Bab 29 Berjuang

65 25 0
                                    

💙

Ang dan Najelina bertemu di taman.

"Ang maafin ucapan Kakak gue kemarin ya. Gue nggak tau kalau Kakak gue bakalan ngomong kek gitu ke lo kemarin. Maafin Kakak gue ya. Lo masih cinta kan sama gue?" Najelina menatap sayup Anggara. Ia tampak ketakutan. Takut Ang akan marah karena kejadian semalam.

Ang menghela nafas berat.

"Demi lo, gue maafin Kakak lo. Dan gue akan lupain masalah semalem. Tapi, masalah cinta, kayaknya hubungan kita sampai di sini aja, Jel," Ang menatap wajah Najelina.

"Maksud lo? Lo putusin gue, Ang? Lo udah nggak cinta sama gue lagi?" Najelina menatap serius Ang dengan mata berkaca-kaca.

"Bukan gue nggak cinta lagi. Gue selalu cinta sama lo Jel. Tapi---"

"Tapi apa?"

"Tapi hubungan kita nggak akan direstui, Jel. Gue orang nggak punya. Gue nggak pantes buat lo. Gue sadar diri Jel. Gue akan hapus cinta gue ke elo," Ang berdiri dari duduknya dan melangkah ke depan.

"Tapi gue cinta sama lo, Ang. Lo nggak mau pertahanin cinta kita?"

Ang menghentikan langkahnya.

"Gue mau mempertahankan cinta kita Jel. Tapi, Kakak lo, Kakak lo nggak setuju sama hubungan kita. Gue lebih baik pergi biar Kakak lo seneng dan lo nggak dimarahin lagi," Ang melangkah lagi.

Najelina mengikuti Ang.

"Oh, lo lebih pentingin kesenangan Kakak gue daripada kesenangan gue? Lo lebih milih gue sedih, Ang?"

"Justru itu, gue pergi biar lo nggak menanggung kesedihan lagi. Kita nggak direstui, Jel. Gue nggak mau lo dimarahin terus karena berhubungan sama gue," Ang mengusap rambut depan Najelina dengan lembut lalu membalikkan badan melanjutkan langkahnya.

"Lo nggak mau berjuang buat gue, Ang? Semudah itu lo pergi?" ucap Najelina pelan dan menitihkan air mata.

"Gue sayang sama lo, Jel. Tapi ini yang terbaik buat lo dan keluarga lo. Lo akan menderita sama gue yang tak pernah direstui ini. Gue bodoh Jel. Gue bodoh udah berani jatuh cinta sama lo yang jelas-jelas gue nggak pantes buat lo. Mimpi gue ketinggian, Jel," ucap Ang lalu melangkah menjauhi Najelina. Sebenarnya ia sangat berat meninggalkan Najelina. Namun Ang terpaksa melakukan itu karena ia tak ingin wanita yang dicintainya di benci keluarganya.

Waktu lo dimarahin Kakak lo di cafe kemarin, gue lihat semua Jel. Gue lebih baik pergi. Gue nggak mau lo dibenci keluarga lo karena berhubungan sama gue. Gue juga udah tau kalau lo akan menikah minggu depan. Maafin gue Jel. Gue harus pergi. Gue sayang sama lo.

Ungkapan hati Ang begitu pilu. Ia berat untuk menerima semua ini. Ia terus berjalan dan sesekali melihat Najelina di belakang.

"Kamu anggap aku seperti layangan yang jatuh dan ditinggal pemiliknya, Ang. Kamu udah pegang erat-erat benang layangan itu tapi angin mematahkannya. Kamu hanya diam dan tak ingin mengejarnya saat layangan itu terbang dan jatuh ke tanah. Kamu diam karena tak ingin angin mematahkannya lagi atau karena layangan itu sudah tak berguna lagi bagimu. Padahal, layangan yang jatuh itu bisa kamu perbaiki dan kamu ganti dengan benang yang lebih kuat agar angin tidak bisa mematahkannya lagi. Tapi, kamu lebih memilih pergi meninggalkan layangan yang sudah kamu rakit dari awal itu. Kamu ngerti kan maksud aku?"

Ang kemudian berhenti dan mencerna perkataan Najelina.

"Asal lo tau ya, Ang. Yang bodoh itu bukan lo! Tapi gue, gue bodoh udah merjuangin lo di depan orang tua gue sedangkan lo nggak mau perjuangin gue! Gue yang bodoh, Ang! GUE!" Najelina kemudian membalikkan badan dan berlari menjauhi Ang seraya terus mengusap air matanya.

Ang kemudian mengarahkan pandangannya ke belakang melihat Najelina yang berjalan jauh sambil menangis.

Ang berlari mengejar Najelina.

Saat sudah berada di depan Najelina, Ang langsung meraih telapak tangan Najelina dan digenggam erat-erat.

"Gue sayang sama lo. Gue cinta sama lo. Gue nggak mau pisah sama lo, Jel. Gue akan perjuangin cinta gue ke elo."

Ang lalu mengusap air mata Najelina.

"Gue akan perjuangin cinta gue sampai mati!" ucap Ang seraya memengang kedua telapak tangan Najelina.

Najelina pun pelan-pelan tersenyum.

"Gue sayang sama lo, Ang. Ego keluarga gue bisa diruntuhkan dengan kekuatan cinta kita. Lo percaya kan?" menatap wajah Ang dengan mata sembab.

Ang tersenyum mengangguk-angguk. "Gue akan berusaha bahagiain lo, Jel. Gue akan bekerja keras, untuk membuktikan ke keluarga lo kalau gue bisa bahagiain lo!"

"Kita perjuangin cinta kita bersama-sama ya. Janji?" Najelina mengacungkan jari kelingkingnya di depan Ang.

Ang tersenyum. "Janji!" sambil mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Najelina.

***

"Kamu pulang ya sekarang, nanti Papa kamu nyariin," pinta Ang seraya berjalan bersama Najelina di taman.

"Aku nggak mau pulang. Aku mau ke rumah kamu aja."

"Jangan, Jel. Lebih baik kamu pulang aja. Kalau kamu kabur ke rumah aku, semakin jelek nama aku di depan kelurga kamu. Kamu pulang ya, aku anter. Sekalian aku beranikan diri untuk bertemu dengan keluarga kamu. Aku akan meminta restu untuk menikahimu."

Najelina langsung menatap Ang. "Beneran?"

Ang mengangguk-angguk dan Najelina tersenyum bahagia.

Kemudian mereka naik motor dan melaju ke rumah Najelina.

💙

Bagaimana ya jadinya nanti ketika Ang menemui keluarga Najelina. Apakah Ang sudah memasang mental baja?

Gaspoll Men!
👇

NAJELINA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang