💙
Pagi ini Ang berada di dalam sebuah ruangan. Duduk manis di depan sang dosen.
"Anggara, kamu habis berantem lagi? Muka kamu memar-memar," tanya Pak Bambang saat memperhatikan wajah Ang.
"Iya, Pak," jawab Ang seraya menunduk.
Pak Bambang geleng-geleng kepala.
"Soal nilai, memang nilai kuliah kamu bagus. Tapi Bapak nggak suka sama kelakuan kamu, Anggara. Tidak di luar tidak di dalam kampus kamu pasti berantem. Apa sih yang kamu inginkan dari perkelahian? Malah itu membuat badan kamu rusak, Anggara. Jangan diulangi lagi ya!" pinta Pak Bambang.
"Iya, Pak."
"Oke, Bapak nyuruh kamu ke sini bukan karena itu saja. Yang Bapak tanyakan sekarang masalah uang semester. Uang semester kamu harus dilunasi. Bentar lagi kamu skripsi terus wisuda. Uang semester yang kamu bayar kemarin belum cukup buat lunasi uang semester yang nunggak lama itu."
"Maaf, Pak. Saya belum ada uangnya. Saya akan berusaha bayar uang semester secepatnya."
"Harus itu. Bapak kasih waktu satu bulan lagi. Kamu harus lunasi uang semester itu. Ya udah kalau gitu, kamu bisa masuk kelas," pinta Pak Bambang seraya berdiri dan keluar ruangan.
Ang tampak kebingungan di tempat.
Gimana nih. Gue dapet uang dari mana lagi. Masa gue harus balapan lagi biar bisa bayar uang semester? Uang balapan kemarin belum cukup buat bayar tunggakan semesteran gue. Gaji nyuci mobil juga nggak seberapa. Uang Nenek juga nggak mungkin cukup. Buat makan sehari-hari aja masih kurang-kurang. Apa gue berhenti kuliah aja ya.
Ang mengeluh dalam hatinya. Kemudian Ang keluar dari dalam ruangan tersebut.
***
Saat Ang berjalan menuju kelasnya, tiba-tiba ia dihadang oleh seorang cowok bernama Roy.
"Ang, gue nggak terima ya lo kemaren menang balapan. Gue yakin lo pasti main curang kan?"
"Curang? Ngapain gue curang? Temen lo kalah yang emang kalah. Nggak usah nuduh gue curang!"
Ang kemudian melangkah ke depan tidak menggubris Roy.
Roy kemudian menepuk bahu Ang dan menatap tajam.
"Lo pasti sabotase motor Marcel kan? Sampai dia jatuh, biar lo yang menang. Iya kan!" bentak Roy.
"Jaga mulut lo. Lo nggak usah nuduh sembarangan. Enak aja nuduh gue sabotase. Kalau geng motor lo kalah ya kalah aja," Ang kembali berjalan.
Roy kemudian menonjok pipi Ang hingga hampir terjatuh.
"Apa-apaan lo!" Ang kaget.
"Gue nggak terima ya lo menang. Lo nggak usah jadi jagoan!"
Roy menonjok perut Ang. Ang pun tak mau kalah. Ia melawan Roy dengan sekuat tenaga. Mereka kemudian berkelahi saling adu jotos di dalam kampus.
Semua mahasiwa menyaksikan perkelahian tersebut. Tidak ada yang berani melerai karena kedua cowok itu terkenal jago berkelahi. Mereka takut terkena pukulan jika melerai perkelahian tersebut.
Najelina dan kedua sahabatnya lewat di belakang para mahasiswa lain.
"Ya ampun, Ang. Udah bonyok makin bonyok lagi," ucap Sandra saat melihat perkelahian mereka.
"Namanya juga preman. Kalau nggak berantem, ya godain cewek!" sahut Najelina tak peduli.
"Nggak ada yang pisahin apa? Kasihan mereka kalau dibiarin gitu," kata Alvi.
"Nggak ada yang berani misahin, Vi. Takut kena imbasnya," sahut Sandra.
Beberapa detik kemudian, Pak Bambang datang.
"STOP! ANG, ROY BERHENTI! KALAU NGGAK! KALIAN AKAN DIKELUARKAN DARI KAMPUS INI!" ancam Pak Bambang.
Ang dan Roy kemudian berhenti. Kedua muka mereka babak belur.
"KALIAN BERDUA IKUT BAPAK! CEPAT! bentak Pak Bambang.
Pak Bambang kemudian mengajak mereka berdua.
***
Beberapa menit kemudian, akhirnya Ang dan Roy dihukum di tengah lapangan. Mereka melipat kedua tangannya lalu menjewer telinganya sendiri. Mereka berdua berdiri di tengah lapangan menjadi pusat perhatian semua mahasiswa.
Ang melirik Najelina yang berjalan bersama kedua sahabatnya.
"Eh Naj, diperhatiin Ang itu loh," goda Alvi.
"Ih, nggak! Serem mukanya!" Najelina memalingkan muka.
Sandra menahan tawa.
***
Beberapa jam kemudian, hukuman Ang berakhir. Ang dan dua temannya duduk di taman.
Anrez dan Rian, teman kuliah Ang terlihat membawa kapas dan obat luka untuk Ang.
"Lo ngapain sih, berantem sama Roy. Ada masalah apa lo sama dia," tanya Anrez.
"Dia nonjok gue duluan tadi. Dia nggak terima gue ngalahin Marcel pas balapan kemarin malem," kata Ang seraya mengobati lukanya.
"Lagian lo sih. Ikut balapan terus."
"Gue butuh uang, Rez. Buat bayar uang semester gue."
"Tapi kan, kalau lawan lo sejenis Roy atau Marcel, lo bakal diusik terus. Mereka kan dendaman," sahut Rian.
"Emang gaji nyuci mobil nggak cukup?" tanya Anrez.
"Nggak, Rez. Kayaknya gue berhenti kuliah aja deh. Gue nggak mampu bayar uang semester," keluh Ang.
"Jakaa, Jakaa. Nanggung kali kalo lo berhenti kuliah. Bentar lagi skripsi. Kita bertiga kan pejuang skripsi. Masa belum berjuang udah kikuk duluan. Semangaatt, pejuang skripsi, Men," sahut Rian.
"Jangan panggil gue Jaka kalau di kampus, Rian," pinta Ang.
"Oh iya ya. Jaka kan nama lo di kampung. Kalau di kampus namanya Ang cowok badboy yang hobinya nonjok orang, hahaha," canda Rian.
"Gue nggak bakal nonjok kalau orang itu nggak mulai duluan!"
"Tapi kalo lo gini terus, lo nyiksa diri lo sendiri, Ang. Lo bakal babak belur terus. Mending lo Jadi Jaka aja. Ramah dan baik hati kayak di rumah. Sampai kapan lo jadi badboy, Ang?" tanya Rian.
"Iya, Ang. Mending lo berhenti yang namanya berantem. Lo nggak usah bales kalau ada yang minta berantem," kata Anrez.
"Kalau gue nggak ngelawan, gue bakal ditindas terus. Gue di kampung sering dihina, dicaci karena gue miskin. Gue dan Nenek udah cukup sabar. Tapi kalau ada yang nyakitin gue pakek fisik. Gue nggak bakal tinggal diam," tegas Ang.
"Iya juga sih. Lah terus tadi pagi gue lihat muka lo bonyok sebelum lo berantem sama Roy. Lo berantem sama siapa lagi?" tanya Anrez.
"Iya Ang. Muka lo kayak habis ditonjok. Lo berantem sama siapa? Sama preman yang suka malak di kampung lo?" tanya Rian.
"Gue tadi malem habis nyelametin cewek dari prenan bangsat!" kesal Ang.
"Nyelametin cewek?"
"Di mana?"
***
Wah, Ang bakal ceritain Najelina nih ke temen-temennya.
Apa aja ya yang bakal Ang ceritakan.
Ikut jadi pendengar yuk!
Geser ke bawah, Gaes!
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
NAJELINA [Completed]
Romance"Lo mau bawa gue kemana?" "Ke sebuah tempat di mana cuma ada cinta dan kasih sayang didalamnya." "Di mana itu?" "Di hatiku. Kamu wanita pertama dan terakhir yang aku ajak ke sana." -Ang- --oOo-- Najelina, perempuan bak Cinderella deng...