Bab 38 DO

54 23 0
                                    

💙

Pagi ini, Ang siap-siap berangkat ke kampus. Sebelum keluar dari dalam kamar, Ang menghitung jumlah uang yang ia dapatkan dari kerjanya kemarin.

"Satu, dua, tiga, empat. Alhamdulillah udah ngumpul satu juta bahkan lebih. Meskipun kemarin nggak semua pemilik mobil mewah ngasih uang tip, tapi tetep bersyukur karena ada beberapa yang ngasih uang tip lumayan besar. Rezekinya aku buat bayar uang semester. Dan hari ini aku akan melunasinya. Untuk uang skripsi, wisuda dan lainnya, besok-besok pasti ada rezekinya lagi."

Ang menaruh kembali uang tersebut ke dalam amplop coklat. Lalu amplop tersebut ia masukkan ke dalam tas dan siap berangkat.

"Nek, jaka berangkat kuliah dulu ya," pamitnya.

"Iya, Nak. Sudah bawa uang, kan?"

"Udah Nek. Tenang aja. Uangnya udah tersimpan aman di dalam tas. Hehehe."

"Iya, iya. Ya sudah kamu hati-hati ya. Kuliah yang bener, bikin Nenek bangga," pesan sang nenek.

"Siap!" Jawabnya dengan tangan hormat.

Ang kemudian menaiki motornya dan berangkat ke kampus.

***

Beberapa menit kemudian, Ang sampai di depan gerbang kampus yang sudah ditutup itu. Lalu Ang turun dari atas motornya dan membuka helm.

"Kok udah ditutup?"

Ang melihat jam tangannya. "Bener sih kalau gerbang udah ditutup, soalnya gue telat lima menit. Tapi nggak apa-apa, biasanya kalau telat 5 menit Pak Aris masih mau bukain gerbang."

Ang kemudian mengintip di sela pagar besi itu untuk mencari keberadaan Aris, satpam kampus.

"Pak Aris!"

"Pak Aris! Tolong bukain pintu dong!"

"PAK ARIS!"

Ang clingukan mencari satpam kampus itu. Pria yang biasanya nongkrong sambil buka youtube itu tidak kunjung keluar dari dalam pos satpam.

"Kemana sih Pak Aris!"

Lalu, satpam berkumis tebal itu pun terlihat berjalan di lapangan dan menghampiri Ang dengan membawa selembar kertas.

Ang menghela nafas lega. "Itu dia."

Satpam itu pun berdiri di depan Ang tepatnya di balik gerbang yang masih ditutup.

"Pak, bukain gerbangnya, Pak. Saya telat cuma 5 menit kok. Tadi kena macet sebentar," pintanya dengan senyuman.

"Maaf Mas Anggara, Mas Anggara tidak diperbolehkan masuk."

"Kenapa, Pak? Saya cuma telat 5 menit kok. Biasanya saya telat 10 menit masih bisa masuk."

"Ini lain lagi masalahnya, Mas. Mas Anggara dikeluarkan dari kampus ini."

Anggara sangat kaget. "Dikeluarin, Pak?"

"Iya, Mas. Ini surat keterangan DO-nya," sambil memberikan selembar kertas keterangan drop out kepada Anggara lewat celah pagar besi.

Ang pun kaget membacanya. "Kenapa saya dikeluarin, Pak? Apa salah saya? Atau jangan-jangan karena saya belum bayar uang semester? Saya akan melunasinya, Pak. Hari ini saya bawa uangnya."

"Saya nggak tau juga alasan kenapa Mas Anggara di DO. Saya cuma bertugas menyampaikan ini dari Pak Dharma."

"Pak Dharma? Saya ingin bertemu dengan Pak Dharma, Pak. Apa penyebab saya di DO. Saya selama ini tidak melanggar peraturan di kampus."

"Tidak bisa, Mas. Pak Dharma tidak mengizinkan Mas Anggara masuk. Saya juga tidak mau membantahnya. Lebih baik Mas Anggara kembali pulang saja dan jangan kembali ke kampus ini lagi. Permisi," Pak Aris pun pergi meninggalkan Anggara.

"Tapi Pak! Pak! Pak Aris! Saya nggak punya kesalahan Pak! Saya nggak terima dikeluarin dari kampus ini! Pak!" teriak Anggara kepada Aris yang sudah berjalan jauh itu.

"PAAAKKKK!"

"Arrggh!" Ang sangat kesal. Ia menjambak rambutnya sendiri lalu ia menendang gerbang kampus dengan keras hingga menimbulkan suara gebrakan yang kencang. Brak!

"Haaahh! Hancur impian gue! HANCURRR!"

***

Kasihan banget ya si Ang.

Menurut kalian Ang bakal frustasi apa tetap tegar ya?

Vote, Comment
Terus
Lanjot
Ke
bawah
Ashiap!
👇

NAJELINA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang