Bab 19 Introgasi

90 32 1
                                    

💙

Di dalam perpus, Sandra dan Alvi mengintrogasi Najelina. Najelina duduk di kursi sedangkan Sandra dan Alvi berdiri di sampingnya.

"Lo ngapain bawa gue ke sini?" tanya Najelina merasa aneh.

"Kita akan kasih lo pertanyaan dan lo harus jawab sejujurnya," kata Alvi menatap tajam Najelina.

"Kita akan kupas tuntas apa yang ada difikiran lo," sahut Sandra.

"Apaan sih, nggak jelas deh lo berdua."

"Lo semalem mimpi apa?" tanya Alvi.

"Mimpi apa? Gue nggak mimpi apa-apa? Kenapa sih?" Najelina tampak bingung dengan kedua sahabatnya ini yang berlagak seperti detektif.

"Apa jangan-jangan lo kesambet pas lewat jembatan ya?" sahut Sandra.

"Ya nggak lah. Gue nggak lewat jembatan tadi pagi. Lo berdua kenapa sih? Gue nggak kenapa-kenapa ini."

"Tapi hari ini lo aneh, Naj!" ucap Alvi seraya duduk di depan Najelina bersama Sandra.

"Aneh kenapa sih?"

"Gue lihat ada pemandangan langka tadi pagi. Sejak kapan, lo mau mensejajarkan langkah lo di samping Ang? Terus pake gandengan segala. Aneh banget tau," kata Alvi.

"Iya aneh banget. Selama ini kan, lo jaga jarak sama Ang. Jarak lo sama Ang sepanjang jalan kenangan," sahut Sandra.

"Sepanjang jalan kenangan itu lagu, San," sahut Alvi.

"Hahaha. Jadi, masalah itu yang kalian mau tanyakan? Ya iya lah gue jalan sama Ang. Gue sama Ang udah jadian!" ungkap Najelina menahan tawa.

Sontak kedua sahabatnya terkejut. Kata yang keluar dari mulut Najelina seperti bom atom yang meledak di depan matanya sehingga membuatnya kaget.

"APA?"

"APA? JADIAN?"

"Oh My God. I'm so shocked."

"Gue nggak salah denger? Lo jadian sama Ang?" tanya Alvi tetap dengan muka kagetnya yang tidak kunjung hilang sedari tadi.

Najelina mengangguk-angguk. "Iya gue jadian sama Ang. Baru kemarin jadiannya. Dan ini kalung yang gue pake adalah kalung pemberian Ang." Najelina menunjukkan kalung yang melingkar di lehernya itu.

Alvi dan Sandra mulutnya masih menganga tak percaya melihat Najelina yang menurutnya tak waras itu. Sebab, bagi mereka ucapan Najelina berubah 360 derajat celcius.

"San! Kayaknya kita masih berada di alam mimpi deh," tanya Alvi.

"Coba gue cubit," Sandra mencubit pipi Alvi.

"Aduh sakit."

"Kita nggak berada di alam mimpi, Vi!" kata Sandra.

"Lo nggak usah kaget napa sih. Gue sekarang akur sama Ang karena ternyata Jey yang nyelametin gue malem itu, adalah Ang. Ang yang nyelametin gue, Vi, San," ungkapnya dengan senyuman lebar.

"Jey itu Ang? Kok bisa?" Alvi makin penasaran.

"Ang itu panggilannya Jaka kalau di rumahnya."

"Dan elo serius cinta sama Ang?" Sandra tak berkedip.

"Gue cinta banget sama Ang, San, Vi. Gue tergila-gila sama dia. Dia itu pangeran di hati gue," ucap Najelina dengan mata sayup sambil tersenyum membayangkan.

Alvi dan Sandra tampak geli melihat Najelina.

"Ini nih yang namanya senjata makan tuan. Bilangnya nggak bakal cinta sama Ang. Sekarang, bucin kan?"

"Gimana nggak bucin, San. Kalau ada cowok yang tulus banget cinta sama gue. Jagain gue. Bikin gue tersenyum setiap hari."

"Iya, iya. Lo nggak peduli lagi sama tampang Ang yang kayak preman?" tanya Sandra.

"Nggak lah. Yang penting itu hatinya."

"Haha kemarin-kemarin lo ke mana aja. Benci jadi cinta kan sekarang?" goda Alvi seraya mencolek dagu Najelina.

"Bakal jadi hari patah hati se-kampus dong hari ini. Cewek-cewek di kampus yang naksir Ang bakal kecewa gara-gara Ang jadian sama Jeli nata de coco," ledek Sandra.

"Apaan sih," Najelina tersipu malu.

"Gue dari awal udah nebak kalau Ang itu memendam rasa sama Najelina. Dan ternyata bener kan tebakan gue, kalau Ang cinta sama Jeli," ujar Sandra.

"Iya, San. Ternyata Ang suka sama gue dari dulu dari pertama masuk kampus. Gue jadinya makin cinta deh sama si Ang."

"Oh ya? Cinta sejati dong?"

"Kalau gitu, selamat ya bestiekuuu... semoga lo sama Ang bersama selamanya," doa Alvi.

"Iya, Naj. Semoga selalu bahagia ya. Jangan diajak berantem terus pacarnya, hehe," ledek Sandra.

"Thanks ya. Gue seneng banget."

***

Di tempat lain, Anrez dan Rian juga mengintrogasi Ang di kantin.

"Lo sama Najelina jadian, Ang?" tanya Anrez seraya mengaduk minumannya dengan sedotan.

"Iya, Ang. Lo jadian sama Najelina? Gue lihat Najelina udah nempel aja di bahu lo," sahut Rian.

"Iya, gue udah jadian sama Najelina baru kemarin," jawab Ang sambil menyeruput minumannya dengan sedotan.

"Wah, keren nih. Dia udah tau kalau lo yang nyelametin dia malem itu?" tanya Anrez serius.

"Iya, gue udah jujur sama dia. Dan ternyata cinta gue nggak bertepuk sebelah tangan. Najelina juga cinta sama gue," Ang tersenyum lebar.

Kedua temannya terlihat senang mendengar berita bagus itu. Mereka sangat mendukung dengan apa yang dilakukan Ang. Karena kedua temannya itu sangat tahu bahwa Ang mempunyai cinta yang tulus untuk Najelina.

"Pertahanin, Ang. Najelina pasti nggak akan kecewa kalau pacaran sama lo. Karena gue tahu cinta lo itu tulus sama satu wanita dan nggak pernah main-main," dukung Anrez.

"Pasti, Rez. Gue nggak akan sia-siain cinta Najelina. Gue harus bisa bahagiain dia," ujar Ang dengan semangatnya.

"Mantep, Ang. Gue suka semangat lo. Tapi, selain lo bahagiain Najelina, lo juga harus bahagiain kita-kita kali. Traktir kek yang baru jadian," sindir Rian kepada Ang seraya melirik Anrez.

"Iya kali. Traktir kita. Biar kita juga ikut seneng gitu," sahut Anrez.

"Iya, iya. Gue traktir sepuas lo. Pesen gih," pinta Ang.

"Beneran? Let's go Rez. Kita habisin uangnya si Ang," canda Rian seraya keluar dari kursinya.

"Siap, Yan. Uangnya habis nggak akan marah dia. Dia kan lagi jatuh cinta. Nggak mungkin juga mikirin isi dompet, hahaha," sindir Anrez seraya berjalan bersama Rian menuju penjual makanan.

"Lah emang. Gue nggak mikirin isi dompet. Soalnya dompet gue sekarang nggak ada isinya. Jadi, sekarang lo bayar sendiri-sendiri aja. Bulan depan gajian gue ganti, hahaha," tawa Ang ngerjain sahabat karibnya itu.

"Sialan lo!" ucap Anrez saat sudah berada di depan penjual nasi goreng. Sudah terlanjur memesan malah harus bayar sendiri. Anrez kesal dan rasanya ingin melahap Ang hidup-hidup.

***

Beberapa menit kemuan, semua mahasiswa dikumpulkan di lapangan dan Najelina keceplosan mengatakan sesuatu di depan para mahasiswa. Lantas, apa yang dikatakan Najelina saat itu?

Wadau, keceplosan apa nih bocah!

Gas poll, Men! Kita lihat apa yang diceploskan Najelina di te tengah lapangan.
👇

NAJELINA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang