapi Ang, gue udah jelasin semuanya ke Papa gue. Gue lakukan itu karena kemauan gue sendiri bukan suruhan dari lo. Dan lo nggak punya niatan manfaain gue sama sekali. Gue udah jelasin semua itu Ang ke Papa."

"Meskipun lo udah jelasin semuanya ke Papa lo, tapi Jel, dengan bukti lo udah kirim uang buat biaya kuliah gue, Papa lo semakin percaya kalau gue benar-benar punya niat manfaatin lo. Lo makin menambah buruknya gue di mata keluarga lo!"

"Maafin gue Ang. Gue salah. Gue nggak mikir sampai ke situ. Maafin gue, Ang," Najelina menitihkan air mata.

"Harusnya lo mikir dua kali, Jel. Lo udah merusak perjuangan gue buat bikin harga diri gue naik di depan keluarga lo. Tapi sekarang malah lo jatuhkan, Jel!"

Najelina menunduk dan menangis.

"Gue dibilang nggak bisa maju, nggak bisa kuliah, nggak bisa sukses sama orang tua lo, gue terima Jel. Gue masih bisa ikhlas. Tapi, kalau gue dibilang udah manfaatin uang lo buat biaya kuliah gue, gue sakit hati, Jel."

Ang sangat kecewa dengan Najelina. Ang pun membalikkan badan dan pergi menjauh meninggalkan Najelina.

Najelina pun mengejar Ang dengan derai air mata lalu meraih tangan Ang. "Ang, maafin gue Ang. Gue salah udah melakukan semua ini. Gue mohon lo jangan marah ya sama gue. Maafin gue."

Lalu Ang melepaskan tangan Najelina dengan cepat. "Dengan lo bayar semua biaya kuliah gue, gue jadi terlihat lemah Jel jadi seorang cowok."

Ang kembali melangkah menjauhi Najeluna. Dan Najelina tetap berusaha mengejar Ang.

"Ang, maafin kesalahan gue Ang. Gue akan berusaha memperbaiki masalah ini. Gue akan berusaha yakinin keluarga gue kalau semua ini nggak bener, Ang," ucap Najelina mengikuti langkah cepat Ang.

Ang tidak menjawab ucapan Najelina sama sekali. Lalu Ang bergegas menaiki motornya dan pergi meninggalkan Najelina.

"AAANGG, MAAFIN GUE ANG!" teriak Najelina dengan derai air mata yang terus mengalir di pipinya.

***

Malam ini, Najelina tampak gelisah. Ia mondar-mandir memcoba menghubungi Ang puluhan kali di dalam kamarnya. Ia juga beberapa kali mengiriminya chat namun semua tidak kunjung mendapat balasan. Ang sepertinya ingin sendiri, menenangkan hati dan fikirannya.

"Ang, angkat dong," keluhnya seraya terus mencoba menelpon Anggara.

Lalu aktivitas Najelina terhenti setelah Najelina mengetahui bahwa Tirta sudah pulang dari kantor. Tirta berjalan lewat depan kamar Najelina. Lalu Najelina bergegas mengikut Papanya itu.

Najelina menghadang langkah Tirta dari depan. "Pa, sampai kapan Papa menuduh Anggara memanfaatkan Najelina. Semua itu tidak benar, Pa. Anggara tidak pernah punya niatan seperti itu. Pa, tolong jangan pandang Anggara seburuk itu. Anggara tidak bersalah, Pa. Anggara selama ini berjuang sendiri Pa buat biaya kuliah dia. Tolong Pa, izinkan Anggara kuliah lagi," mohon Najelina kepada sang papa yang memalingkan muka itu.

Tirta mendecak kesal. "Bisa nggak, kamu nggak  bahas masalah nggak penting itu. Papa capek, Papa habis pulang kerja, Papa nggak mau membahas itu lagi. Daripada kamu pusing-pusing mikirin masalah nggak penting itu, lebih baik kamu mikirin pernikahan kamu yang akan dilaksanakan dua hari lagi. Papa nggak sabar pengen punya cucu dari kamu," pungkas Tirta lalu melanjutkan langkahnya menuju kamar.

"Tapi Pa---"

"Tidak ada tapi-tapian!" bentak Tirta lalu masuk ke dalam kamarnya.

***

Menurut kalian, ini posisi terberat Najelina nggak?

Kasihan Najelina. Disaat hari pernikahannya dengan Afan sudah dekat, hubungannya dengan Ang bermasalah.

Ang adalah alasan Najelina untuk semangat menolak perjodohan ini. Tapi sekarang Ang malah tidak ingin dihubungi Najelina lagi. Apakah semangat Najelina akan tergoyahkan dengan adanya masalah ini?

Apakah Najelina akan tetap mempertahankan Ang, atau justru ia akan pasrah dengan perjodohan ini.

Lanjut baca bab berikutnya yaa.

Semoga aja Ang bisa meredamkan emosinya terhadap Najelina dan memperjuangkan lagi cintanya. 😦

Vote, Commet dan lanjutkan!
👇

NAJELINA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang